OUR EIGHTEEN : 05

4K 470 10
                                    

Our Eighteen
.
.
.
Millenium Sq

Jeno terduduk di tepi lapangan basket sekolahnya dengan sebotol air mineral yang sudah habis setengah di tangan kanannya, dan juga sebuah handuk kecil berwarna navy di bahu kirinya. Ia kembali meneguk air mineral itu hingga tak ada setetes pun yang tersisa.

"OI JEN, UDAH LO?" Teriak Renjun yang masih berlari di tengah lapangan, bersama beberapa orang yang juga termasuk dalam ekskul basket sekolahnya.

Jeno mengangguk, "IYA LO AMBIL ALIH DULU, GUE MAU ANTERIN IBU NEGARA," ucapnya seraya berdiri dari tempatnya yang dibalas anggukan mengerti oleh Renjun.

"Jae, Lin, gue duluan, ya" pamit Jeno pada Jaemin dan Guanlin, yang juga berada tak jauh dari tempatnya. Guanlin dan Jaemin hanya mengacungkan jempolnya pertanda setuju.

Lelaki Adrian itu langsung saja berbalik dengan tangan kanannya yang sudah beralih pada tas hitam miliknya, dan tangan kirinya yang memainkan sebuah kunci.

Jeno menghentikan langkahnya, memasukkan tangannya pada bagian terluar tasnya, lalu mengambil sebuah benda persegi panjang berwarna silver miliknya.

Mengetikkan beberapa huruf, leaki tampan itu lalu menempelkan ponselnya pada telinganya.

"Dimana? Udah selesai, kan?" sambar Jeno langsung tepat saat seseorang diseberang sana telah mengangkat panggilannya.

"......"

"Oke, aku kesitu. Tungguin," ucapnya lagi sebelum memutuskan sambungan teleponnya.

Jeno melangkahkan kakinya, melewati beberapa koridor hingga langkahnya terhenti pada sebuah lapangan yang cukup besar, lapangan utama sekolahnya. Pandangannya menerawang ke segala sisi, hingga matanya menangkap beberapa siswi yang sedang berkumpul di bawah pohon, memakai seragam andalan mereka.

Jeno hampir sampai pada kumpulan beberapa siswi itu, namun memilih berhenti di tempatnya saat melihat seorang gadis bersurai hitam pekat berjalan ke arahnya.

Lelaki tampan itu tersenyum tipis, menghasilkan lekukan bulan pada matanya, yang juga dibalas oleh gadis bersurai hitam pekat itu.

Gadis itu menghampirinya, setelah sempat  mengatakan beberapa kalimat kepada siswi lainnya yang berada bersamanya di bawah pohon itu.

"Ganti baju dulu," ujar Jeno tepat saat gadis itu berdiri di hadapannya.

Gadis itu tersenyum tipis, "iyalah, No. Masa pulang pakai baju cheers gini," ujarnya.

Jeno hanya tersenyum menanggapi kalimat gadis itu. Gadis yang sudah menemaninya selama beberapa bulan terakhir ini, mengisi hari-harinya di sekolah yang terkadang terasa membosankan baginya.

Mereka berdua kemudian berjalan beriringan, hingga berhenti pada sebuah toilet siswa. Gadis bersurai hitam pekat itu segera memasuki toilet, sedangkan Jeno memilih kembali berjalan ke arah kantin yang berjarak sekitar lima puluh meter dari toilet itu.

Tak cukup sepuluh menit hingga gadis yang bersama Jeno tadi, keluar dari toilet dengan balutan seragam sekolah miliknya. Gadis itu celingak-celingukan, mencari sosok Jeno yang ia yakini tadi berada di depan toilet itu, menunggunya.

Saat badannya membelakangi arah kantin, sebuah botol minuman dingin tiba-tiba menempel tepat di pipi mulus gadis itu. Gadis itu sedikit terkejut, kedua matanya terbuka lebar, lalu dengan spontan ia berbalik ke belakang, mendapati sosok Jeno yang ia cari sejak beberapa menit yang lalu.

"Jenoo..." ujar gadis itu.

"Minum dulu. Haus kan?" Ucap Jeno setelah membuka tutup botol minuman berwarna hijau tersebut.

OUR EIGHTEEN | Millenium SQTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang