3

7.6K 841 10
                                    

Burung-burung dengan bahagia terbang kesana kemari menyambut pagi, matahari sudah memberikan sinar hangatnya untukku yang membeku selama 12 jam. Tanganku masih setia dengan sikap hormat, tapi tubuhku sudah begetar hebat, kakiku sudah tidak kuat menopang berat badanku yang tidak seberapa, aku mulai lelah.

"Selamat pagi, prajurit Lisa."

Aku seorang sersan, Jennie bodoh. Seandainya kamu adalah anak buahku, akan kubunuh dirimu dengan ribuan hukuman.

"Tegap, gerak."

Aku menjatuhkan hormatku, masih menatapnya dengan tatapan tajam. Jennie mendekatiku dan memberi satu gelas susu yang sedari tadi dibawanya. Aku hanya bisa menatap gelasnya karena tidak yakin, bisa jadi ini hanyalah rencana nakalnya untuk menjahiliku.

"Kamu pasti haus." katanya sambil menyodorkan gelasnya di hadapan wajahku, aku tidak menghiraukannya, "Apa? Takut?"

"Aku tidak akan menerimanya kalau kamu tidak meminumnya dulu."

Dia menatapku sinis sebelum menegak susunya sedikit, "Lihat? Aku masih punya hati nurani."

Dengan berhati-hati, aku menerima gelasnya dan meminumnya perlahan, tidak ada bau atau rasa aneh di susunya, rasanya benar-benar murni. Jennie menatapku tanpa berkedip ketika aku sedang meminumnya, apa aku terlihat seperti orang menyedihkan baginya?

Jennie's POV

Wanita ini bukan hanya wanita yang berlagak sok keren dengan ribuan dusta. Dia benar-benar wanita terhebat yang pernah kutemui. Maksudnya, bagaimana dia bisa berdiri selama 12 jam dan masih terlihat sehat ketika aku menemuinya? Aku tahu aku keterlaluan, tapi bagaimana dia melakukannya? Pertanyaan itu belum bisa kulontarkan padanya, mungkin nanti kalau kami berdua sudah berteman baik.

"Ayo masuk." aku berjalan di depannya, tidak jarang menoleh ke belakang untuk memastikan apakah dia mengikutiku, "Mandilah. Aku mau menyiapkan sarapan."

Dia tidak menggubris tapi mengikuti perintahku, tanpa ada rasa malu, dia membuka kaosnya dan memperlihatkan tubuhnya hanya dengan tank top, ternyata setelah kuperhatikan dia memiliki tattoo di bagian atas lengannya, bukan tattoo yang mengerikan dan aku yakin ada makna dibalik tattoo itu.

Ponselku berdering, dari pacarku, Taeyong, "Temui aku di gang Cheongdam."

Aku menelan ludah, "Kenapa tidak kesini saja?"

"Jangan banyak tanya." dia mengakhiri panggilannya,

Aku menjatuhkan lenganku dengan lemas, apa aku harus menemuinya? Perasaan cemas dan takut menghantui diriku, apa aku berbuat salah? Tapi apa? Tanpa berpikir banyak lagi, aku mengambil jaketku dan pergi tanpa memberi tahu Lisa. Sesampainya disana, aku sudah melihatnya dalam balutan jaket hitam. Suasana disini sangat sunyi pada pagi hari, sebagian orang sibuk berkerja. Aku mendekatinya yang matanya sudah tertuju padaku sedari tadi.

"Jagi." hanya itu yang terlontar dari mulutnya,

"Ada apa?" tanyaku, berhati-hati,

"Kamu dengan siapa kemarin?" sudah kuduga, dia berjalan mendekatiku, "Orang yang menalikan sepatumu itu, tidak tahu tentang kita ya?"

Aku menepis pikiran buruknya, "Astaga, dia hanya bercanda. Tidak ada hal lain yang dilakukannya padaku."

"Harusnya dia tahu siapa orang yang menjadi bahan candaannya itu, aku tidak suka."

"Bisakah kamu berhenti bersikap posesif seperti-"

Dia mencengkram kedua pundakku dan tidak membiarkanku melanjutkan perkataanku, "Bisakah kamu mengerti? Aku sudah kehilangan banyak orang dan aku takut kehilanganmu!"

Bulletproof Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang