11

6.2K 672 11
                                    

Lisa's POV

Aku terbangun ketika mendengar suara erangan dan teriakan di ruangan ini. Tunggu... Ini ruangan apa? Kenapa aku bisa disini? Dengan spontan, aku mengangkat tubuhku dari kasur dan melihat ke sekitar. Ada setidaknya tiga wanita yang sedang ditangani oleh tim medis, ketiganya memakai seragam tentara. Aku berdiri untuk melihat mereka yang sepertinya sedang terluka.

"Kenapa mereka?" tanyaku,

"Ah, sersan, maaf, kamu pasti terbangun." suster itu memakai sarung tangannya sebelum melanjutkan, "Mereka dari Hyena, terluka dalam misi."

"Misi?"

"Maaf, sersan. Aku kurang tahu misinya jadi aku tidak bisa memberi tahu lebih."

Aku mengangguk, "Baiklah kalau begitu, berhati-hatilah kepada mereka."

Aku keluar dari ruangan medis dan melihat dua wanita sedang cemas, sepertinya mereka satu tim dengan tiga pasien di dalam. Aku agak terkejut ketika melihat salah satu pangkat wanita di hadapanku yang ternyata adalah Kapten. Mata mereka tertuju padaku ketika aku menutup pintu.

"Mereka pasti akan baik-baik saja." kataku untuk menenangkan keduanya,

"Kamu tentara Thailand itu ya?" aku mengangguk, "Aku Irene, Kapten Bae Irene. Ini rekanku, Wendy, dia seorang Kopral."

Kami berjabat tangan, mereka masih dengan sarung tangan combatnya.

"Ada misi apa?" tanyaku dengan hati-hati,

"Jendral mengarahkan kami untuk bergabung dengan Bravo 7, banyak hostiles yang masuk ke perairan selatan, tempat kapal selam pengendali rudal. Sepertinya mereka sedang mengamati sesuatu." jawab Wendy, "Dan ngomong-ngomong, rekan-rekanmu sungguh membantu dalam misi ini. Terima kasih."

***

Aku berjalan melewati koridor, mencari kawananku yang belum kulihat hari ini. Tapi aku malah bertemu Jennie. Langkahku kuhentikan, membiarkan dia berjalan menghampiriku dengan balutan jaket chanelnya.

Tapi dia hanya melewatiku. Tidak berkata apapun lagi.

"Jennie-ya!" aku membalikkan tubuhku, dia menghentikan langkahnya tapi tak meresponku, "Mau kemana?"

"Kenapa?" tanyanya,

"Aku ikut."

"Tidak perlu. Aku bisa sendiri."

"Aku harus ikut."

"Aku bilang tidak usah."

Aku berjalan menghampirinya, "Aku ikut."

Dia menghela sebelum menjauhiku lalu melanjutkan langkah kakinya.

Sebelum dia menghilang, aku berteriak, "Aku minta maaf, Kim Jennie." dia spontan menatapku, "Itu kan yang kamu tunggu? Aku minta maaf."

Dia tersenyum, "Aku juga minta maaf." lalu pergi meninggalkanku,

Aku masih menatap arah kemana Jennie pergi walaupun dia sudah menghilang dari pandanganku. Tepukan pundak yang kuat membuatku terkejut, itu Chantavit. Dia terengah-engah seperti dikejar setan, butuh waktu puluhan detik untuknya mengatur nafas.

Bulletproof Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang