8 bulan kemudian,TokyoPlann merasakan sakit yang hebat diperutnya. Untung kakaknya Prim sengaja datang dari Thailand untuk menemaninya. Kalau saja tak ada Prim mungkin Plann tak akan tertolong. Prim yang memang seorang dokter dengan cekatan membantu Plann untuk mengurangi sedikit rasa sakit akibat kontraksi.
"Sepertinya sudah waktunya Plann. Sebentar aku harus memanggil ambulance."
Prim berlari ke arah tasnya untuk mencari smartphonenya. Sementara Plann yang terbaring di atas sofa. Terus mengerang menahan sakit. Keringat dingin mulai bercucuran. Nafasnya memburu,perlahan pandangannya mulai kabur dan gelap.
"Plann...."
Sayup terdengar teriakan kakak Plann memanggil. Tapi Plann sudah jatuh jauh di bawah alam sadar.
################################
Seoul
Mean tersenyum bahagia. Di depannya ada sosok wanita cantik yang sedang menemaninya menikmati makan malam romantis. Perlahan Mean menggenggam tangan si wanita yang tampak tersipu. Mean tersenyum,begitu manis. Lalu mengecup punggung tangan halus si wanita dengan ekspresi penuh cinta.
"I Love You"
"Cut!!!"
Teriakan sutradara lalu membuat suasana romantis menjadi riuh. Mean tersenyum lega karena syuting drama terbarunya akhirnya selesai. Mean melangkah menjauhi set untuk bergabung dengan phii New yang duduk di balik layar monitor.
"Bagaimana phii??"
"Bagus!! Akhirnya syuting kita berakhir juga. Thailand... Aku pulang!!"
Phii new bersorak gembira. Mean pun ikut tertawa melihat kelakuan sutradara sekaligus temannya itu. Phii New bangkit dari duduknya. Saat tiba-tiba ponselnya berdering memperlihatkan wajah seorang wanita yang tak asing untuk Mean. Air muka Mean langsung berubah. Phii New melirik ke arah Mean dan berjalan menjauh.
Mean tahu siapa wanita yang kini sedang berbicara dengan phii New. Phii New tampak begitu senang selama berbicara dengan wanita di seberang Line. Beberapa kali Mean mendengar Phii New mengucapkan kata selamat. Membuat Mean penasaran. Tanpa sadar Mean melangkah ke arah Phii New. Tapi seseorang tiba-tiba menahan lajunya.
"Saint??"
"Ayo kita makan di restaurant dekat sini Mean. Mumpung masih di Korea. Sebaiknya kita manfaatkan moment ini untuk sekalian berlibur."
Mean memijit keningnya,mulutnya tersenyum kaku.
"Aku lelah sekali hari ini. Bagaimana kalau besok saja."
Saint tampak kecewa walaupun bibirnya melengkungkan senyum.
Mean kembali mendekati phii new yang kini sudah tak berbicara di ponselnya. Ia tampak bahagia sekali."Kau kenapa phii?? Keliatannya senang sekali??"
Phii New masih tersenyum lebar sambil menggelengkan kepalanya.
"Tak ada apa-apa."
Phii New menepuk bahu Mean lembut lalu melangkah melewati Mean menuju assistennya.
"Tolong pesankan tiket ke Tokyo. Pokoknya pesawat yang paling pagi. Aku mau lihat cucu baruku!!! Hahahaahaaa...."
Suara tawa Phii New menggema memenuhi restaurant mewah itu.
Cucu??
################################
Bangkok,
Beam menunggu dengan cemas di kamarnya. Setelah mendapat kabar bahwa Plann akan melahirkan Beam sama sekali tak bisa tenang. Melahirkan bukanlah sesuatu yang tanpa resiko. Beam sangat takut sesuatu yang buruk terjadi pada Plann. Beberapa kali Beam menelpon nomor Plann tapi tak ada balasan. Beam pun sudah mencoba menelpon nomor Phii Prim namun nomornya selalu sibuk.