▪Our Eighteen▪
.
.
.
Ft. Millennium SqHeejin yang semula menatap kaget ke arah pintu, segera berdiri saat matanya menangkap Jaemin yang mulai melangkah memasuki kelasnya. Dan seperti biasa, kegiatan Jaemin itu segera menarik perhatian seisi kelas MIA 2.
"Ngapain lo?"
Pertanyaan itu keluar dari bibir tipis Ayodhia Heejin Utami. Ia terlihat tak suka, terbukti dari kedua alisnya yang tertaut.
Yang ditanya hanya tersenyum tipis. Ia malah melangkah semakin mendekat, hingga jarak keduanya cukup membuat seisi kelas lagi-lagi bergumam heboh.
Heejin sontak mundur kebelakang, hingga badannya terpentok meja guru, "apasih." desisnya.
"Gimana? Lo mau 'kan ajarin gue pelajaran yang lo maksud tadi? Biar gue ngehargain perasaan cewek?" tanya Jaemin dengan kedua manik matanya yang menatap lekat ke arah Heejin.
Heejin berusaha terlihat tenang, meskipun jantungnya sudah berdetak tak sesuai tempo.
"Gue gak mau!" ujarnya tegas.
"Alasannya?" tanya Jaemin.
Heejin tersenyun. Senyum meremehkan. Dengan gerakan spontan, ia menarik dasi Jaemin yang memang terpasang tidak rapih. Heejin mencengkeramnya dengan kuat membuat wajahnya kini berada di dekat telinga lelaki dihadapannya ini.
Jaemin sedikit terkejut atas perlakuan Heejin. Namun ia berhasil mengembalikkan kembali ekspresinya, yang tenang.
"Satu------gue gak suka cowo ganjen kayak lo." bisik Heejin pada telinga Jaemin dengan nada membunuhnya, berusaha dengan suara sekecil mungkin agar seisi kelas tak mendengar perkataannya, meskipun suara pekikan tetap saja tercipta karena melihat posisi Heejin dan Jaemin saat ini.
"Dua-----gue gak suka cowok yang suka nyari perhatian, bikin heboh gak jelas, kayak lo." sambung Heejin.
"Tiga----Gue gak suka cowok yang gak ngehargain cewek kayak lo."
"Dan intinya, gue gak suka sama lo!" ucap Heejin lagi dengan menakankan pada kata lo nya.
Kalimat terakhir Heejin itu diiringi dengan terlepasnya dasi Jaemin dari cengkeraman tangannya.
Jaemin lagi-lagi hanya tersenyum. Membuat Heejin mengerutkan keningnya. Perasaan, ia dengan jelas mengatakan kalimat yang cukup pedas dan menusuk, namun apa yang lelaki dihadapannya lakukan? Tersenyum? Wah, hebat.
Jaemin memperbaiki dasinya yang semakin terlihat berantakan dari sebelumnya.
"Lo, bener-bener menarik." ujarnya seraya mengurung gadis di hadapannya dengan kedua tangannya yang bertumpu pada meja guru di belakang Heejin."Tapi, lo harus denger ini---" ucap Jaemin terpotong seraya mendekatkan wajahnya pada telinga Heejin, yang lagi-lagi mendapat pekikan seisi kelas.
"Gue emang gak bisa ngerubah sikap gue demi lo, tapi gue bisa ngebuat lo suka sama apa yang lo gak suka." bisiknya terdengar horror.
Heejin menelan salivanya kasar. Baru kali ini ia merasa seperti terintimidasi. Bibirnya terkatup, tak sanggup lagi membalas perkataan Jaemin. Terlebih, posisi mereka berdua yang jauh dari kata aman.
Jaemin perlahan memundurkan wajahnya, juga tubuhnya. Sekali lagi, sebuah lengkungan di bibirnya tercipta.
"Ngomong-ngomong, lo lebih manis kalo diliat secara langsung." pujinya dengan nada pelan yang terdengar sweet, namun terdengar berbeda pada telinga Heejin."Oh ya? makasih. Gue ga ada uang kecil." balas Heejin dengan ketus.
Jaemin lagi-lagi tersenyum entah sudah keberapa kali selama sepuluh menit terakhir ini. Ia perlahan menggaruk dahinya memikirkan apalagi yang harus ia katakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR EIGHTEEN | Millenium SQ
FanfictionHow ur eighteen, dude? Emm.... ▪Our Eighteen▪ Ft. Millenium Sq Mau tau gimana manis, pahit, asamnya umur 18? Bagaimana rumitnya sekolah, rumitnya persahabatan, hingga rumitnya kisah percintaan yang mengalahkan rumitnya rumus matematika? Ada disini...