SUN

1.1K 176 93
                                    

Plann menimang bayi mungil yang tak henti menangis. Seolah bersedih karena terlahir tanpa sosok manusia yang juga telah memberinya kehidupan. Plann mengusap hidung mungil si bayi. Senyum terkembang. Walau air mata membendung di pelupuk.

"Kau mirip sekali dengannya...."

Dan tangis terhenti. Sepertinya bayi itu senang mendengar pujian itu dari Plann. Senyum Plann melebar.

"Kau bahkan lebih menyukainya dari pada aku. Chuu..."

Plann mengecup pucuk hidung si bayi.

"Maafkan aku ya..."

Dan bulir hangat jatuh di pipi mungil bayinya. Sesak memenuhi dada,rasa sakit,lelah dan rindu yang terpaksa Plann harus tahan demi seseorang. Seseorang yang telah menguasai dirinya sepenuhnya.

Ring....ring...ring...

Ponsel berdering dan Plann tau sapa yang memanggil. Karena hanya ada satu orang yang terus-menerus memanggil nomornya sejak ia masuk ke rumah sakit ini.

"Ya Beam... Aku baik-baik saja... Dia sedang ku gendong... Laki-laki... Dia manis sekali... Dia mir..."

Plann menghentikan ucapannya. Sadar kalau perkataannya bisa saja melukai perasaan Beam.

Dan si bayi mungil kembali menangis. Minta diperhatikan.

"Ah,Beam... Nanti ku telepon lagi yah... Aku..."

Klik...

"Plann..."

Suara rendah khas pria menusuk ke dalam telinga Plann. Plann tahu betul siapa pemilik dari suara itu.

"Phii Plann..."

Plann terduduk di ranjang. Tak berani menoleh untuk sekedar memastikan wajah si pemilik suara. Karena Plann sudah teramat yakin dengan dugaannya. Si bayi mungil berhenti menangis seketika. Plann menunduk menatap wajah mungil yang kini tersenyum. Tangannya bergerak seolah ingin meraih sesuatu. Meraih seseorang yang mungkin si mungil tahu kalau dia adalah juga bagian dari kehidupannya. Dan air mata tak terbendung. Tercurah menghujani si bayi.

Derap langkah cepat terdengar. Dan seketika dua buah lengan kekar memenjara tubuh Plann.

"Phii Plann..."

Mean berbisik di telinga Plann. Bibirnya menempel di daun telinga Plan. Hidungnya meresapi aroma maskulin nan manis yang menguap dari rambut Plann. Aroma yang tak akan pernah bisa Mean lupakan.

"Terima kasih phii..."

Plann bergetar,suaranya tercekat dan air mata meluncur dengan derasnya. Mean mengecup pipi Plann. Dan Plann tenggelam dalam emosinya.

"Terima kasih kau telah menjaganya."

Mean mengalihkan pandangan pada bayi mungil dalam dekapan Plann. Begitu mirip dirinya. Dan saat Mean melihat si bayi tersenyum. Darah dalam dadanya berdesir. Kebahagiaan yang tak terlukiskan tiba-tiba membiusnya. Air mata jatuh saat bayi mungil itu membuka mulutnya mengeluarkan suara khas bayi seolah menyapa Mean. Mean tak bisa untuk tak mencintai anak hasil benihnya. Anak hasil cintanya. Dan perasaan bahagia ini tak ingin Mean lepaskan begitu saja. Dia ingin memilikinya,dia ingin merasakannya terus. Selamanya.

"Terima kasih telah menjaga anak kita..."

Dan Plann tak bisa menolak pandangan hangat Mean. Tak bisa menolak hangatnya perasaan cinta Mean yang terpancar begitu saja. Yang merasuk ke dalam aliran darah. Memberinya harapan,semangat dan juga cinta yang selama ini ia rindukan.

Terima kasih phii....

Bibir lembut Mean menyapa milik Plann. Meruntuhkan dinding dan membuat debaran yang sangat Plann rindukan.

Terima kasih Mean...








Short update 😁😁😁 author buntu. Mau dilanjut gak nih?? Atau udah sampe disini aja??

BTW aku baru tau kalau ada yang ship Mean dan Saint 😁😁 maaf author kudet. Aku sih oke sama kapal hantu. Tapi kok sakit ya... Kalau liat Mean sama Saint 😁😁 gak tega sama baby Plann... Walaupun aku gak mikir kalau Mean dan Plann bener jadian (tapi boong 😁😁 aslinya sih ngarep bgt mereka real 😁😁).

Kalau gitu apa perlu kita bikin kapal hantu tandingan?? 😁😁😁

Iseng aja nih... Ada ide gak?? Pasangan yang cocok buat Plann. Selain Mean dan author ya...
Boleh deh tulis di komen.

Terimakasihh.... 😘😘😘

PierceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang