O N E

1.9K 261 34
                                    

Maret ke-20. Selalu ada agenda yang wajib Siwon lakukan bersama keluarganya. Menikmati akhir Musim Dingin dengan menonton seluruh kartun yang ingin ditonton oleh Jisung di kamar hingga tertidur di atas tempat tidur dengan Jisung berada di antaranya dan Run'e.

Namun sekarang semuanya sudah tidak lagi bisa dilakukan.

Semenjak 2 bulan yang lalu, yang Siwon lakukan setelah bekerja adalah mendatangi altar Run'e dengan sebuket bunga di tangannya. Duduk bersandar pada lemari altar dan mulai bercerita apa saja yang dilakukan seharian pada hari itu. Dan ketika Siwon bercerita, dia merasa bahwa istrinya di sana sedang mendengarkan semua yang dia katakan. Lalu diakhiri dengan dirinya yang menangis sambil memandangi foto istrinya, meminta maaf karena tidak dapat bersikap baik hingga istrinya pergi meninggalkannya.

Sebuah kebiasaan yang dilakukannya selama dua bulan ini.

Dan seperti biasa, ketika Siwon pulang, dia akan mendengar suara isakan Jisung yang memanggil ibunya. Siwon melangkah masuk menuju kamar anaknya dan mendapati Sohyun ada di sana sedang mencoba menenangkan Jisung.

"Oh, Siwon-ssi. Kau sudah pulang?" tanya Sohyun ketika dia baru menyadari kedatan gan Siwon. Gadis itu bangkit dan berjalan ke arah Siwon dan berdiri di depannya. Sohyun menoleh ke belakang kemudian menatap Siwon seraya berkata, "Dia menolak semua makanan yang aku berikan kepadanya. Bahkan rayuan Baekhyun-ssi pun tidak mempan untuknya. Cobalah kau rayu dia untuk makan, walau hanya sesendok saja."

Siwon menganggguk dan membiarkan Sohyun pergi meninggalkannya bersama Jisung yang masih menangis dengan memeluk boneka kesayangannya. Berjalan mendekat setelah melonggarkan kemeja yang mencekik lehernya. "Jagoan ayah kenapa tidak makan, hum? Apakah Jiji tidak sayang lagi dengan aunty Hyun hingga membuatnya sedih karena Jiji tidak mau memakan makanan yang dibuatkannya?"

Jisung menoleh. Mengelap ingus yang keluar dari hidungnya dengan selimut miliknya hingga belepotan mengotori pipinya. "Tapi Jiji maunya makanan dari mama." lirihnya dengan suara yang sangat kecil dan serak, masih mengusapi wajahnya dan tangisannya mulai sedikit mereda.

"Tapi Jiji tidak boleh seperti itu kepada aunty Hyun. Dia hanya ingin Jiji makan agar tidak sakit." ucap Siwon dengan pelan, meminta pengertian kepada Jisung.

"Tapi Jiji hanya ingin makanan dari mama..."

.

.

.

"Dia masih belum memakannya?"

Sohyun mengelus dadanya yang berdebar cepat. "Byun Baekhyun, bisakah kau tidak muncul tiba-tiba? Kau mengagetkanku." desisnya seraya mendekati Baekhyun yang duduk di ruang tamu dan di depannya ada sekantung kresek penuh dengan kudapan kesuakaan Jisung. Sohyun baru ingat kalau dia tadi meminta Baekhyun untuk keluar membeli kudapan, siapa tahu Jisung mau makan, walau hanya kudapan.

"Aku sedari tadi di sini. Kau saja yang terlalu sibuk untuk menatapi kamar Jisung."

"Aku hanya khawatir kalau Siwon-ssi tidak bisa menenangkan Jisung," timpal Sohyun. Mendudukan dirinya di samping Baekhyun dan bersandar di lengan kekasihnya. "Menurutmu, sampai kapan Jisung akan terus menangis setiap hari?"

"Sampai Run'e hidup kembali. Yak! Apa yang kau lakuakan dengan menggigit lenganku? Ini sakit." ringis Baekhyun. Memegang lengannya yang baru saja digigit oleh Sohyun.

"Kau gila, yah? Mana ada orang yang sudah mati dan menjadi abu bisa hidup kembali."

Baekhyun menghela napasnya. "Makanya, tidak ada yang bisa membuat Jisung berhenti menangis kecuali dia tiba-tiba mengalami kecelakaan dan divonis oleh dokter mengalami amnesia jangka panjang, sehingga Jisung tidak akan mengingat tentang ibunya."

"Hebat sekali naskahnya. Kau sudah beralih profesi dari seorang penjual baju di mall menjadi sutradara?" sinis Sohyun, mengejek apa yang baru saja dikatakan oleh Bakehyun.

"Aku berkata sungguh-sungguh. Yang dia butuhkan hanya kehadiran ibunya. Sampai kapan pun, dia tidak akan berhenti memangis kalau ibunya belum datang. Berharap saja kalau malam ini Run'e akan mengunjunginya dalam mimpi dan memberikan pengertian untuknya."

Dan sunyi kembali. Keduanya sama-sama menerawang ke atas. Mereka sedang sama-sama memikirkan bagaimana caranya agar Jisung bisa melupakan ibunya karena sungguh melelahkan melihat seorang anak kecil terus menangis memanggil nama ibunya setiap hari. Walaupun pada akhirnya, hanya helaan napas berat yang keluar dari bibir keduanya.

"Kenapa kalian berdua ada di sini? Di mana Siwon?"

Keduanya menoleh dan mendapati ibu Siwon berdiri di depan dan melepas sandalnya. Keduanya segera mendudukan diri dengan tegak dan menyambut kedatangan wanita yang sudah mencium usia 60 itu.

"Dia ada di kamar Jisung." jawab Baekhyun.

"Jisung masih menangis?" tanya ibu Siwon. Helaan napas kasar terdengar darinya. "Aku akan menemuinya dan membantu Jisung untuk berhenti menangis." ucapnya dan beranjak menuju kamar Jisung yang berada dekat dengan dapur.

"Apakah akan baik-baik saja jika kita membiarkan bibi masuk ke sana?" tanya Sohyun berbisik. Menatap ke arah ibu Siwon yang sudah menghilang di balik pintu kamar.

"Entahlah. Tapi firasatku mengatakan tidak," jawab Baekhyun. Tahu benar kalau  bagaimana kelakuan bibinya itu. Entah bisa diandalkan untuk saat ini atau tidak. Ah, mungkin tidak. "Haruskah kita ke sana?" tanyanya kemudian.

.

.

.

Siwon memangku Jisung yang memintanya untuk membawa ibunya kembali. Menepuk punggung yang bergetar itu. Siwon tidak tahu bagaimana caranya mengantarkan seorang anak untuk tidur. Apakah harus bercerita? Siwon tidak mempunyai banyak referensi cerita anak-anak. Menyanyi? Bahkan ketika dua remaja, Siwon tidak lolos audisi menyanyi.

Choi Siwon benar-benar dalam krisis yang sangat berat. Mengasuh anak seorang diri sedang dulu yang mengasuh anak hanyalah istrinya dan dia hanya bertugas untuk bekerja dengan keras.

Cklek. Pintu kamar Jisung terbuka dan menampakan ibu Siwon yang kemudian tak beberapa lama diikuti oleh kehadiran Sohyun dan Baekhyun. "Jiji, nenek datang. Apakah kau tidak rindu dengan nenek?" tanya ibu Siwon. Mendudukan dirinya di sisi ranjang yang lain. "Kenapa menangis terus, hum?"

"M-mama... Jiji mau mama datang..."

Ibu Siwon berdecak kesal. "Kenapa kau terus memanggil mamamu yang sudah pergi itu? Percuma kau memanggilnya dan menangisinya seperti itu, dia tidak akan pernah kembali."

Jisung melepaskan pelukan Siwon. Menatap neneknya dengan pandangan marah. "Itu semua karena nenek! Nenek tidak pernah menyayangi mama Jiji! Nenek selalu jahat kepada mama! Nenek... nenek yang membuat mama pergi dan meninggalkan Jiji..." teriaknya dengan berapi-api. Dia marah dan kesal dengan sikap neneknya. Sejak dulu dia sudah melihatnya, bagaimana neneknya memperlakukan ibunya dengan tidak baik.

Siwon memberikan lirikan kepada Baekhyun untuk membawa ibunya pergi dari sini daripada Jisung semakin menangis keras. Jisung sudah sedikit tenang, dan sekarang Siwon harus menenangkan Jisung kembali karena sekarang sudah larut. Jam tidurnya sudah lewat.

"Bibi, bagaimana kalau kita keluar. Jisung harus tidur sekarang." ucap Baekhyun ragu-ragu mendekati ibu Siwon. Sudah siap untuk menerima sebuah semprotan yang sangat membuat sakit kepala dan telinganya.

Ibu Siwon hanya melirik sinis kemudian keluar tanpa kata. Baekhyun mengigit bibirnya saat dilewati oleh bibinya yang terkenal ganas saat bicara.

Kini hanya tinggal Siwon dan Jisung. Siwon kembali membawa anaknya ke dalam pelukannya dan perlahan menidurkannya. Merayu Jisung untuk tidur, meski lagi-lagi dia harus berbohong dan menjanjikan sesuatu yang tidak akan bisa terlaksana.

Besok, ibunya akan di sini ketika Jisung membuka matanya.

Mom For JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang