▪Our Eighteen▪
.
.
.
Ft. Millennium SqAda tiga kosa kata yang tidak akan pernah muncul di kamus seorang Wildanio Jisung Ananta, yaitu minta maaf, terima kasih, dan pacaran.
Dekat dengan cewek? Apalagi!!
Tapi disinilah dia sekarang, di dalam mobilnya bersama sosok gadis yang sangat asing baginya karena kalimat sialan yang keluar dari bibir sahabatnya, Haechan. Bersama gadis asing yang beberapa menit yang lalu baru saja ia ucapkan terima kasih kepadanya.
Ucapkan. Terima. Kasih.
Seorang Jisung. Bayangkan saja.
Sebenarnya, ia bisa saja tidak menuruti perkataan Haechan tadi. Tapi, sebagai seorang laki-laki, mau disimpan dimana harga dirinya? Ditambah lagi, hujan yang tiba-tiba turun menjadi semakin deras setelah kepulangan Haechan dan Somi semakin membuat Jisung tiba-tiba menjadi laki-laki idaman setiap wanita. Baca : perhatian.
Jisung. Perhatian.
Cih.
Jisung, lelaki bermata tajam itu kali ini melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, tidak seperti dirinya yang biasa melajukan mobilnya dengan kecepatan yang menyaingi kecepatan Rio Haryanto di ajang Formula Satu musim 2016.
Entah apa penyebabnya.
Mungkin karena gadis di sampingnya?
Atau karna hujan yang turun semakin deras?
Hubungannya apa dengan hujan?
Entahlah, siapa yang tahu?
Mata Jisung masih tetap fokus ke arah jalanan di hadapannya, hingga dering telepon milik Ryujin, gadis di sampingnya menarik perhatiannya, dan membuatnya sesekali melirik ke arah gadis yang duduk di kursi penumpang di sampingnya itu.
"Iya Mah, ini udah di jalan..."
"Iyaa, Waalaikumsalam..."
Sudah sekitar delapan menit dirinya berada di dalam mobil bersama Ryujin, namun tak ada satupun yang berniat membuka perbincangan. Rasanya terlalu canggung. Bahkan untuk bergerak sedikitpun rasanya benar-benar canggung.
Mobil Nissan Juke hitam miliknya berjalan dengan sangat lambat saat memasuki perumahan townhouse di kawasan Cipinang. Hanya itu yang ia tahu tentang alamat Ryujin, saat bertanya sebelum memasuki mobil tadi. Untuk blok dan nomornya, ia tak tahu menahu.
Jisung terlihat kebingungan. Raut wajahnya sangat mencerminkan itu semua. Namun, ia tidak juga berniat mengeluarkan suaranya untuk bertanya. Padahal tak ada yang larang dan tak ada salahnya.
"Ehm.."
Kesabarannya sepertinya mulai habis. Ia berdehem pelan, berharap gadis di sampingnya itu peka.
Ryujin sontak berbalik. Alisnya sedikit berkerut, namun sedetik kemudian raut wajahnya seolah mengerti.
"Aaa, rumah gue blok U1, nomor 6. Lurus-lurus dulu, tar mentok belok kanan. Pagar hitam putih." ujar gadis itu.
Jisung menghela napasnya pelan. Sangat pelan, agar gadis disampingnya itu tidak mendengarnya. Ia kemudian mengangguk mengerti, mengikuti arahan Ryujin tadi.
Mobilnya tepat berhenti pada sebuah rumah jenis townhouse modern minimalist berlantai dua, yang bercat cream.
Ryujin hendak keluar dari mobil Jisung, tepat ketika Jisung berkata, "Hujan. Gue ambil payung dulu di bagasi,"
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR EIGHTEEN | Millenium SQ
FanfictionHow ur eighteen, dude? Emm.... ▪Our Eighteen▪ Ft. Millenium Sq Mau tau gimana manis, pahit, asamnya umur 18? Bagaimana rumitnya sekolah, rumitnya persahabatan, hingga rumitnya kisah percintaan yang mengalahkan rumitnya rumus matematika? Ada disini...