1

15.7K 958 8
                                    

Langit tampak bahagia seakan-akan dunia adalah tempat paling aman bagi para insan yang menghirup udara di muka bumi ini. Kami, Task Force 7, sedang berada di dalam pesawat Falcon, menunggu pintu bagian belakang terbuka. Aku merasakan perasaan yang janggal saat memasuki atmosfir negara Korea Selatan, padahal aku tahu mereka tidak seperti Korea Utara yang sangat mencekam, tapi tetap saja, Thailand adalah negara satu-satunya yang membuatku merasa nyaman.

"Menurutmu aku akan mendapatkan wanita-wanita cantik?" suara itu mengetuk gendang telingaku,

Aku mendelik kearah si pemilik suara, Kunpimook Bhuwakul, atau dikenal dengan sebutan Bambam, "Bersihkan pikiranmu."

"Aku kan cuma bertanya? Lagian," wajahnya kini terlihat kesal, "Aku tahu banyak wanita cantik disini, girlband-girlband itu."

Aku mendengus, "Memangnya mereka mau kamu? Seorang tentara Thailand, gaji tidak seberapa, apalagi kalau mata uangmu ditukar ke won, you will lose."

Aku melangkah menuruni pesawat melalui pintu belakang, beberapa orang sudah menunggu kedatangan kami dengan kalung bunga dan senyuman sehangat cahaya mentari, mungkin aku akan cepat terbiasa di negara ini. Mobil golf berhenti di depan kelima anggota Task Force 7, aku naik mobil yang pertama bersama kedua rekanku, sisanya naik di mobil yang kedua, padahal jalan kaki saja tidak akan membuatku lelah. Setelah perjalanan pendek, aku turun dari mobil dan disambut dengan bahasa Korea, untungnya aku sudah mengikuti les bahasa sebelum datang kesini.

"Selamat datang, sersan Lalisa Manoban." wanita itu tersenyum sambil mendekatiku,

"Ne, gamsahabnida." aku tersenyum setulusnya sambil membungkuk untuk memudahkannya mengalungiku kalung bunga,

"Ah, rupanya kamu bisa bahasa Korea. Kim Jisoo." dia mengulurkan tangannya,

Aku menjabatnya perlahan, tidak mau menyakiti pergelangan tangannya, "Pranpriya Manoban."

"Oh?" wajahnya agak terkejut, "Jadi Lisa adalah nama samaranmu? Apakah semua tentara punya nama samaran masing-masing?"

Aku tertawa, "Itu nama lainku, nama yang selalu aku gunakan kalau aku bertugas ke luar negeri. Dan ya, mereka bisa punya nama samaran kalau mereka mau."

"Keren. Aku juga sebenarnya ingin jadi tentara, tapi mereka bilang aku terlalu anggun." dia melipat kedua lengannya di dada sambil berlagak marah,

"Menjadi tentara tidak seindah yang kamu bayangkan sampai kamu menginginkannya." tanpa mengatakan apapun lagi, aku berjalan mengikuti rombonganku,

Kami sekarang sampai di pintu kedatangan, area sudah dikosongkan untuk dilewati, beberapa orang menatap kami bagaikan artis papan atas, beberapa dari mereka juga memotret kami dengan ponselnya, aku mengamati satu per satu orang dibelakang pagar pembatas dan tak sengaja melihat seseorang yang membuat langkahku terhenti.

Kami sekarang sampai di pintu kedatangan, area sudah dikosongkan untuk dilewati, beberapa orang menatap kami bagaikan artis papan atas, beberapa dari mereka juga memotret kami dengan ponselnya, aku mengamati satu per satu orang dibelakang pagar pe...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bambam yang teledor menabrakku dan bodohnya kini dia mengomeliku, "Anak ini, buat macet saja."

Aku memukul dadanya membuatnya ikut menatap wanita itu, seperti biasa, Bambam selalu terpesona oleh wanita cantik, dia tersenyum padaku seakan-akan puas telah mendapatkan pemandangan indah. Aku pernah melihatnya, tapi dimana? Mata wanita itu sempat menatapku untuk beberapa miliseken sebelum dia pergi berlawanan arah bersama orang-orang yang bisa kusebut bodyguard.

Bulletproof Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang