Mimpi

1.3K 199 14
                                    

Seminggu setelah kejadian di Pattaya Mean malah sama sekali tak bisa menghubungi Plann. Bahkan sudah dua kali acara yang berhubungan dengan drama mereka pun Plann absen. Padahal Mean yakin saat Beam menarik Plann keluar saat itu adalah saat kemenangan dia. Plann mencintainya. Sudah pasti Plann lebih memilih dia di banding Beam.

Waktu menunjukan pukul 3. Hari ini pun akan ada acara award dimana seluruh cast LBC diundang ke acara itu. Acara dimulai pukul 5,Mean sengaja datang lebih awal sambil berharap dia bisa bertemu dengan Plann. Tapi ketika waktu menunjukan pukul 4 pun Plann sama sekali tak terlihat batang hidungnya.

"Phii New... Apakah Plann absen lagi hari ini??"

Tanya Mean penuh harap dan cemas.

Phii New tersenyum.

"Dia datang kali ini. Oh.. iya dia juga bilang ada yang ingin dia bicarakan denganmu setelah acara ini."

Deg...

Tiba-tiba Mean merasakan perasaan yang tidak biasa.

"Tentang apa phii..."

Phii New hanya tersenyum dan berlalu. Tak berapa lama berselang akhirnya Mean melihat Plann memasuki ruang make up. Plann tersenyum ramah pada setiap staff.

"Phii Plann kau pucat sekali,sakit??"

Perth menghampiri Plann terlebih dahulu sambil memeriksa wajah Plann yang memang terlihat pucat. Namu Plann tersenyum sambil menggeleng lemah.

"Gak kok..."

Plann melihat ke arah Mean yang sedang menatapnya. Plann sedikit membungkuk lalu tersenyum. Tapi entah mengapa Mean malah merasa asing dengan senyum Plann.

################################

Acara award selesai semua cast LBC menemui fans untuk melakukan fanservice tentunya. Di luar dugaan Plann yang biasa terlihat dingin dan malu-malu. Hari itu malah terlihat lebih aktif menggoda Mean. Membuat Mean semakin merasa asing dengan Plann.

Mean menarik lengan Plann yang tengah sibuk berpose di hadapan para fans.

"Kau kenapa Plann??"

Plann menatap Mean dengan senyum lebarnya.

"Hmm?? Gak apa-apa."

Senyumnya makin lebar. Membuat Mean yakin memang ada apa-apa dengan Plann.

################################

Acara award dan jumpa fans benar-benar berakhir. Kini mereka semua duduk mengelilingi meja di sebuah restaurant. Mean duduk di depan Plann. Plann masih memasang senyum lebarnya. Sementara Mean masih menatapnya penuh selidik. Mean memberanikan diri menggenggam tangan Plann. Tapi dengan cepat Plann menarik tangannya kasar,menghindari sentuhan dari Mean. Mean terkejut begitu pula dengan Plann. Tapi sedetik kemudian keterkejutan Plann berubah jadi senyum. Hal itu makin membuat Mean tak bisa menahan emosinya.

"Kata phii new kau punya sesuatu untuk kau katakan padaku."

Mean menautkan keningnya. Plann menatapnya dengan senyum.

"Oh iya... Aku memang punya sesuatu yang ingin aku katakan pada kalian."

"Kalian??"

"Phii..."

Tiba-tiba suara yang familiar di telinga Mean menyapa.

Beam.

Plann berdiri dari kursinya untuk menyambut kekasihnya. Plann tampak sumringah saat Beam memeluk dan mendaratkan ciuman di pipinya. Mean benar-benar bingung. Dan terbakar.

"Maaf semuanya... Kenalkan Beam pacarku."

Semua yang duduk bersama mereka pun kaget tapi kemudian menyoraki pasangan itu. Perth malah langsung berdiri dan memeriksa Beam dari ujung kepala hingga keujung kaki.

"Ternyata aku masih lebih tampan."

Dan semua orang pun tertawa kecuali Mean. Ia menatap Plann dengan perasaan yang benar-benar tak menentu.

Kau mencintaiku Plann.

Kenapa kau masih tak mau mengakuinya juga?!!!

################################

Selama acara makan malam itu berlangsung Mean tak pernah sekalipun mengalihkan pandangannya dari Plann. Plann pun menyadari hal itu. Tapi ia berusaha untuk tak mempedulikan tatapan Mean yang seolah bisa melubangi dadanya. Sementara Beam yang juga menyadari Mean yang menatap kekasihnya. Lama kelamaan merasa risih juga.

"Phii Mean... Ada apa dengan pacarku?? Kau menatapnya sampai tak berkedip."

"Mungkin ia cemburu Beam..."

Perth menyahut. Sambil diiringi derai tawa dari yang lain. Plann pun ikut tertawa palsu. Sementara Beam hanya menyeringai. Mean benar-benar tak bisa menahannya.

"Ya... Aku memang cemburu Perth."

Mean menjawab dengan nada serius. Membuat suara tawa mendadak hening.

"Ah... Tin akhirnya mendapat karmanya."

Sahut Plann menggoda. Riuh kembali terdengar. Tapi Mean benar-benar tidak ingin bercanda.

"Sayangnya aku cemburu pada Plann bukan Can."

Mean menatap tajam ke arah Plann. Mean bisa melihat kegugupan di wajah Plann. Tapi Plann masih berusaha tersenyum. Tepat saat Plann membuka mulutnya. Mean menyela.

"Aku juga tau Plann lebih menyukai Mean dari pada Tin."

Mean melirik ke arah Beam.

"Sayang sekali kau terpaksa harus menerima anak ingusan ini."

Beam mengepalkan tangannya. Tapi Plann menggenggam kepalan tangannya.

"Aku mencintai Beam,Mean."

Plann masih berusaha tersenyum.
Sementara Mean menahan emosinya yang mendidih.

"Cchh... Untuk apa kau masih membela anak ini. Apa kau lupa apa yang sudah kita lakukan mingg.."

"Aku mencintai Beam,Mean!! Kau harusnya bisa membedakan antara peran dan kehidupan nyata. Kau harusnya bisa membedakan antara Tin dan Mean!"

Suasana canggung seketika tercipta. Plann menghela napas lalu bangkit dari kursinya.

"Maaf. Beam... Lebih baik kita..."

Badan Plann lemas seketika. Untung Beam dengan sigap menahan badannya.

"Phii... Kau..."

Mean pun tiba-tiba sudah berada disamping Plann dan berusaha menarik tubuh Plann menjauh dari Beam. Tapi Beam menarik tubuh Plann kembali.

"Berhenti mengacaukan hubungan kami,phii Mean!!!"

"Chh!Mengacaukan?? Plann mencintaiku!!!"

Mean kembali menarik tubuh Plann yang sudah sangat lemas. Beam tak bisa menahan emosinya. Dan satu tinju mendarat di wajah Mean.

"Jalang!!! Kau tahu dia milikku!! Tak ada hak untukmu mencintai dia!!!"

Semua orang berusaha menahan Mean dan Beam yang tampak mulai hilang kendali. Sementara Plann yang semakin lemas hanya mampu meringis sambil menahan rasa sakit di perutnya. Ia sama sekali tak bisa bersuara saking sakitnya.

Bukk...

Tubuh Plann pun akhirnya jatuh ke lantai. Saat Mean berusaha membalas tinjuan Beam.

Antara sadar dan tidak Plann berbisik lirih dalam hatinya. Berharap kalau semua yang ia alami hanyalah sebuah mimpi.



*Terimakasih atas vote dan komennya. Maaf kalau dari segi penulisan dan cerita yang kurang bagus. Saya hanya seorang pemula 😁😁 jadi mohon dimaklumi. 😀😀

PierceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang