Aku merasa lagu Way Back Home milik Shaun berputar di otakku dan tubuhku terasa terombang-ambing seperti berada di ombak. Dengan perasaan takut, aku membuka mataku perlahan dan mendapati diriku berada di backseat mobil yang sedang berjalan. Aku spontan membangkitkan tubuhku dan berteriak.
"Yah, aku disini. Maaf telah mengganggu malammu, nona Kim." itu suara Lisa, dia menatapku lewat kaca,
"Ada apa?!" tanyaku panik,
"Aku menerima kode darurat dari pusat, jadi dengan sangat terpaksa aku harus membawamu kesana." suaranya sangat tenang,
"M–markas militer?"
"Tepat sekali. Ayo sini, temani aku di depan."
Aku memanjat ke kursi depan, merebahkan diriku di sebelah wanita yang sedang fokus dengan jalanan. Dia menatapku sambil memegang sabuk pengaman yang melintang di tubuhnya, mengerti instruksinya, aku mengangguk sambil memasang sabuk pengamanku.
"Jam berapa ini?" aku menutup mulutku ketika menguap, tidak mau Lisa melihatnya,
"3.30 pagi."
"Apa situasi daruratnya?"
"Entah, belum tahu."
Aku mengusap wajahku, "Aku ada kelas besok. Apa aku bisa menghadirinya?"
Sebelum Lisa memberi jawaban, sebuah peluru melesat diantara aku dan Lisa, membuat lubang kecil di kaca mobil. Kami yang terkejut tidak melakukan apa-apa kecuali membeku selama beberapa miliseken. Lisa menginjak pedal gasnya dengan kuat, membuat mobil ini melaju sangat cepat sampai aku menahan nafasku.
"Sepertinya tidak. Pegangan." dia meremas stir mobilnya, matanya tajam ke jalanan,
Aku tidak melakukan perintahnya karena masih terkejut, "Siapa mereka?"
"Penggemarmu bagian dua." bodoh sekali dia masih bisa bercanda,
"Siapa mereka?!"
"Ah, diam saja dan lakukan apa yang kukatakan!!"
Lisa baru saja membentakku?
Aku berpegangan kuat ke dashboard, hatiku berdebar kencang. Lebih kencang ketika peluru-peluru melesat dan menghantam mobil yang kami tumpangi. Lisa sibuk bergulat dengan stirnya untuk menghindari mereka, kami akan melewati lintasan rel kereta api yang pembatasnya sudah turun. Aku melihat keluar jendela, ada satu mobil hitam yang menyeimbangi lajunya, dan pengemudinya menatapku tajam dengan pistol yang diarahkan kepadaku.
"Lisa!!!"
Sebelum dia berhasil melepas tembakannya, Lisa menginjak remnya secara mendadak, membuat mobil hitam itu menabrak pembatas dan ditabrak oleh kereta api yang sedang melintas. Kepalaku terbentur di dashboard, untung saja tanganku bisa menahan benturannya.
"Sudah kubilang pegangan yang kuat." Lisa menoleh ke belakang, "Masih ada."
"Masih ada apa?"
"Awas!"
Ada mobil yang menabrak kami dari belakang, membuat kami terguncang. Keretanya masih melintas, Lisa terus mempertahankan posisi mobil kami dengan memundurkannya ketika mereka akan menabrak lagi. Setelah mereka berhenti, Lisa mengambil pistolnya di dashboard dan mengisi pelurunya dengan cepat. Aku sibuk memerhatikannya sampai tak sadar seseorang membuka pintu mobil dan menarikku keluar, Lisa menembaknya dan menarik tanganku agar tidak terjatuh. Aku menutup pintu dan menguncinya disaat Lisa sibuk baku tembak dengan tiga orang di belakang kami melalui panoramic roof mobil ini.
"Menunduk, jangan bergerak."
Aku mengikuti perintahnya. Tanganku menekan kedua telingaku agar aku tak bisa mendengar suara tembakan yang membuat jantungku berdebar kencang. Pistol Lisa terjatuh dari tangannya, ketika aku akan mengambilnya, dia turun dan menginjak pedal gasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulletproof
FanfictionSenjata nuklir Korea Selatan mengalami sabotase yang membuat para tentaranya kewalahan, kejadian itu membuat Jendral meminta pasukan gabungan dari beberapa negara termasuk Thailand. Lisa yang tergabung dalam Task Force 7 diterbangkan bersama rekan s...