OUR EIGHTEEN : 12

2.9K 413 81
                                    

▪Our Eighteen▪
.
.
.
Ft. Millennium Sq

Seorang lelaki terlihat sedang men-drible bola basket lalu memasukkannya. Ia melakukan itu berulang-ulang kali hingga tenaganya benar-benar terkuras dan membuatnya terbaring di tengah lapangan.

Dia, Ezranio Renjun Arkananta. Renjun.

Renjun bukanlah seorang tipe badboy most wanted sekolah. Bukan juga tipe lelaki irit bicara yang banyak di gandrungi gadis-gadis. Ia juga bukan ketua-ketua eskul yang membuatnya dikenal satu sekolah.

Renjun hanyalah Renjun. Lelaki yang sangat mencintai basket, setelah Tuhan, dan ibunya.

Bersahabat dengan orang-orang yang merupakan most wanted, pria dingin, bahkan ketua eskul, membuatnya mau tidak mau terikut arus di dalamnya. Arus yang membuatnya famous.

Ah, sebenarnya Renjun juga menyukai itu. Menyukai fakta bahwa ia famous di sekolahnya.

Renjun masih berkutat pada posisinya. Mungkin terlalu nyaman berbaring di tengah lapangan basket yang terletak di dalam kompleksnya itu. Memandangi langit yang mulai berganti warna, dan memandangi burung-burung yang mulai kembali ke dalam pohon-pohon.

Sebentar lagi senja datang.

Renjun segera membangungkan tubuhnya. Menyisir rambut hitam pekat ke belakang.

Rambut yang basah karena keringat yang keluar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rambut yang basah karena keringat yang keluar. Ia lalu bergerak menuju ujung lapangan, dimana bola basket miliknya berada.

Jam menunjukkan pukul lima lewat lima belas tepat saat Renjun tiba di rumahnya. Ia disambut dengan senyuman ibunya yang tengah menyirami tanaman di taman rumahnya.

"Eh sayang," sapa ibunya saat melihat Renjun yang baru melewati pagar.

Renjun hanya tersenyum tipis menanggapi. Pikirannya hanya satu, ia harus segera membersihkan tubuhnya yang sudah terasa lengket.

Telapak kaki lelaki bertubuh kurus itu baru saja akan menginjak lantai rumahnya, tepat saat suara ibunya membuatnya berhenti.

"Tadi Nakyung telepon loh. Mama angkat, bilangnya kamu lagi main basket di lapangan." ujar ibu Renjun lagi, Rena.

Renjun sontak membalikkan tubuhnya, "beneran, Ma?"

Rena mengangguk.

Renjun menghela napasnya lega. Akhirnya setelah beberapa hari tak ada kabar, pacarnya itu menghubunginya. Beginilah konsekuensi backstreet, mengingat Nakyung yang merupakan siswi kebanggan sekolah dengan puluhan penghargaan yang dimilikinya berkat olimpiade yang selalu gadis itu ikuti.

Tak mau membuang waktunya, Renjun segera melangkah dengan cepat menuju kamarnya. Mengabaikan aktivitas utama yang telah ia rencanakan. Baca : mandi.

OUR EIGHTEEN | Millenium SQTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang