Aku mau ke rumah sakit hari ini untuk memastikan keadaan Chaeyoung. Berharap Jennie tidak tahu, aku menuju parkiran dan masuk ke dalam mobil Porsche. Ketika aku akan menyalakan mesin, aku melihat seseorang melalui kaca.
Aku spontan berbalik, dia sudah ada di backseat, "Jennie?"
"Selamat pagi, sersan. Katanya mau mengajakku ke bioskop?" lengannya terlipat di dada, seakan tahu aku tidak bisa menepatinya,
"Aku ada urusan. Nanti saja sore."
"Kamu selalu menunda. Mau kemana sekarang?"
Entah apa yang kupikirkan, tapi aku memutuskan untuk tidak memberi tahu Jennie, "Ada urusan. Turun."
"Kamu mengusirku?"
"Turun. Aku akan menjemputmu sore nanti."
"Aku ikut saja."
Aku menghela nafas panjang sebelum mengemudi. Anak ini keras kepala sekali. Semoga saja dia tidak membuat keributan disana.
***
"Kamu sakit?" tanya Jennie ketika kami sampai di rumah sakit,
"Tidak, aku menjenguk seorang teman."
"Oh."
Keadaan rumah sakit sangat sibuk, para suster mendorong pasien kesana kemari, yang lain sibuk mendata. Pasti rata-rata yang sedang mereka urus adalah korban mall kemarin. Aku tahu kamar Chaeyoung karena kemarin aku yang mengantarnya sampai kamar. Setelah berada di depan pintu, aku mengetuknya perlahan sebelum membukanya. Ada wanita paruh baya di sisinya, dia menatapku.
"Lisa?" tanyanya, aku mengangguk, "Terima kasih." dia menghampiriku dan memberi pelukan, "Terima kasih banyak."
Aku membalas pelukannya, "Sama-sama, itu tugasku."
Beberapa detik berlalu, dia melepaskan pelukannya, "Saya mau keluar sebentar, titip Chaeyoung, ya?"
Aku tersenyum, lalu menatap Chaeyoung yang sedang duduk di kasur dengan gips di kakinya, "Iya."
Wanita itu menutup pintunya, memberi kami waktu untuk bertiga. Aku menghampiri Chaeyoung dan mengelus rambutnya, membuat Jennie menatapku tajam, kenapa? Lagian aku hanya menyukai rambut Chaeyoung yang merah dan mengkilap.
"Bagaimana kabarmu?" tanyaku, duduk di sebelahnya,
"Lebih baik. Lihat kakiku, sudah digips." dia menunjuk kakinya, "Tapi masih belum bisa dipakai jalan, sih."
"Nanti juga bisa." kataku, karena bingung melihat Chaeyoung dan Jennie saling bertatapan, aku buka suara, "Jennie, ini Chaeyoung. Chaeyoung, ini Jennie."
"Sudah tahu." Jennie menatap Chaeyoung dengan tajam,
Chaeyoung mengalihkan pandangannya dari Jennie kepadaku, "Kami satu kampus. Sering ada di kelas yang sama juga."
"Oh, kalau begitu kenapa tidak saling menyapa daritadi?" tidak ada dari keduanya yang membalas perkataanku,
***
Aku sedang berada di toko kue bersama Jennie, berniat membelikan sesuatu untuk Chaeyoung. Sepanjang waktu, Jennie tidak mengatakan apa-apa, entah apa yang membuatnya kesal, padahal tadi aku lihat Chaeyoung bertingkah biasa saja kepada Jennie.
"Kenapa kamu melakukan ini?" Jennie menghela nafas,
"Aku akan merasa tidak enak jika tidak membelikannya apa-apa." aku tidak menatapnya, sibuk memilih kue,

KAMU SEDANG MEMBACA
Bulletproof
Hayran KurguSenjata nuklir Korea Selatan mengalami sabotase yang membuat para tentaranya kewalahan, kejadian itu membuat Jendral meminta pasukan gabungan dari beberapa negara termasuk Thailand. Lisa yang tergabung dalam Task Force 7 diterbangkan bersama rekan s...