F O U R

1.6K 211 45
                                    

Katanya, potongan rambut pendek sangat cocok dengannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Katanya, potongan rambut pendek sangat cocok dengannya. Teman-teman satu pekerjaannya dan kekasihnya yang mengatakannya. Dan Yoona sekarang tampak puas ketika melihat refleksinya di cermin salon. Rambut pendeknya membuatnya tampak lebih muda, padahal usianya sudah 33 tahun.

Setelah membayar, Yoona pergi menuju toserba. Dia harus membeli beberapa makanan instant, mengingat kulkas di flatnya sudah kosong. Jika dia tidak membeli makanan, bisa-bisa ayahnya makan meja makan mereka.

"Hoi, Yoona. Kenapa kau ada di sini?"

Yoona memutar bola matanya ketika mendengar pertanyaan Kim Hyorin, si kasir toserba. "Aku sedang mencuri. Tentu saja berbelanja." sinis Yoona. Meletakkan barang bawaannya di depan Hyorin untuk dihitung.

"Aku tahu. Yang menjadi pertanyaanku, kenapa kau di sini dan tidak menjaga ayahmu?" tanya Hyorin seraya menghitung nilai barang yang dibeli oleh Yoona.

Bersandar di meja kasir, Yoona menatap jengah ke arah Hyorin. "Untuk apa? Paling, dia sedang bermain catur dengan Taeyeong, bermain dengan bocah itu. Tidak perlu dikhawatirkan. Lagipula, dia bukan orang tua yang penyakitan." ucapnya seraya membuka bungkus permen dan memakannya.

"Lalu, siapa orang yang dibawa dengan ambulan tadi? Wajahnya seperti wajah ayahmu. Memangnya siapa yang mempunyai wajah mirip pelawak Kang Hodong di kompleks ini? Bukankah hanya ayahmu saja?"

Tiba-tiba permen yang sedang Yoona makan masuk begitu saja ke tenggorokannya, membuatnya tersedak hebat. Yoona batuk-batuk dan menepuk dadanya yang sangat sakit. Sialan permen itu! Lebih sialan lagi mulut Hyorin yang kurang ajar itu. "Apa maksudmu?"

"Ayahmu masuk rumah sakit. Katanya, dia jatuh pingsan saat bermain catur dengan Taeyong."

"Kenapa kau tidak bilang dari tadi!?" teriak Yoona dengan panik.

"Ku pikir pihak rumah sakit sudah menghubugimu, seperti di drama." kilah Hyorin.

"Itu kalau ayahku terlibat dalam sebuah kecelakaan tragis dan nyawanya hanya tinggal di tenggorokannya saja, sialan!" maki Yoona. "Di mana ayahku dirawat?" tanya Yoona menuntut.

Hyorin mencoba untuk mengingat apa yang dia dengar dari para tetangga. "Kalau tidak salah, rumah sakit depan kompleks. Hai, tunggu dulu! Bayar dulu belanjaanmu!" teriak Hyorin saat Yoona pergi meninggalkannya begitu saja.

"Kau yang bayar, seperti biasa!" teriak Yoona setelah melewati pintu toserba.

Yoona menghentikan sebuah taksi yang kebetulan lewat di depan toserba. Menyuruh sang sopir untuk cepat-cepat pergi ke rumah sakit. Ketika sudah sampai, dia langsung membayar dan kemudian berlari masuk, mencari letak poli UGD, itu perkiraannya kalau ayahnya dibawa ke sana. Setelah sampai, dia mencari meja resepsionis dan bertanya apakah ayahnya di sana dengan menyebutkan namanya.

"Kau baru datang, bocah nakal? Ayahmu sakit dan sendirian di rumah sakit, namun anak semata wayangnya malah tidak menemaninya. Oh! Malang sekali nasibku!" ucap ayah Yoona saat melihat Yoona baru sampai di tempatnya beristirahat. Dari tadi dia sudah menunggu anaknya, malah sampai setengah hari dia di sini dan Im Yoona belum datang juga. Benar-benar anak nakal, batinnya berkata.

Yoona hanya mencibir tanpa suara. Mengambil kursi dari tempat pasien lainnya karena di tempat ayahnya tidak ada kursi. Duduk di sana kemudian menatap ayahnya yang diinfus dan di kedua kening pria yang sudah kepala 6 itu ditempeli dengan plaster. Benar-benar. Hanya seperti ini saja sudah masuk rumah sakit. Yoona kira lebih parah lagi sehingga dia bisa mendramatisir keadaan dan mendapatkan keringanan dari pihak rumah sakit.

"Kau kenapa sebenarnya?" tanya Yoona. "Dokter yang memeriksamu tadi memarahiku. Dia bilang kalau aku sangat jahat, membiarkan pria tua sepertimu untuk tetap bekerja. Yang memaksa bekerja juga siapa, aku yang disalahkan. Dia kira aku gadis yang kerjaannya hanya berada di salon dan menghabiskan uang orang tua? Tidak tahu apa-apa sudah memarahiku yang tidak-tidak. Jika bukan dokter, sudah ku tendang masa depannya itu biar lemas terus." kesal Yoona, mengingat kejadian tadi saat dia bertanya kepada resepsionis tentang ayahnya, dan tiba-tiba saja ada seorang dokter yang memarahinya.

Sialan sekali!

"Aku seperti ini bukan karena pekerjaan. Aku bukan aki-aki peot yang hanya tinggal menunggu ajal."

"Kenyatannya memang begitu..." bisik Yoona seraya memalingkan wajahnya agar ayahnya tidak melihat gerak bibirnya. "Lalu, karena apa kau malah jatuh pingsan, huh? Jangan bilang kalau kau mengintip perawan mandi dan ketahuan?" tebak Yoona seraya menaikkan nadanya. Yoona mendesah lelah. "Ayah, sudah ku katakan. Hentikan kebiasanmu itu."

"Bukan itu, anak sialan. Aku sakit seperti ini karena pusing memikirkan anakku satu-satunya ini, yang tidak pernah berbuat baik dengan ayahnya ini belum juga menikah. Kau tahu, usiamu sudah empat puluh tahun!" kesal ayah Yoona seraya menunjukan keempat jarinya.

"Orang mah hanya akan menambahkan usia mereka satu tahun, tapi kau malah menambahkan usiaku hampir sepuluh tahun." sungut Yoona.

"Apa bedanya? Toh faktanya kau sampai sekarang belum menikah. Yoona, anakku yang nakal ini, kau itu perempuan, bukan laki-laki. Tidak masalah kalau kau laki-laki, sampai usiamu 80 tahun pun, kau masih bisa untuk menghasilkan anak. Tapi kau perempuan, perempuan zaman sekarang batas kadaluarsanya lebih cepat daripada dulu. Kalau tidak cepat-cepat menikah, kau tidak akan mempunyai anak dan suamimu kelak akan pergi berselingkuh!"

Oh! Ayahnya ini benar-benar. Tidak bisakah memelankan suaranya sedikit? Mereka jadi tontonan para pasien lain.
 
"Minjin, yang wajahnya lebih jelek dari wajahmu itu saja sudah menikah, sedang kau yang katanya cantik tidak kunjung menikah." sindir ayah Yoona lagi.

Yoona memutar bola matanya kesal. "Tentu saja dia cepat menikah. Karena ketika ibunya mencarikan jodoh untuk Minjin, ia menggunakan fotoku! Sampai sekarang, suaminya itu terus mengelak dan yakin kalau aku adalah istrinya."

"Tetangga sebelah rumah saja tiap tahun bunting, tiap tahun bunting." ucap ayah Yoona dengan nada sedih.

Lama-lama mata Yoona bisa juling jika terus berbicara dengan ayahnya. "Tentu saja dia akan terus hamil. Suaminya itu pemabuk, tiap malam selalu minum dan pulang-pulang langsung buat anak. Aku bahkan pernah melihatnya sedang menggenjot seorang gadis di pinggir jalan." Yoona bergidik ngeri ketika mengingat itu. Bahkan dia masih bisa mengingat bagaimana menjijikannya desahan si gadis ketika... ah! Sudahlah. Yoona tidak ingin lagi mengingatnya. Bisa-bisa Yoona muntah di sini.

"Kapan kau akan menikah, hah? Sungguh. Aku sudah terlalu tua untuk memiliki anak perawan di rumah. Mau apa-apa susah. Bahkan mau mencari istri baru saja tidak bisa. Mereka menolakku karena katanya tidak mau memiliki anak perawan yang sudah tua sepertimu." keluh ayah Yoona.

Astaga! Seseorang tolong pukul pria tua di depan Yoona ini. Sudah tua masih berpikir untuk mencari istri lagi.

"Aku akan menikah, tapi nanti. Sekarang aku tidak bisa menikah." jelas Yoona dengan pelan, mencoba sabar.

Tiba-tiba raut wajah ayah Yoona berubah menjadi nanar. Apalagi ini? Tanya Yoona dalam hati. Mau akting jadi ayah yang tersakiti? Hebat sekali.

"Kau bukan salah satu warga dunia pelangi itu, kan? Astaga, Yoona! Kenapa kau seperti ini? Memangnya sudah tidak ada lelaki di dunia ini sehingga kau menyukai sesama perempuan? Budha! Tolong ambil nyawaku sekarang! Aku tidak kuat menghadapi kenyataan anakku sudah tidak normal."

Perkataan ayahnya membuat Yoona melotot kaget. Dia melirik kesekitar dan melihat bagaimana tatapan orang-orang kepadanya. Bahkan suster yang hendak lewat pun langsung menghentikan langkahnya dan memandangnya ngeri. Ayah sialan! Ayahnya benar-benar keterlaluan! Siapa juga yang warga dunia pelangi? Dia? Memangnya dia akan di posisi apa kalau iya? Atas? Mau memasukan apa?

Tidak! Yoona tambah bergidik ngeri ketika membayangkannya. Jangan bayangkan, Yoona! Jangan bayangkan! Oh, Yoona harus ke kamar mandi sekarang. Sesuatu di perutnya tiba-tiba ingin keluar.

Mom For JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang