N I N E

1.3K 177 70
                                    

Yoona berdecih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yoona berdecih. Baru dijewer saja sudah menangis menjerit-jerit dan berlari tunggang langgang seolah baru melihat monster menakutkan. Oh, Yoona melupakan sesuatu. Dia memang seperti monster yang menyeramkan untuk anak-anak kecil seperti mereka.

"Dasar. Beraninya memalak anak kecil. Orang tuanya mengajarkan yang baik atau tidak sih?" gerutu Yoona. Kemudian dia teringat dengan anak kecil dalam gendongannya. Yoona menjauhkan tubuh anak kecil itu dari pelukannya kemudian menurunkannya. "Apakah kau baik-baik saja? Seharusnya kau melawannya. Jangan mau ditindas seperti itu." jelas Yoona panjang lebar, entah mau didengar atau tidak dengan anak di depannya.

Yoona teringat dengan tujuannya berjalan tadi. Dia melihat ke arah ponselnya dan melihat kalau sekarang sudah jam 2 siang. Sial, berapa lama waktu yang dia gunakan untuk menjewer anak-anak tadi? Yoona kira tidak selama itu. Dia harus segera pergi ke restoran itu sebelum sore karena dia ada janji dengan Xiumin untuk menemaninya menonton bola di stadiun.

Langkah kakinya yang sudah menjauh dari gang serasa ada yang mengikutinya. Oh, ayolah. Yoona sudah berusaha untuk tidak membaca riddle horor tadi malam. Tapi sungguh, Yoona bisa mendengar langkah kecil yang mengikutinya. Jangan bilang ini hantu anak kecil yang datang menemuinya karena waktu itu dia membaca cerita creepy pasta yang super duper horor? Tidak!

Yoona mempercepat langkahnya, dan langkah yang mengikutinya pun semakin cepat atau mungkin sedang berlari. Dengan keberanian mental tomat, Yoona membalikkan badannya dan menemukan seorang bocah dengan wajah merah padam.

"Siapa kau?" tanya Yoona seraya melangkah mundur. Ingat. Yoona masih ketakutakan sekarang kalau bocah di depannya ini adalah hantu gentayangan.

"Mama... hhh..." Jisung menarik napasnya dalam-dalam. Dadanya sedikit sesak karena kelelahan dan oksigen yang masuk sangat sedikit. Asmanya sepertinya kambuh, namun Jisung tidak terlalu mempedulikan hal itu. Yang dia pedulikan adalah mengejar mamanya yang kata ayahnya hanya akan pergi beberapa hari saja. Dan tadi mereka bertemu, walau mamanya harus melihat tentang rahasia yang tidak pernah dia beritahukan kepada mamanya.

Dibully dan dipalak oleh anak-anak SD.

"Apa?" Yoona menaikkan alisnya sebelah. Mama? Sejak kapan dia menjadi mama-mama?

Tunggu, sebentar. Yoona merasa deja vu dengan hal ini. Tidak, bukan kejadiannya. Namun pada panggilan mama yang tadi didengarnya. Baik, biarkan Yoona untuk berpikir sejenak, mencari memori di mana kiranya dia pernah mendengar panggilan ini.

AH! Yoona sekarang ingat.

Yoona pernah mendengarnya saat dia terbangun di rumah orang yang dompetnya diambil. "Kau... Jijik?" panggil Yoona, mencoba mengingat nama anak itu yang pernah anak itu panggil sendiri. Jijik. Iya, bukan sih? Sepertinya benar, karena anak itu sekarang mendongak kepadanya dengan senyuman yang sangat manis. Oh, jangan tampilkan wajah yang sangat manis seperti itu! Yoona itu paling tidak tahan dengan wajah imut seperti itu!

"Mama."

Yoona menggaruk rambutnya. Berjongkok di depan anak itu hingga tubuh mereka sekarang sama tingginya. "Kenapa kau terus memanggilku dengan sebutan mama? Aku ini bukan mamamu," kata Yoona. Namun melihat anak di depannya seperti ingin menangis, Yoona langsung panik. Ini di tempat ramai, bagaimana kalau orang-orang di sini akan menghakiminya? Oh, tidak. "Baiklah-baiklah. Aku tidak akan membahasnya."

.

.

.

Kesialan dan ketololan untuk Siwon. Mari bertepuk tangan untuk kepikunan Siwon yang bertambah padahal usianya belum sampai empat puluh tahun.

Ya, Siwon lupa untuk menjemput Jisung. Ini bukan pertama kalinya Siwon lupa untuk menjemput anaknya. Ini sudah ke... ke... pokoknya sudah lebih dari dua minggu Siwon selalu lupa dengan tugasnya. Oh, tentu saja. Selama ini, tugas untuk menjemput Jisung ada pada istrinya, bukan padanya. Makanya, Siwon selalu lupa dan malah meneruskan pekerjaannya.

Untungnya, salah satu karyawannya itu bertanya tentang Jisung yang belum juga kelihatan. Kalau tidak, mungkin sampai matahari sudah meninggalkan singgahsananya, Siwon akan melupakan fakta kalau sekarang tugasnya bertambah.

Siwon hampir sampai pada pintu restoran, namun ibunya lebih dulu masuk ke dalam bersama dengan seorang wnaita yang tidak Siwon kenal. Mungkin salah satu anak temannya atau mungkin tetangga baru ibunya yang meminta untuk diantarkan ke restoran dan ibunya menyarankan di sini. Atau apalah, Siwon sedang tidak ingin terlalu banyak memikirkannya. Sekarang dia harus pergi menjemput Jisung atau sesuatu yang buruk akan menimpa anaknya.

"Kau mau ke mana?" tanya ibunya, menghentikan langkah Siwon yang ingin melewatinya. "Ini, perkenalkan. Dia Kim Hyelin, tetangga baru ibu. Cobalah kau berbicara dengannya sebentar," ibunya menghentikan kata-kata, mendekat kepada Siwon dan berbisik di telinga anaknya, "Siapa tahu kau akan menyukainya. Dia juga sangat menyukai anak-anak."

Siwon tahu ke mana arah pembicaraan ibunya. Ibunya itu sedang mencoba untuk menjodohkan dirinya dengan orang lain yang belum dikenalnya. Demi Tuhan! Demi Bapa yang dia puja setiap saat! Demi Kudus yang suci yang selalu Siwon rindukan! Siwon sedang tidak memikirkan hal yang semacam itu.

"Tapi aku harus pergi, bu. Jisung menungguku."

"Sebentar saja. Atau tidak, kau dan Hyelin menjemput Jisung kemudian berjalan-jalanlah. Berkenalan agar lebih dekat kan tidak masalah." ibunya masih kukuh dengan usulannya. Tidak membiarkan Siwon terlepas dari rencananya. Dia sudah bosan melihat Siwon yang seperti mayat, tapi masih hidup. Dikata bernyawa, tapi seperti tak bernyawa. Maka dari itulah, dia mencoba untuk menjodohkan Siwon dengan anak tetangganya. Lagipula, anak tetangganya itu pun juga tertarik dengan Siwon.

Sebuah kebetulan yang sangat kebetulan.

"Ibu, aku tidak membawa mobil hari ini. Mobilku dibawa Baekhyun. Dan aku akan menjemput Jisung dengan jalan kaki." jawab Siwon.

Bagus, Siwon! Alasanmu cukup masuk akal untuk menggoyahkan keinginan ibunya. Namun sepertinya hal itu tidak berlaku untuk Hyelin yang dari tadi diam.

"Tidak apa-apa kalau harus jalan kaki. Aku juga ingin tahu di mana letak sekolah dari Jisung." timpal Hyelin.

Ibu Siwon tersenyum lebar. Memandang anaknya dengan wajah sombong, seolah mengejek usaha Siwon yang tidak berhasil itu. "Hyelin mau. Jadi, Siwon. Jangan membuat alasan lagi. Cepatlah, atau Jisung akan menangis di sana karena kalian tidak segera menjemputnya."

Siwon mendesah lelah. Percuma dia melakukan cara untuk menggoyahkan dua wanita di depannya. Karena sudah pasti, dirinya yang akan kalah. Siwon akhirnya mengajak Hyelin untuk menjemput Jisung, namun belum sempat Siwon membuka pintu restoran, tangannya sudah membeku terlebih dahulu karena melihat istrinya menggendong Jisung dan kini berdiri berhadapan dengannya.

"AAAAAAAAAA!!!!!!"

Salah satu pegawai Siwon yang melihat perempuan yang menggendong Jisung berteriak, membaut ibu Siwon yang akan masuk ke dapur menghentikan langkahnya dan berbalik badan, mencari tahu apa yang membuat pelayan itu berteriak. Ibu Siwon melotot hebat saat menemukan Run'e berdiri di depan Siwon. Tidak mungkin! Tidak mungkin! Mana ada orang yang sudah meninggal bisa hidup kembali? Atau jangan-jangan.... "AAAA!" ibu Siwon pun akhirnya ikut beteriak karena ketakutan dengan kemungkinan terakhir.

Siwon langsung tersadar. Menarik tangan orang yang mirip dengan istrinya itu menuju ruangan khusus miliknya yang letaknya tepat di samping dapur. Menghindari kekacauan, di mana semua karyawannya akan berteriak seperti pelayan tadi karean mengira bahwa perempuan itu adalah hantu istrinya.

Mom For JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang