LIST - Part 15

1.8K 164 29
                                    

Seminggu kemudian Jungkook benar-benar berubah. Tatapan yang dingin kini semakin dingin dan menusuk tiap bertatap muka dengan murid-murid lainnya, tak terkecuali teruntuk Seokjin dan Jiyeon. Jungkook bukannya jera kini malah semakin berulah, ia selalu mengganggu Jiyeon dimanapun ia bertemu dengannya. Dua hari sebelumnya ia sempat bertemu Jiyeon, bahkan berpas-pasan dengannya di koridor sekolah. Jungkook yang saat itu masih mengingat betul apa yang ia lihat di atap saat itu pun mengeraskan rahangnya entah ia marah atau apa. Dengan tak berperasaan nya ia sengaja menyenggol bahu Jiyeon hingga gadis itu pun menubruk dinding di sebelahnya. Rasanya sakit dan Jiyeon ingin memaki pria itu saat itu juga, tapi lagi-lagi ia hanya bisa menahan emosinya di ubun-ubun ketika melihat pria itu pergi begitu saja tanpa meminta maaf padanya. Jungkook berjalan begitu santai bahkan setelah ia mengatakan sesuatu tanpa membalikkan tubuhnya.

"Kau punya mata kan? Dan seharusnya kau memakai matamu itu." katanya berlalu meninggalkan Jiyeon yang mengepalkan kedua tangannya.

Sudah cukup kesabaran Jiyeon. Kesabarannya sudah habis hanya karena seorang Jeon Jungkook.

"Aku membencimu Jeon Jungkook." geram Jiyeon membalikkan tubuhnya kemudian berlalu pergi.

Jungkook yang memang belum terlalu jauh dari tempat itu sempat mendengarnya bahkan sangat jelas di telinganya saat gadis itu mengatakan membencinya. Jungkook tau ia keterlaluan, tapi ia juga tidak mengerti dengan dirinya sendiri. Mungkinkah ia menyukai gadis itu?
Tapi bagaimana mungkin. Bagaimana mungkin ia menyukainya jika tau pekerjaannya selama ini hanya selalu menggangunya. Hingga ia memilih mengacak rambutnya sendiri. Ia frustasi.

Kembali ke saat ini.

Dengan Jungkook yang selalu menatap murid lainnya dingin dan menusuk. Seminggu ia bergelut dengan perasaannya sendiri dan hingga pada akhirnya ia paham juga.
Ia baru sadar, ternyata selama ini otaknya selalu terpenuhi oleh nama Jiyeon dan Jiyeon, semenjak ia turun dari atap saat itu. Maka sudah seminggu pula ia meyakinkan dirinya bahwa ia tak menyukainya, namun pada akhirnya ia mengalah. Berperang dengan perasaannya sungguh membuat sang empu pemilik hati kalah. Ia tak bisa membohongi dirinya sendiri jika ia sudah terjatuh pada pesona gadis yang bernama Park Jiyeon. Ia juga tak menyangka bahwa pilihannya akan jatuh pada sosok Park Jiyeon. Gadis biasa berkaca mata itu ia lah Park Jiyeon. Jungkook tak bisa membohongi perasaannya jika ia menyukainya atau jatuh cinta padanya.

Sebut Jungkook itu bodoh karena tak bisa mengungkapkan perasaannya dengan cara yang benar. Ia pintar, tapi bodoh ketika menyangkut hatinya. Mengatakan dalam hatinya jika ia menyukainya, tapi bertolak belakang dengan kelakuannya yang selalu menggangunya.
Melakukan semuanya dengan cara yang salah bukankah itu terdengar bodoh. Ia lah Jeon Jungkook, pria yang tak tau cara mendeskripsikan perasaannya sendiri.

***

"Hei Ji." sapa si sahabat Minhee yang kebetulan berpasa-san dengannya.

"Hmm." hanya sebuah deheman yang berasal dari Jiyeon untuk membalas sapaan seorang Kim Minhee.

"Kau kenapa heum...? Kenapa pagi-pagi sudah tak bersemangat?" tanya sang sahabat.

"Hanya sedikit lelah." singkat dan padat seperti itulah Park Jiyeon.

"Apa kau sedang memiliki masalah?" tak mau menyerah hingga mendapatkan sebuah jawaban yang memuaskan, maka Minhee tidak akan pernah berhenti untuk bertanya.

"Tidak."

"Kenapa tidak cerita saja masalah mu. Apa itu sungguh berat?" Minhee mendengus. Sekeras apapun ia berusaha maka hasilnya tidak akan pernah berubah. Jiyeon tetaplah Jiyeon, yang selalu kuat pada pertahannya.

LOVE IN THE SCHOOL [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang