E I G H T

1.6K 200 36
                                    

Yoona benar-benar bingung, bagaimana caranya dia mengembalikan dompet di tangannya ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yoona benar-benar bingung, bagaimana caranya dia mengembalikan dompet di tangannya ini. Bingung karena mau mengatakan apa. Apakah ketika nanti dia mengembalikan dompet ini akan berkata kalau dia tidak sengaja bertukar dompet?

Yoona tidak yakin dengan hal itu.

"Woy! Yoona! Akhirnya ketemu juga."

Yoona menoleh ke belakang dan menemukan Xiumin yang berjalan di belakangnya dengan hanya menggunakan boxer dan handuk yang melingkari leharnya serta membawa ember. Dia yakin, pria itu baru saja bangun tidur dan akan mandi. Sudah siang begini baru mandi. Dasar kebo!

"Ada apa? Rumah kita hanya selisih beberapa flat. Jangan berkata seolah kita berada di dua kota berbeda." cibir Yoona dan menyenderkan tubuhnya pada tembok di sisinya.

"Oh, itu karena kita berbeda waktu hidup. Kau hidup normal sedangkan aku hidup nokturnal. Ah, itu tidak penting," Xiumin mengibaskan tangan di depan wajahnya. Mencoba untuk fokus pada apa yang ingin dia sampaikan kepada Yoona yang menjadi alasannya memanggil Yoona. "Tas dan dompetmu ada di rumahku. Aku heran, sudah dua minggu dua benda itu di rumahku dan kau masih tenang-tenang saja tidak menghubungiku. Padahal dulu saja hanya sebuah sandal yang tidak sengaja ku bawa saja kau langsung menangis dan menggedor pintu rumahku dulu." cerita Xiumin mengingat masa lalu.

Yoona langsung berdiri tegak dan melototkan kedua matanya. Mendekati Xiumin dan memegang kedua bahu temannya itu hingga Xiumin dibuat heran dengan tingkahnya. "Dompetku ada padamu? Bagaimana bisa?"

Xiumin awalnya mengernyitkan dahinya, namun segera berubah menjadi datar. Tak lama kemudian dia menempeleng kepala Yoona dengan pelan. "Jangan katakan malam itu CEO yang membawamu pergi itu memukul kepalamu dengan stik baseball karena kau tidak menuruti permintaannya?"

"Jaga mulutmu itu. Aku tidak pergi dengan seorang CEO atau apalah namanya. Hei, bagaimana bisa dompetku ada padamu, huh?"

"Tentu saja bisa. Kau meninggalkannya di bar malam itu. Padahal saat itu aku ingin mengantarkan kau pulang lebih dulu tapi kau malah menghilang terlebih dahulu dan hanya tersisa tasmu." jelas Xiumin, menceritakan bagaimana tas dan segala isinya ada padanya. Memangnya Xiumin kejam tidak mengamankan barang milik temannya.

Yoona sudah tidak dapat lagi berkata-kata. Tidak. Secara mendadak, kosa kata di seluruh dirinya menghilang begitu saja. Lebih tepatnya dia sedang syok berat. Dia kira dompetnya tertukar, itu akan lebih baik. Tapi ini... dompetnya ada di temannya dan dia mengambil dompet orang lain. Yoona sudah mengira, dia pasti sudah dicap sebagai pencuri oleh pemilik dompet ini.

Ah! Sial!!!

Ayah! Ini semua karenamu yang terus memaksaku untuk menikah hingga membuatku harus mabuk!!! Teriak Yoona dalam hati. Sebenarnya ingin Yoona berteriak keras-keras hingga semua orang tahu. Hanya saja, dia masih sayang dengan dirinya sendiri sebelum semua orang di rumah susun memegang gagang sepatu dan memukulinya karena berisik.

"Kenapa kau tidak bilang padaku sejak awal!" kesal Yoona sudah mencapai ubun-ubun. Seandainya temannya yang IQ-nya jongkok ini memberitahunya lebih awal, pastilah dia tidak akan merasakan ketakutan seperti ini. Hah.. nasib memiliki teman yang tidak bermutu ya seperti ini.

"Kenapa kau membentakku. Salahmu sendiri yang tidak mencarinya. Lagipula, bagaimana aku bisa menemuimu jika aku bangun kau kerja, ketika kau bangun aku tidur?" bela Xiumin tidak ingin disalahkan. Karena menurutnya yang salah di sini adalah Yoona, bukan dirinya.

Yoona ingin sekali menendang selangkangan Xiumin yang sialnnya benda di dalam sana terjiplak jelas. Dasar pria cabul! "Sudahlah. Cepat ambilkan tasku."

"Aku mau mandi."

"Itu nanti. Sekarang aku sedang lebih membutuhkan dompet itu daripada acara mandimu itu!"

"Acara mandiku juga penting. Sebentar lagi aku mau ada kencan dengan anak kompleks depan." kukuh Xiumin.

"Dan aku harus segera menyelesaikan sesuatu sebelum aku masuk penjara. Kau ingin mengambil tasku sekarang atau aku akan mengatakan pada gebetan barumu itu tentang rahasia memalukan milikmu..." sebelum Yoona selesai dengan ancamannya, telah lebih dulu dipotong Xiumin dengan langkah kesal kembali ke ruamhnya untuk mengambil tas Yoona.

Sudah dikatakan, Yoona itu selain egois dan keras kepala, dirinya juga pemaksa.

.

.

.

Matahari memang sudah melewati batas kepala, malah agak condong ke barat, namun panasnya masih sangat terasa. Lihatlah bagaimana Yoona sekarang wajahnya sudah memerah dengan keringat yang menghiasi wajahnya. Bahkan Yoona dapat merasakan kalau bajunya sudah basah di dalam sana karena saking banyaknya keringat yang dia keluarkan.

Ya, Yoona terpaksa harus jalan kaki menuju restoran yang ingin dia tuju. Lebih jelasnya dia ingin menemui orang yang memiliki dompet yang tidak sengaja diambilnya itu. Sebenarnya bisa saja Yoona naik bus, hanya saja uang di dompetnya itu sudah pas-pasan untuk membayar uang ganti rugi yang sudah dia gunakan.

Saat Yoona melewati sebuah gedung prasekolah, dia mendengar suara anak-anak yang terdengar ribut. Awalnya dia ingin mengabaikannya, namun ketika didengar lagi, ini seperti bukanlah keributan anak-anak pada umumnya.

Yoona mencoba mencari dari mana asalnya hingga pada sebuah gang kecil dekat gedung. Di sana ada sekumpulan anak-anak yang mungkin sudah menginjak sekolah dasar sedang mengepung seorang anak kecil. Entahlah, Yoona tidak terlalu jelas melihatnya. Namun dia bisa menebaknya dari sepatu yang terlihat kecil di antara septu besar lainnya.

"Cepat berikan uangmu!" teriak salah satu anak yang lebih besar di sana.

"iya, cepat. Kami sudah lapar dan ingin segera makan!" timpal yang lainnya. Dan selanjutnya disusul yang lainnya seraya mendorong tubuh kecil di tengah mereka.

"Tapi Jiji tidak punya uang. Ayah tidak memberikan Jiji uang." cicit anak kecil itu ketakutan seraya meremat tasnya.

"Alah! Bohong! Mana mungkin kau tidak diberi uang saku. Pakaianmu saja bagus seperti itu, tidak mungkin ayahmu tidak mampu memberikanmu uang saku. Cepat! Berikan pada kami!"

Yoona menyipitkan matanya, masih memerhatikan kegiatan anak-anak itu. Hingga pada saat anak kecil yang dibuli dan dipalak itu tersungkur jatuh, Yoona sudah tidak dapat lagi berdiam diri. Segera dia melangkah dengan cepat dan menggendong anak kecil yang berusaha menahan tangisannya meskipun tubuhnya sudahh bergetar.

"Beraninya kalian mengganggu anakku!" geram Yoona sambil menatap anak-anak di sana. Suaranya dan tatapannya yang menakutkan itu berhasil membuat para berandalan kecil itu mencoba bersembunyi di balik tubuh temannya masing-masing. "Apakah kalian tidak malu dengan tubuh kalian, huh? Beraninya mengambil uang dari anak kecil. Kalian minta maaf kepada anakku dan jangan mengganggu anakkku atau kalian akan menerima hukuman dariku."

Tidak ada jawaban di mereka semua sehingga Yoona dapat menyimpulkan bahwa mereka tidak mau meminta maaf. Akhirnya Yoona menjewer telinga anak-anak itu hingga mereka berkata ampun dan tidak akan mengganggu anak dalam gendongannya lagi.

Mom For JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang