Jiyeon POV.
Aku benci ini semua, aku benci ketika Seokjin mengatakan namja itu menyukai ku. Kenapa, kenapa harus aku?
Bahkan ucapannya kemarin masing terngiang-ngiang di kepalaku. Kenapa ini tak mau hilang. Benarkah ia menyukai ku?
Aku tau meskipun dia selalu mengganggu ku, aku tak bisa menampik perasaan ku yang selalu berdebar saat berada di dekatnya. Jika boleh jujur, dia namja yang cukup tampan. Tapi aku tidak suka tingkah menyebalkan nya itu saat mengganggu ku. Sudah beberapa kali ia membuatku menangis dengan perasaan sakit yang aku sendiri pun tak mengerti. Saat pertama kali ia membuatku menangis di kantin, sekitar satu bulan yang lalu. Lalu untuk yang kedua kalinya saat di koridor sekolah dua minggu yang lalu. Entah kenapa hatiku sakit saat ia memperlakukan ku seperti itu.
Aku membencinya. Aku tak suka dia memperlakukan ku seperti mainan nya."Jiyeon-ah, gwaenchana?" tanya Jieun yang berjalan disampingnya.
"Ani. Aku tak baik-baik saja, Jieun-ah.
Aku membenci diriku sendiri yang tak bisa melakukan apapun saat dia memperlakukan ku seenaknya." jerit Jiyeon dalam hati berbanding balik dengan kata-kata yang keluar dari mulutnya."Ani. Nan gwaenchana." senyum Jiyeon terkesan terpaksa.
"Tapi kau terlihat tidak baik-baik saja, Ji." ujar Jieun.
"Aku baik-baik saja, hanya sedikit merasa lelah."
"Jika kau sakit kita bisa ke Uks saja, Ji." saran Jieun.
"Kau sepertinya memang butuh istirahat." lanjutnya.
"Baiklah. Sepertinya aku memang butuh ke uks." angguknya setuju.
"Ayo ku temani."
UKS
"Gomawo, sudah mau mengantarku." ucap Jiyeon.
"Ya, sama-sama. Kau istirahat lah, biar nanti ku izinkan pada guru." kata Jieun.
"Eum. Sekali lagi, gomawo." ucap Jiyeon.
"Eiyy. Kita ini kan teman, jadi wajar aku membantu temanku." ucap Jieun seraya tersenyum.
Jiyeon membalasnya. Membalas senyuman Jieun. Tidak merasa persahabatan mereka pun sudah memasuki dua bulan lamanya setelah insiden kerja kelompok waktu itu. Kini hubungan mereka bertiga, dia, Minhee dan juga Jieun begitu baik dimata siswa siswi Bangtan Hight School.
"Pergilah, kau harus mengikuti pelajaran Anh, Saem matji." kata Jiyeon.
"Eoh, kalge." angguk Jieun.
.
.
Selepas kepergian Jieun, Jiyeon merasakan kesunyian di ruang kesehatan itu. Menghirup udara lalu membuangnya kembali. Lalu tak lama kemudian ia mencoba memejamkan matanya untuk tidur sebentar saja, karena jujur saja kepalanya entah kenapa tiba-tiba merasa pusing. Jiyeon menutup matanya dan setelah itu mencoba terbang ke alam mimpinya.
Tanpa ia sadari pintu itu terbuka hingga mengeluarkan suara kecil khas pintu yang di buka secara perlahan-lahan agar ia tak terganggu.Klek!
Lalu muncul lah seseorang dari balik pintu itu dengan wajah sedikit panik.
Di kelas tadi saat ia hampir memejamkan matanya di atas tumpuan tangannya ia mendengar Jieun mengatakan bahwa Jiyeon tidak bisa masuk karena tiba-tiba tidak enak badan dan sedang beristirahat di Uks. Karena khawatir ia pun bergegas keluar kelas, bahkan tak mengindahkan panggilan dari guru yang hendak masuk saat itu memanggilnya untuk kembali ke kelas.Jeon Jungkook. Dialah seseorang yang masuk ke ruang kesehatan itu. Berjalan menghampiri Jiyeon yang terbaring dengan wajah sedikit pucat.
"Apa dia kekurangan tidur?" batin Jungkook memerhatikan lamat-lamat wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE IN THE SCHOOL [END] ✔
FanfictionKu tak tau apa yang sebenarnya tuhan rencanakan. Tujuh namja terpopuler yang begitu sangat ingin ku jauhi kini dua diantaranya harus terlibat denganku. Satu sebagai sepupuku dan salah satunya yang selalu membully ku. Menyebalkan, sungguh menyebalkan...