Aku menyelam dengan bantuan tabung oksigen. Jarak antara bangunan kecil di permukaan dan kapal selam militer Korea cukup jauh, tapi aku yakin tabungku masih cukup untuk meraihnya. Sesampainya di atas kapal selam, aku mencari pintu besi dan membukanya dengan cara memutar gagangnya. Aku masuk dan menutup pintunya lagi, setelah itu aku menekan tombol untuk membuang ratusan liter air yang memenuhi ruang kecil ini.
"Lisa, ganti saluranmu. Sepertinya ada tim kami disana. Over." suara Letnan berdesing di telingaku,
Aku menekan tombol transmite sebelum berkata, "Terima kasih."
Aku mengganti saluran HT-ku dan spontan terkejut ketika mendengar suara Bambam dan kawan-kawanku, tidak hanya suara mereka yang sedang panik, banyak suara tembakan dan teriakan juga. Dimana mereka? Aku melepas baju selamku dan menyiapkan senjataku menyusuri tempat ini, suara tembakannya terdengar sampai di tempat aku kini berada, sepertinya mereka dekat.
"Task Force 7?!" aku memanggilnya melalui HT,
"Lisa?" "Tunggu, aku dengar Lisa." "Tidak mungkin." "Apa Lisa disini?"
Aku tertawa kecil mendengar mereka yang tidak percaya, "Iya, aku disini. Aku di kapal selam ini."
"Lisa! Apa kamu bersama pasukan lain?" itu suara Kapten Nickhun,
"Sayangnya tidak, mereka terlalu mentaati peraturan dan tidak mau ikut denganku." aku terus berjalan sambil mendengarkan mereka,
"Tidak apa-apa, setidaknya kamu- ah!" suara dari Chantavit berdesing, sepertinya dia melakukan gerakan yang cepat, "Aku tidak apa-apa! Pelurunya meleset."
"Dimana kalian?" aku terus berjalan, melewati beberapa orang dengan pakaian hitam yang sudah tidak bernyawa,
"Ada ruangan di utara, kami sedang membersihkan jalan menuju titik merah." titik merah adalah ruangan aktivasi rudal,
"Baiklah, Jirayu. Aku akan menyusul kalian." aku mengisi peluruku dan menunduk ketika melihat laser yang terpantul dari koridor arah barat,
Aku terus mengarahkan senjataku yang tidak ber-aim. Apakah dia musuh? Tanganku menggenggam kuat senjataku, jari telunjukku sudah bersiap menembak. Tak lama setelah itu, aku melihat sosok yang tidak asing dengan balutan seragam sepertiku, itu Bambam.
"Lisa!" dia berlari dan memelukku, "Kenapa kamu disini?"
"Kenapa kamu tidak bilang tim kita akan diturunkan untuk misi di bawah sini?" aku memukul Bambam,
"Bukan hanya kita, ada Hyena dan Bravo 6. Mereka membantu kami membersihkan area."
"H- Hyena? Bukankah mereka.." orang yang kutemui di ruang medis markas?
Bambam memotong perkataanku seraya memegang pundakku, "Dengarkan aku, kita tidak akan terlibat baku tembak, justru mereka mengalihkan musuh-musuh yang berjaga, ini cara tercepat untuk kita bisa meraih bajingan itu di ruang aktivasi."
"Kamu dan aku?" aku memegang tangannya yang berada di pundakku,
"Kamu dan aku." dia menarik tangannya dariku dan mengusap dahinya, "Tadinya aku bersama Henry dari Bravo, tapi kakinya tertembak, aku menyembunyikannya di suatu ruangan dan berjanji akan menjemputnya nanti."
Bambam menarik lenganku untuk mengikutinya, kami berjalan dengan hati-hati melalui lorong demi lorong. Penerangannya sangat minim, hanya ada lampu di bagian sudut kanan dan kiri lantai, dan sirine di setiap tembok yang menyinarkan cahaya merah, tanda ada penyusup yang berhasil masuk. Kami menunduk ketika melewati area baku tembak, sampai akhirnya berhasil berada di depan pintu ruang aktivasi yang sudah terbuka, aku dan Bambam menguping pembicaraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulletproof
FanfictionSenjata nuklir Korea Selatan mengalami sabotase yang membuat para tentaranya kewalahan, kejadian itu membuat Jendral meminta pasukan gabungan dari beberapa negara termasuk Thailand. Lisa yang tergabung dalam Task Force 7 diterbangkan bersama rekan s...