▪Our Eighteen▪
.
.
.
Ft. Millennium Sq"Lo .... gak lupa kan sama si Dika, temen kecil lo ini?"
Eunbin memicingkan matanya, berusaha mencerna kalimat tanya terakhir dari Jeno seraya menunjuk Jinyoung di hadapannya. Otaknya berputar, mencari sesuatu yang nampaknya hampir saja hilang.
Satu detik...
Dua detik...
Tiga---
"DEMI APA LO DIKA SI GENDUT YANG TINGGAL DI SAMPING RUMAH OMA GUE?!?!"
Jinyoung dan Jeno seketika terdiam bersamaan. Mereka memasang wajah cengo. Jinyoung menutup matanya beberapa detik. Inilah salah satu alasan mengapa ia tak langsung menegur Eunbin, karena diingatakan gadis itu pasti tentang Jinyoug si gendut.
Sedangkan Jeno, ia menatap Eunbin dengan tatapan kosong. Ia bukan terkejut karena masalalu Jinyoung, sebab ia sudah lama tahu tentang itu. Melainkan ia terkejut karena sosok gadis yang ia nilai introvert itu sekarang berbicara padanya dan Jinyoung dengan cara yang tak biasanya.
Eunbin refleks menyadari itu. Menyadari perubahan ekspresi pada dua lelaki di hadapannya. Ia langsung saja berdehem pelan, lalu menyibakkan rambutnya ke belakang telinganya berusaha menutupi salah tingkahnya.
"Mmm, aduh m-maaf, g-gue terlalu semangat." ujar gadis itu sedikit terbata.
Jinyoung terkekeh lalu menggeleng cepat, "eh hhh, gak, gak masalah kali." sambungnya cepat. Ada jeda beberapa detik kemudian sampai ia melanjutkan,
"Btw, ingatan lo tentang gue gak ada yang bagus apa? Masa iya sebatas si anak gendut yang tinggal disebelah rumah oma lo?" tambah Jinyoung.
Jeno yang berada di sebelah Jinyoung kini telah merubah ekspresinya, kini ia menahan tawanya, "pfft, lo emang mau diinget jadi apa, Yong? Jadi pahlawan yang nolongin pas Eunbin diganggu anak lain gitu? Basi lo--" cetus lelaki berparas tampan itu.
"Lo mending diem dulu deh, Jen. Ganggu aja." potong Jinyoung cepat.
Eunbin tersenyum tipis menanggapi. Sisinya yang tertutup kembali ia tampilkan, ia terkekeh pelan sebelum berucap, "hhh, gak juga sih. Gue gak tau aja harus ngomong gimana buat mastiin itu lo, soalnya lo lumayan beda ama yang dulu, hhh"
"Iya gue tau gue puberty goals" potong Jeno cepat, lalu beralih menatap Jinyoung.
"Basi lo, Yong. Gue udah tau, lo pasti mau ngomong kayak gitu kan? Idih" ujar Jeno lalu bergidik ngeri. Pasalnya, Jinyoung selalu mengatakan kalimat itu jika ada yang mengatakan tentang masa kecilnya yang berbeda dengan sekarang.
Jinyoung refleks menatap Jeno tak terima, "Lah? Siapa yang mau ngomong gitu bambang? Fitnah aja lo," ucapnya tak terima.
Jeno menggelengkan kepalanya, seolah tak terima dengan ucapan Jinyoung,"Udah, lo itu udah ketebak,"
Bersamaan dengan selesainya kalimat Jeno, getaran telepon milik Jinyoung yang ia simpan diatas meja membuat sang empunya meliriknya sekilas, tak berniat mengangkatnya.
"Sembarangan aja lo. Jangan didengerin, Bin. Ngawur nih bocah." ujar Jinyoung berbalik pada Eunbin. Tangannya perlahan meraih ponselnya, membuka grup disana lalu mengetikkan beberapa kata.
"Oh iya, lo sekarang tinggal dimana? Nyokap gue heboh banget minta alamat sama kontak nyokap lo pas gue ceritain kalo kita seke-," ucap Jinyoung terpotong.
"Assalamu'alaikum Wr Wb, Panggilan kepada saudara Adika Jinyoung agar segera ke Aula sekarang juga, sekali lagi kepada Adika Jinyoung agar segera ke aula sekarang juga, terima kasih."
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR EIGHTEEN | Millenium SQ
FanfictionHow ur eighteen, dude? Emm.... ▪Our Eighteen▪ Ft. Millenium Sq Mau tau gimana manis, pahit, asamnya umur 18? Bagaimana rumitnya sekolah, rumitnya persahabatan, hingga rumitnya kisah percintaan yang mengalahkan rumitnya rumus matematika? Ada disini...