OUR EIGHTEEN : 17

2.3K 245 17
                                    

2400+ kata nieeehh

Comment yang banyak yaw, biar aku semangat nulisnya wakakaka

Our Eighteen
.
.
.
Ft. Millennium Sq

Guanlin berjalan keluar dari pintu aula sekolahnya bersamaan dengan Jinyoung, Jeno, Renjun, Jisung dan Jaemin. Mereka berenam baru saja menyelesaikan rapat kedua untuk acara tahunan untuk mengadakan pensi dan lomba-lomba antar sekolah dimana Kartika adalah tuan rumahnya.

Jika kebanyakan acara tahunan sekolah lain dikoordinir oleh osis saja, maka SMA Kartika berbeda. Guanlin dan yang lainnya bukan anggota osis, bukan juga ketua eskul kecuali Jeno si kapten basket sekolah. Hanya saja memang mereka adalah orang-orang berpengaruh, yang memiliki koneksi dimana-mana. Sehingga mereka selalu diajak untuk sama-sama menjalankan suatu acara sekolahan.

Guanlin, si lelaki tinggi itu masih terus berjalan dibelakang yang lainnya. Tangannya yang sebelumnya berada di kedua saku celananya, perlahan ia keluarkan bersamaan dengan ponsel blackmatte miliknya yang tengah berdering.

Guanlin perlahan menghentikan langkahnya. Ujung bibirnya sedikit terangkat saat matanya membaca siapa sosok yang menelponnya.

Rata is calling...

"Woi, lu pada duluan aja. Gua angkat dulu." ujarnya seraya menggoyangkan ponselnya.

Kelima lelaki dihadapannya serentak berbalik ke belakang lalu mengangguk mengerti.

Guanlin segera menempelkan benda persegi panjang itu pada telinganya setelah tangannya menekan tombol hijau dilayar.

"Kangen lo?" sapanya asal.

"Idih bacot. Chat gue baca, penting."

"Yaelah Ta, gausah kangen kali, gue juga lagi dikoridor kok ini, bentar lagi nyampe ke--"

Tuut. Tuut. Tuut.

Guanlin terkekeh pelan saat mendengar panggilan itu diputuskan secara sepihak.

Lelaki tinggi itu menghela napasnya pelan. Dengan cekatan, ia membuka ponselnya, mencari sebuah chat yang sudah tertimbun oleh chat lainnya.

Rata

P
P
Woi
Tianh
g
Tugas seni budaya njir
Klo lo gk mau tggl blg aja, nnti gw prgi sendiri

Bentar
Gue ke kelas skrg

▪▪▪

Guanlin segera memasukkan ponsel nya kembali ke dalam saku celananya, mengabaikan beberapa chat yang memenuhi roomchat aplikasi line miliknya.

Langkah lelaki tinggi itu kini berhenti di depan sebuah kelas. Ia mengintip dari luar sebelum memasuki ruang kelas itu. Alisnya sedikit berkerut saat matanya menangkap pemandangan di dalam kelas.

Guanlin sontak melirik pada jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.

Ia tak salah. Jam sudah menunjukkan pukul tiga sore, namun tak ada guru di kelasnya. Kebetulan macam apa ini?

Memanfaatkan kesempatan, ia segera memasuki kelasnya. Berjalan dengan gaya khasnya menuju kursinya yang terletak di jejeran barisan belakang.

"Woi, Ta." sapanya pada teman duduknya sebelum ia menurunkan bokongnya pada kursi disebelah gadis berambut panjang yang ia panggil Ta itu.

OUR EIGHTEEN | Millenium SQTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang