Chapter 25 : Divorce

5K 646 102
                                    

Leave me = kill me.
.
.
.

Taehyung terengah engah. Lelah memberontak lebih jauh. Ia tak sempat memperhatikan apa yang dilakukan Bar tender dengan ponselnya. Kepalanya mulai pusing. Sepertinya ia sudah benar benar mabuk.

"Hei, lepaskan aku." Taehyung murni mengatakannya, tanpa memberontak. "Gedung ini milik Clair Group kan? Aku itu salah satu investornya."

Sepertinya penjaga bar itu tidak perduli dengan apa yang Taehyung katakan. Ia tetap diam, tanpa menghiraukan. Taehyung juga sudah menyerah, tenaganya sudah habis.

Beberapa menit kemudian, ia melihat D2 nya. Supir yang biasa mengantar jemput istrinya, Ji won. Tapi ia tidak langsung menghampiri Taehyung, melainkan kepada Bar tender.

Sepertinya orang itu tengah menyelesaikan permasalahan yang ada. Taehyung muak, ia berdecih. Padahal ia bisa saja mencari alasan untuk menutup bar ini pada Clair Group.

Pandangannya teralih pada seorang gadis yang berlari terburu buru kearahnya. Rambutnya terurai kesana kemari. Sangat cantik, pikirnya. Bisa bisa nya disaat seperti ini ia melihat Ji won.

Tapi tidak, sepertinya ini bukan mimpi. Karena, Ji won memeluknya erat. Dan ia merasakannya dengan sangat, sampai ia tidak ingat apa apa lagi. Yang ia tahu, sebelum menutup matanya, Ji won mencium keningnya, lama.

[]

Taehyung membuka matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Taehyung membuka matanya. Ia melihat ke samping, ranjang Ji won. Tapi tidak ada. Kepalanya tertunduk, tangannya meremas rambutnya sendiri.

"Semalam hanya mimpi huh?" Taehyung berbicara pada dirinya sendiri.

Ia kembali mengingat bahwa semalam, Ji won yang merangkulnya kesini. Dan saat Ji won sudah ingin beranjak pergi ia memintanya untuk tinggal. Hingga berakhir memeluknya sepanjang malam, agar Ji won tak bisa kemana mana.

Bahkan Taehyung masih bisa merasakannya. Kejadian semalam itu terlalu nyata untuk dianggap mimpi. Terlihat jelas bahwa ia merindukan gadisnya. Namun tak dapat melakukan apa apa.

Ia bergegas mandi dan berpakaian rapi. Hari ini ia akan mengikuti sidang untuk menentukan hukuman Jimin. Namun saat ia baru saja keluar pintu, hidungnya mencium aroma Japchae. Membuat langkahnya menuju dapur.

"Ji won... " Langkahnya sempat terhenti, namun buru buru ia berlari.

Memeluk Ji won dengan erat. Ini adalah pelukan erat lainnya yang sudah ke sekian kali, namun akan selalu jadi kesukaannya. Tapi kali ini Ji won tidak membalas.

"Ji, maafkan aku.." Taehyung menatap Ji won yang wajahnya tertunduk, seperti menyimpan sesuatu dalam benaknya.

Ji won masih enggan membalas pelukan suaminya itu. Masih betah mematung.

"Tuan.. Tolong lepaskan. Aku akan menyiapkan makanan untukmu, setelahnya kita bicara."

Taehyung melepas pelukannya dan menatap intens wajah Ji won yang juga kelewat serius. Tidak biasanya ia begini.

"Mau bicara apa, hm?" Tangan Taehyung sekarang berada di sisi kanan dan kiri Ji won. Menguncinya agar tidak bisa banyak gerak. Wajahnya ia miringkan sambil memberi tatapan mempesona ala Kim Taehyung.

"Aku serius, sekarang kau makan dulu. Baru kuberi tahu setelahnya." ucap Ji won enggan menatap Taehyung.

Taehyung langsung menuju meja makan. "Baiklah, kau terlihat serius sekali."

Sekarang mereka sudah duduk berhadapan. Taehyung memasukan makanan ke mulutnya dengan lahap. Mungkin akibat mabuk kemarin dan perutnya sama sekali belum di isi.

"Kenapa kau pergi kesana? Kau pasti tidak makan dengan baik kan?"

Seketika Taehyung berhenti mengunyah. Menatap Ji won yang penuh dengan ke khawatiran.

"Tidak ada, hanya ingin." Jawabnya lalu kembali mengunyah.

Hingga suapan terakhir Ji won masih memperhatikan Taehyung. Saatnya ia bicara. "Sudah selesai? Aku mau membicarakan sesuatu."

"Sudah sayang, ada apa?"

"Tuan Kim, kau masih ingat bukan alasan kita menikah?" Ji won berkata perlahan. Takut Taehyung akan marah.

Taehyung mengangguk "Lalu?"

"Kau juga ingatkan tentang pernikahan ini yang kau anggap hanya permainan? Setelah itu kau bilang kita bisa— bisa ber-cerai?"

"Jadi kupikir ini saat yang tepat untuk menyelesaikan ini semua. Menyelesaikan permainan yang kita mulai. Setiap permainan pasti akan berakhir kan?" Ji won masih belum berani menatap mata pria di depan nya.

"Jadi apa maumu?" Tanya Taehyung sarkas. Nadanya kelewat dingin dengan tangannya yang melipat di dada. Matanya juga menusuk dalam.

"T—tuan, aku mau kita berpisah."

Hening, tidak ada yang memulai atau melanjutkan percakapan.

Ji won menunduk, sementara Taehyung sedang dalam amarahnya. Tangannya mengepal keras. Matanya juga memerah menandakan darahnya yang mendidih.

Dengan tiba-tiba Taehyung berdiri dan menarik taplak diatas meja sehingga semua isinya jatuh dan pecah. Piring, gelas, teko air, juga sendok jatuh berantakan.

Ji won menutup kupingnya takut. Ia takut sekali saat ini. Matanya memejam rapat rapat menahan tangis.

"Pulanglah, aku lelah." ucap Taehyung beanjak pergi. Meninggalkan Ji won yang masih ketakutan.

"Kumohon tuan, kita harus berpisah. Tidak ada alasan untuk melanjutkan ini semua. Aku bertanggung jawab atas Haesung mu. Aku terus di hantui rasa bersalah. Kumohon-- hiks."

Taehyung menghembuskan nafasnya gusar. "Kau kira hanya kau yang merasa bersalah hah? Selama lima tahun aku terus terpuruk Ji, ibuku sendiri membenciku. Bahkan aku tidak boleh mengikuti pemakaman adik ku sendiri."

"Aku menjadi penyendiri. Setiap hari aku tidak bisa tidur nyenyak karena memikirkan adikku yang sudah tiada." ucapnya dengan nada bicara yang tinggi.

"Kukira setelah mendatangi ibuku kau akan mulai sesuatu yang baru bersamaku. Kukira aku akan menemukan sedikit cahaya untuk hidupku yang gelap. Tapi aku salah, kau membuat hidupku semakin gelap, Ji. Karena permintaanmu tadi."

Ji won masih terus menangis. Ia bingung harus berbuat dan berkata apa. Ternyata bukan hanya dia yang tersiksa disini. Ternyata pria di hadapannya lah yang paling tersakiti.

"T-tuan.. "

"Pulanglah, mungkin kau lelah."

Lalu Taehyung pergi begitu saja. Wajahnya terlihat putus asa. Punggungnya menghilang setelah ia membanting pintu kamarnya.

Sementara Ji won? Ia masih terus menangis. Pasalnya bukan tanpa alasan Ji won meminta perceraian dari Taehyung.

Selain karena rasa bersalahnya, ia juga berfikir Taehyung tidak mencintainya. Jadi untuk apa melanjutkan pernikahan tanpa Cinta?

'Atau mungkin, aku tau kebenarannya. Tapi terlalu takut untuk mengakui. Karena sepertinya, aku juga lebih mencintaimu.'

[]

Editor's note
Nih yang mau sad ending :'(

Author's note
Rada ga rela gtu Endless end 😁
Oh iya, ini aku up tepat malem minggu kan hehe. Ya meski tengah malem gini, gpp. Demi kalian!

Endless. 'K.T.H'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang