Pukul 2 siang, waktu sudah dua jam berlalu dan aku masih menembaki papan di ruang latihan menembak. Jennie sampai tertidur di kursi ruangan ini dengan bantuan pelindung telinga. Ini sudah peluru keseratus dan aku masih mengisi ulang. Ketika aku mengarahkan rifle AK47-ku ke papan, seseorang menurunkan senjataku.
"Lisa, temani aku." Jennie menggesek matanya, dia nampaknya baru bangun,
Aku menarik tangan Jennie untuk berhenti menggesek, "Kemana?"
"Kemana saja." aku tidak merespon, "Ke bioskop, atau ke restoran." aku tetap tidak merespon, "Aku yakin mereka tidak akan mengejarku lagi kalau aku menyamar."
Aku membawa senjataku dan mengembalikannya kepada penjaga. Kemudian keluar dari ruangan ini dalam keadaan masih diikuti oleh Jennie yang terus mengoceh. Aku berjalan kesana kemari untuk menghindarinya tapi dia tetap mengikutiku.
"Jennie." dia menatapku tanpa mengatakan apapun, "Bisakah kamu memperlakukanku seperti pertama kali kamu melihatku?"
Dia terdiam mendengar perkataanku, ekspresinya kini berubah, beberapa detik berlalu akhirnya dia mengeluarkan suaranya, "Bilang saja kalau kamu tidak mau menemaniku. Jangan menjatuhkanku seperti itu."
Dia berlari tanpa mengatakan apapun lagi, tentara-tentara yang berlalu lalang terpaksa harus memberi jalan. Entah sekarang aku harus merasa lega atau merasa bersalah, tapi aku tidak suka dipaksa seperti itu. Mungkin itu juga alasan kenapa aku tidak pernah menjalin hubungan khusus dengan siapapun. Aku menghela nafas lalu menghembuskannya sebelum mengikuti Jennie, sekarang aku merasa bersalah.
"Dia memang seperti itu."
Aku menoleh untuk melihat siapa yang berbisik, "Taehyung."
Dia melipat kedua lengan di dadanya sambil mengikuti langkahku, "Kamu tidak harus selalu mengikuti maunya."
"Sebenarnya, ada apa diantara kalian berdua?" rasa penasaranku masih bergejolak,
Beberapa detik menunggu, dia hanya menjawab, "Tidak ada. Aku duluan."
Apa itu tadi? Dia hanya datang dan memberiku informasi soal Jennie kemudian pergi tanpa menjawab rasa penasaranku. Aku masuk ke lift dan menekan tombol untuk menuju lantai paling atas, rooftop. Dan disanalah dia, sedang mengamati bangunan-bangunan kota. Aku mendekatinya, mengikuti yang dia lakukan sekarang.
"Tempat ini memang tempat favoritmu ya? Sampai aku tidak harus berpikir kemana harus mencarimu." aku menatapnya, dia tidak merespon perkataanku, "Jennie."
"Pergi sana. Cari tempat lain." dia menjauh beberapa langkah dariku,
"Nah begitu, kadang aku rindu kamu yang seperti itu. Galak." aku tertawa kecil,
"Tidak lucu."
"Kim Jennie." aku meraih tangannya dan menariknya untuk mendekatiku, tubuhnya menabrak tubuhku sebelum dia dapat menyeimbangkan diri, "Mau apa? Akan aku lakukan."
Dia melepaskan tangannya dari genggamanku, "Mau kamu lompat dari gedung ini." aku tahu dia masih kesal,
"Oke."
Aku berjalan ke ujung dan memanjat pagar pembatas sebelum menginjakkan kaki di ujung bangunan ini. Jennie mulai panik melihat aksi nekatku, dia berlari dan memegang kedua tanganku, kami berhadapan sekarang.
"Kamu tidak akan melakukannya kan?" tanyanya sambil meremas tangan kiriku, menghormati cedera di tangan kananku,
"Tergantung." aku mendekatkan wajahku kepadanya, "Kamu mau aku melompat atau tidak?"
Dia menelan ludahnya, bingung mau berkata apa dan berakhir hanya dengan gelengan kepala yang lemah,
"Kalau begitu bantu aku naik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulletproof
FanfictionSenjata nuklir Korea Selatan mengalami sabotase yang membuat para tentaranya kewalahan, kejadian itu membuat Jendral meminta pasukan gabungan dari beberapa negara termasuk Thailand. Lisa yang tergabung dalam Task Force 7 diterbangkan bersama rekan s...