OUR EIGHTEEN : 04

4.4K 508 10
                                    

Our Eighteen
.
.
.
Ft. Millenium Sq

Jam istirahat tiba. Jika semua siswa siswi berada di kantin pada jam istirahat, maka berbeda dengan gadis berwajah bak barbie yang berada dalam sebuah ruangan yang dipenuhi dengan alat untuk menyiarkan radio ini. Sejak sepuluh menit sebelum bel berbunyi, ia sudah berada di ruangan ini, menggenggam sebuah kertas sembari berjalan mondar-mandir.

Langkahnya tiba-tiba terhenti saat mendapati ponselnya bergetar, pertanda seseorang meneleponnya.

Adelana is calling...

Dengan gerakan cepat, ponselnya telah berada di telinganya.

"Halo Del, gimana?" Sambarnya cepat.

"Aduh Jin, Yerim gak hadir hari ini. Kata temennya, dia gak ada kabar hari ini, sepertinya sih sakit" ucap seseorang diseberang telepon.

"Astaga, tuh anak ya kok gak bilang sih. Aduh ini gimana dong, gue?"

"Udah lo aja, napa pusing coba"

"Yailah Del, gue gak siap. Gue juga gak ada naskah"

"Siap gak siap harus mau. Btw, senior gak butuh naskah, beb. Fighting"

Tuut...tuuttt.

Gadis bak barbie itu melenguh pelan, saat sambungan teleponnya telah diputuskan begitu saja.

Pandangannya terfokus pada microphone dan headphone yang berada tak jauh di hadapannya. Gadis itu mengacak rambutnya sedikit frustasi, sebelum akhirnya menarik napasnya dalam-dalam.

"C'mon, Heejin. Lo udah sering jadi penyiar radio dadakan" gumamnya pada dirinya sendiri.

Gadis bernama Heejin itu, lagi-lagi menghela napasnya. Statusnya sebagai ketua penyiar radio sekolah, membuatnya harus siap siaga menjadi penyiar radio dadakan, saat anggotanya sedang berhalangan.

Meskipun dunianya tak jauh dari penyiar radio sekolah, tidak menutup kemungkinan untuk dirinya merasa sedikit gugup. Buktinya seperti saat ini, ia masih menetralkan deru napasnya yang sedikit tidak teratur karena rasa gugupnya yang melanda.

Sekitar dua menit waktu yang dibutuhkannya untuk menetralkan deru napasnya, hingga akhirnya ia tersenyum tepat saat tangan putihnya menindis sebuah tombol ON AIR.

Our Eighteen

Sudah...

Sudahi semua bicara...

Ku ingin segera berdua...

Dan pagi menjelang...

Melahirkan mentari pagi, dan...

Sudah...

Sudahi semua prasangka...

Dunia, berputarlah saja...

Rekam peristiwa...

Yang takkan terulangi lagi, dan...

Sudah..

Sudahi malam yang duka...

Dunia, kau 'kan baik saja...

Hujan akan tiba...

Melahirkan pelangi...

Belajar memahami masa depan...

Takkah yang disimpan akan tenang?...


Melahirkan semua nada indah...

Mencoba menjadi bahagiamu sendiri...

Sudah...

Lupakan semua...


Suasana kantin yang sedang padat-padatnya dan sedang ribut-ributnya tiba-tiba seketika terdiam selama beberapa menit, mendengarkan lagu yang sedang tren di kalangan remaja itu--Sudah oleh ardhito Pramono--yang terputar di speaker sekolah yang terletak di langit-langit pojokan kantin.

Yang untuk kali ini, tentang saya, dan kalian, para manusia kuat yang masih sanggup bertahan dihubungan menyakitkan...

Suara pembawa radio sekolah kembali terdengar. Kali ini adalah sesi membacakan pesan dari para pendengar yang notabennya adalah para siswa-siswi, yang dikirim melalui Official Account Radio Sekolah.

OUR EIGHTEEN | Millenium SQTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang