OUR EIGHTEEN : 15

2.1K 273 33
                                    

▪Our Eighteen▪
.
.
.
Ft. Millennium Sq

Derap langkah kaki seseorang semakin terdengar dari pintu yang menghubungkan tangga dengan atap sekolah gedung E, pertanda seseorang akan datang.

Namun seorang gadis yang sedang melakukan gerakan-gerakan sembari mendengarkan musik dari speaker yang ia letakkan tak jauh darinya itu, tidak menyadarinya. Ia malah semakin bergerak, meliuk-liukkan badannya secara indah dan teratur.

Bunyi decitan pintu yang terbuka, tidak juga membuatnya tersadar. Disana, seorang lelaki sedang menatapnya dengan tatapan tidak dapat didefinisikan. Tatapan terkejut sebab, tempat bersembunyi cadangannya ternyata juga diketahui oleh seseorang selain dirinya.

Gadis itu masih tetap bergerak mengikuti irama yang keluar sembari sesekali bergumam, "tu, wa, ga, pat..."

Entah karena insting seorang manusia, gadis itu merasa seperti sedang diperhatikan. Kepalanya perlahan berbalik mendapati sosok lelaki tengah bersandar dengan kedua tangan yang dimasukkan disaku celananya.

Gadis itu membulatkan matanya. Ia menutup mulutnya tak percaya sebelum mematikan speakernya yang masih menyala sebelumnya.

"Lo..." ujar gadis itu.

"Dance lo bagus juga, Ryujin." Ujar lelaki itu pada gadis dihadapannya, Ryujin.

"Gak salah kalo lo dipilih jadi ketua tari modern." sambungnya.

Ryujin menelan salivanya kasar. "Lo.... sejak kapan ada disitu?" tanyanya.

"Baru sih. Tenang aja. Gue gak liat semua kok." ucap lelaki bername tag Wildanio Jisung Ananta itu.

Ryujin hanya bisa mengangguk pelan. Ia bingung apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Haruskah ia segera pergi dari sini? Atau mungkin berbincang-bincang sejenak dengan Jisung? Tapi untuk apa juga?

"Kenapa berhenti? Lanjut aja." ucap Jisung seraya melangkah perlahan menuju salah satu kursi usang yang terletak tak jauh dari tempat speaker milik Ryujin.

Ryujin tersenyum canggung. Ia menggeleng pelan.
"Gak deh, gue juga udah selesai kok. Lo lanjut aja." balasnya seraya mengerti saat matanya menangkap Jisung yang mengeluarkan sesuatu dari saku celananya.

Jisung menghentikan gerakannya, "kenapa? Gue ganggu ya?"

Ryujin menggeleng cepat. "Gak kok. Gue emang udah selesai. Lagi pula udah mau masuk nih." Ujar gadis itu seraya melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.

Jisung hanya mengangguk pelan. Melihat itu, Ryujin perlahan berbalik berniat melangkah. Namun, otaknya tiba-tiba membuatnya mengingat sesuatu.

"EH-" ucap keduanya bersamaan.

Tanpa sengaja, Jisung ternyata memanggilnya juga.

"Lo duluan." Ucap Jisung.

"Lo duluan, deh." Balas Ryujin.

Sebuah senyuman tertarik di bibir Jisung, ia terkekeh pelan, "ladies first" ujarnya.

Ryujin akhirnya terkekeh juga, "okay. Gue cuma mau bilang kalo gue mau ngasih kembali payung lo yang waktu itu, mumpung gue bawa hari ini. Udah lumayan lama, gak enak gue. Waktu itu, gue pengen balikin besoknya tapi gue gak ketemu lo seharian." ujarnya.

Jisung mengangguk mengerti, "Oohh payung. Iya, nanti deh gue ambil sendiri."

"Nanti?"

"Iya, nanti."

OUR EIGHTEEN | Millenium SQTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang