LIST - Part 9

1.9K 164 9
                                    

"Aaa... Jadi namja kecil itu kau. Namja kecil yang eomma bilang pergi tanpa pamit padaku itu adalah kau?" Ujar Jiyeon. Jin mengangguk.

"Ya, itu aku" angguk Jin.

"Maaf aku pergi tanpa berpamitan padamu" sambung Jin menyesal.

"Lalu kenapa kau baru menampakkan batang hidungmu di depanku setelah kau tau sudah hampir 2 tahun kita berada di sekolah yang sama" ketus Jiyeon.

"Soal itu aku punya alasan sendiri. Kau juga tau siapa aku saat disekolah? Aku juga tidak mungkin pergi meninggalkan mereka lalu menghampiri mu" Jiyeon tau siapa yang Jin sebut dengan "mereka" siapa lagi jika bukan teman-temannya itu.

"Ck.. bilang saja kau malu" sinis Jiyeon.

"Aku tidak malu" sangkal Jin.

"Lalu?" Tantang Jiyeon.

"Aku hanya tidak ingin kau jadi bahan bullying para yeoja-yeoja centil itu karena diriku" Jin menghela nafasnya lalu melanjutkan ucapannya.

"Sebenarnya aku juga tidak punya nyali untuk menghampiri mu. Sebenarnya sudah lama aku ingin menyapamu dan berbincang padamu, tapi kau tau sendiri kau selalu menghilang entah kemana saat aku ingin menghampirimu. Yeoja itu Minhee, setiap ku tanya dia bilang tidak tau. Jadi aku bingung harus mencarimu kemana, tapi setelah beberapa kali melihatmu berjalan sendirian di lorong koridor aku jadi tau bahwa selama ini kau selalu pergi ke atap sekolah" jawab Jin panjang lebar.

"Jadi selama ini kau sudah tau kalau aku ini adalah yeoja kutu buku di sekolah itu. Dan diam-diam menjadi stalker ku begitu.
Sejak kapan?" Ucap Jiyeon sedikit merubah nada bicaranya menjadi sedikit lebih bersahabat dibandingkan dengan tadi yang terdengar begitu ketus dan dingin. Dan Jiyeon juga terlihat mulai melangkahkan kakinya kembali dan berhenti di sebuah taman dan mendudukkan dirinya di kursi ber-cat putih yang tersedia di taman itu.

"Sejak kapan kau kau jika itu adalah aku?" Kata Jiyeon setelah duduk di kursi taman itu.

"Sekitar dua bulan yang lalu. Waktu itu aku masih belum mengetahui ataupun mengenalimu. Aku juga belum tau jika sebenarnya kau adalah sepupuku Jiyeon. Waktu itu saat aku tiba-tiba di suruh eomma mengantarkan sebuah berkas entah apa isinya aku juga tidak tau. Eomma menyuruhku untuk memberikan itu langsung kepada bibi Tae hee. Dan apa kau tau apa yang ku lihat saat sampai disana?" Jin menjeda ucapannya lalu menengok ke arah Jiyeon yang menggeleng.

"Ani. Mwonde?" Tanya Jiyeon yang penasaran.

"Aku melihatmu. Aku melihatmu keluar dari rumah yang ku ketahui adalah rumah milik bibi Tae hee. Aku berpikir apa yang kau lakukan di rumah itu, hingga aku berpikir bahwa kau salah satu anak dari pelayan yang bekerja disana dan tinggal disana" Jiyeon mencibikkan bibirnya mendengar penuturan Jin yang mengira bahwa dirinya adalah anak salah satu pelayan di rumahnya sendiri.

"Ck.. apa tampang ku sangat mirip eoh?" Kesal Jiyeon.

"Eyy, jangan marah dulu. Dengarkan saja sampai aku selesai bicara baru kau boleh menyela" ucap Jin yang kembali membuat Jiyeon kesal.

"Arraseo, lanjutkan" dengus Jiyeon. Jin pun kembali melanjutkan ceritanya.

"Aku tidak tau kenapa bibi Tae hee meminta berkas itu kepada ibuku. Kau tau aku sangat penasaran sebenarnya apa isi dari berkas itu hingga eomma menyuruhku memberikan berkas itu langsung kepada bibi Tae hee. Aku ingin membukanya tapi aku tidak diperbolehkan untuk melihat isinya ck...

Dan yeah.. kau tau saat aku sampai di depan rumah bibi Tae hee aku justru melihatmu keluar dari sana dengan sebuah earphone yang terpasang di telinga dan tidak lupa kaca mata itu. Kaca mata yang selalu kau bawa kemana-mana saat berada di lingkungan sekolah. Saat itulah rasa penasaranku tumbuh.
Aku penasaran bagaimana bisa kau keluar dari rumah bibiku lalu para pelayan menunduk hormat selepas kau pergi. Aku ingin mengejar mu dan mencari tau sendiri, tapi aku kembali teringat dengan berkas yang aku bawa saat itu. Aku pun menggeram kesal niatku untuk mengerjarmu jadi batal dan melanjutkan niatku memasuki rumah bibi Tae hee untuk memberikan berkas itu setelah kau pergi. Dan setelah aku rasa berkas itu sudah ada di tangan bibi Tae hee aku pun melesat pergi menuju sekolah. Kau tau di dalam perjalanan menuju sekolah aku tidak henti-hentinya memikirkan soal kau yang keluar dari rumah bibi Tae hee.
Aku bingung jika kau adalah anak dari salah satu pelayan itu tidak mungkin. Bagaimana mungkin seorang anak pelayan begitu dihormati di rumah itu sendiri. Saat itulah rasa penasaranku semakin menjadi dan memutuskan untuk mencari tau tentangmu. Dan well aku berhasil, aku mengetahui semuanya sekarang berkat bantuan bibi Tae hee juga tentuya" bangga Jin tersenyum senang setelah ia rasa selesai menjelaskan semuanya kepada Jiyeon sepupunya itu.

"Ku harap kau tidak memberitahu orang lain tentangku. Cukup kau dan orang-orang rumah yang tau itu. Tutup mulutmu dan sembunyikan ini semua dari orang lain apa kau mengerti?" Seru Jiyeon kembali ke mode datarnya.

"Wae? Kenapa kau justru memilih menyembunyikan wajah aslimu yang err... Sangat cantik ini" goda Jin mencolek dagu Jiyeon.

Plak!

"Akh!" Ringis Jin ketika Jiyeon menepis kasar tangannya.

"Soal itu kau tidak perlu tau. Cukup kau tutup mulut dan sembunyikan kebenaran tentangku" sinis Jiyeon menatap tajam Jin disampingnya.

"Arraseo, tapi jangan salahkan aku jika aku mencari taunya sendiri tentang alasan kenapa kau melakukan ini" ujar Jin yang kembali mendapat pukulan dari Jiyeon.

Tak!!

"Akh!" Ringis Jin kembali memegang kepalanya yang di pukul Jiyeon.

"Kenapa memukul kepalaku?" Dengus Jin kesal. Tadi tangannya yang di tepis kasar karena menggodanya dan sekarang kepalanya yang jadi sasarannya.

"Kau ingin mati? Awas saja jika kau sampai berani melakukannya, maka kau akan habis di tanganku. Tidak peduli kau sepupuku atau bukan jika kau sampai berani melakukannya maka tamatlah riwayat mu" kata Jiyeon sedikit mengancam dan membuat Jin bergidik ngeri membayangkannya.

"Tch.. kau ini galak sekali untuk ukuran seorang yeoja. Ck.. aku tidak habis pikir memiliki sepupu sepertimu" cibir Jin.

"Kau pikir aku aku juga mau?
Sayangnya tidak!" Sarkas Jiyeon berdiri dari duduknya lalu meninggalkan Jin yang melongo ditempatkan mendengar ucapannya.

"Astaga.. yeoja itu benar-benar tidak bisa ku bayangkan. Dia yeoja atau preman kenapa galak sekali? Dan perkataannya barusan sungguh membuatku gila" Rutuk Jin memandang punggung Jiyeon yang semakin menjauh.

** Park House **

Jiyeon kini sudah berada di rumahnya setelah beberapa menit yang lalu sampai di rumah megahnya. Terlihat ia menekuk wajahnya saat melihat sosok yang kini masuk ke dalam rumahnya dengan gaya cool nya.
Jiyeon memutar matanya jengah melihat Jin yang masuk ke dalam rumahnya dengan senyuman yang tak lepas dari wajah tampannya. Dan sekarang sosok menyebalkan itu kini melangkah ke arahnya. Jiyeon semakin menekuk wajahnya kesal dan terus menatapnya datar.

"Mau apa kau?" Dengus Jiyeon.

"Mau apa? Tentu saja duduk disini" Jin mendudukkan bokongnya tepat di sofa samping Jiyeon. "Kau seenaknya saja meninggalkan ku di taman sendirian" sambung Jin kesal.

"Ck.. apa peduliku. Pergi sana" usir Jiyeon serkastis.

"Tidak! aku lelah tadi jalan kaki kesini jadi biarkan aku disini dulu untuk meregangkan otot-otot kakiku yang pegal"

"Ck.. dasar manja. Jalan sedikit saja sudah mengeluh apa lagi sampai tiap hari" cibir Jiyeon lalu berlalu meninggalkan Jin menuju kamarnya.

_
_
_

** Bighit High School **

Malam telah berganti menjadi pagi. Kini terlihat Jiyeon memasuki halaman sekolahnya Bighit High School. Seperti biasanya Jiyeon berlalu begitu saja mengabaikan tatapan-tatapan yang mengarah padanya.
Oh ayolah ini masih begitu pagi menurut Jiyeon bila harus ditatap seperti itu. Risih tentu saja. Siapa yang tidak risih bila ditatap seperti itu hampir tiap hari Jiyeon dapatkan. Jadi Jiyeon hanya memutar bola matanya jengah dengan semua yang saat ini ia rasakan.

Clash

Jiyeon telah sampai di kelasnya lalu mengeluarkan sebuah buku tebal dan mulai membacanya seperti mana biasanya ia lakukan saat ia sedang sendirian.

Tiba-tiba pintu kelasnya terbuka dan menampilkan empat pangeran sekolah itu. Lagi-lagi Jiyeon memutar matanya jengah. Kenapa hari ini moodnya seketika menjadi buruk dengan melihat keempat orang itu, apalagi soal kemarin saat ia mengetahui bahwa Kim Seokjin adalah sepupunya membuat moodnya semakin buruk saja.

"Haahh... Kapan hidupku kembali tenang?" lirih Jiyeon.





______
~TBC~
Yeyyy part 9 is back 😂😂
Maaf ya yg nunggu kelanjutan nya sedikit lama up-nya.
Udah vomment dulu jangan lupa pay pay

LOVE IN THE SCHOOL [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang