•Our Eighteen•
.
.
.
Ft. Millennium Sq"Tadi girang banget mau ikut, kok sekarang malah kayak ga mau turun?"
Sapaan wanita paruh baya yang memakai jas dokter dibalik kemudi itu terdengar membuat senyum seorang gadis dengan surai hitam pekat terbentuk.
"Mama duluan aja, Siyeon nyusul bentar"
Wanita paruh baya itu mengangguk, "okey" ujarnya sebelum turun dari mobilnya.
Siyeon, gadis bersurai hitam itu tersenyum tipis tatkala matanya menatap tulisan dihadapan mobilnya yang sedang terparkir.
RS Jiwa Pondok Kopi
Gadis itu menghela napasnya pelan. Sudah hampir setahun ia tidak menginjak tempat ini, tempat ibunya bekerja. Dulu, sebelum Irene -kakaknya-, memilih untuk kuliah di luar Jakarta, Siyeon selalu datang ke rumah sakit ini hampir setiap minggu. Tak ada alasan yang khusus, hanya saja karena dengan melihat orang yang berkekurangan membuat dirinya semakin merasa lebih bersyukur. Itu yang ia rasakan.
Kurang lebih lima menit sejak ibunya turun terlebih dahulu, gadis dengan baluran dress dibawah lutut itu akhirnya memilih turun juga.
RS Jiwa Pondok Kopi di hari minggu sama saja seperti RS jiwa lainnya. Para perawat bersama dengan pasien melakukan senam bersama-sama di lapangan utama. Siyeon tersenyum melihat hal itu, mengingat dirinya pernah menjadi salah satu instruktur senam untuk para perawat dan pasien itu.
"Siyeon?"
Suara panggilan yang tiba-tiba itu membuyarkan senyuman gadis itu. Ia berbalik.
"Eh, Kak Joy?"
Joy, gadis yang merupakan teman kakaknya, Irene. Sekaligus kakak dari Mark, mantan terakhir Siyeon sebelum dirinya bersama Jeno sekarang.
Gadis dengan rambut bernuansa coklat tua itu menghambur memeluk Siyeon. "Ya ampun apa kabar? Kok baru keliatan lagi?"
Siyeon tentu membalas pelukan itu, "Baik, Kak. Lagi sibuk banget di sekolah, maklum dikit lagi mau kuliah hehe." ujarnya.
"eh iya bener juga? Kamu tuh bagus, fokus ama sekolah. Gak kayak Mark tuh, katanya malah gak mau kuliah, mau fokus jagain Mama aja katanya. Aneh banget."
Deg.
Mendengar nama lelaki itu disebut, beserta kata "Mama" membuat getaran di dada Siyeon seketika tak dapat ia kontrol. Gadis itu hanya bisa tersenyum tipis, hampir keliatan seperti ia tidak tersenyum.
"Btw, kabar--Ma--ma gimana kak?" ujarnya agak terbata pada kata mama.
"Yah gitu-gitu aja sih, tapi udah gak seburuk dulu. Noh Mama, lagi senam ditemenin Mark."
Siyeon langsung saja mengalihkan pandangannya pada arah yang ditunjuk oleh Joy.
Deg. Untuk kedua kalinya.
Melihat lelaki itu lagi setelah beberapa bulan membuat Siyeon tidak bisa menutupi kencangnya degupan di dadanya.
Siyeon lagi-lagi hanya bisa tersenyum tipis. Jujur saja, bukan ini alasannya untuk datang ke tempat ini. Bukankah sudah Siyeon katakan? Bahwa alasannya kesini karena membuatnya lebih bersyukur sebagai manusia, mengingat akhir akhir ini dirinya sering merasa kurang dalam hal apapun atau disebut anak jaman sekarang dengan insecure.
Belum tiga puluh detik sejak kalimat terakhir Joy, seorang lelaki terlihat berlari menghampiri mereka. Siyeon yang melihat itu merasa semakin gugup saja.
"Kak, bantuin Mama balik ke kamar yah, kasian perawatnya gak cukup buat balikin pasien satu-satu. Gue mau pulang dulu, lupa ba--"
Ucapan lelaki berwajah tampan itu tiba-tiba saja terputus, tatkala mata hitamnya menangkap sosok gadis di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR EIGHTEEN | Millenium SQ
FanfictionHow ur eighteen, dude? Emm.... ▪Our Eighteen▪ Ft. Millenium Sq Mau tau gimana manis, pahit, asamnya umur 18? Bagaimana rumitnya sekolah, rumitnya persahabatan, hingga rumitnya kisah percintaan yang mengalahkan rumitnya rumus matematika? Ada disini...