2

84K 6.9K 404
                                    

⚠ Rating sudah aku sebutkan di deskripsi ya ⚠







Mata Areum memulat sempurna, mulutnya menganga lebar. Tidak percaya jika ia masih sadarkan diri saat ini. Ia jadi betanya-tanya siapa yang mendesain rumah seperi istana ini. Ia juga tidak bisa membayangkan berapa mahal perabot yang ada disini. Areum berani bertaruh, jika saja ia memecahkan guci besar di sudut ruangan sana, bekerja seumur hidup pun ia tak akan sanggup mengantinya. Lihatlah betapa menawannya guci itu berdiri disana.

Akibat terlalu sibuk mengagumi seisi rumah ini, hingga Areum tak sadar jika langkahnya sudah membawanya pada wanita paruh baya yang tengah duduk dengan anggunnya di kursi besar bak kursi tahta ratu kerajaan. Meskipun sudah berada di usia setengah abad, namun tak mengurai aura kecantikannya. Tentu saja, mungkin nyonya ini menghabiskan jutaan won hanya untuk merawat dirinya.

Membayangkannya saja, membuat Areum semakin berpikir jika hidupnya memang tragis. Bagaimana tidak. Seorang wanita paruh baya saja menghabiskan jutaan won untuk perawatan kulitnya, sedangkan Areum gadis berumur 19 tahun saja, tidak punya body lotion sama sekali. Bedak pun ia hanya punya bedak bayi. Padahal seharusnya gadis seusianya, akan gila melakukan perawatan ini dan itu untuk tubuh mereka.

Menyadari tatapan nyonya besar pemilik rumah ini, atau calon majikannya, dengan catatan Jika ia diterima disini, membuat Areum sadar dan kembali pada kenyataan. Kenyataan dimana ia seperti akan dieksekusi mati hanya dengan tatapan itu.

"A-annyeonghaseyo, nyonya," sapa Areum gugup.

"Silahkan duduk. Kita aka segera melakukan wawancaranya."

"B-baik."

Lantas, Areum duduk di sofa yang berseberangan dengan sang nyonya besar. Astaga, hampir saja pantatnya kaget saat menduduki sofa. Terbuat dari apa rupanya sofa merah maroon ini? kenapa terasa sangat lembut dan empuk, jauh sekali dari kasurnya. Menyedihkan. Jika saja ia di terima bekerja disini, disuruh tidur di sofa ini saja Areum tidak akan keberatan. Ia akan menerimanya dengan senang hati.

"Siapa namamu nona?"

"Han Areum."

"Baiklah nona Han Areum, perkenalkan saya Min Taehee,"

"Ne, nyonya Min."

"Berapa umurmu?"

"19 tahun."

"Sangat muda."

"...Keluargamu tinggal dimana?"

"Aku sebatang kara."

"Oh maaf. Dari mana kau berasal?"

"Panti asuhan di Busan."

"Lumayan jauh."

"... Apa kau bisa memasak dan beres-beres rumah?"

"Tentu nyonya."

"Baiklah, sekarang kita masuk ke pertanyaan inti."

'Pertanyaan inti? Bukankah pertanyaan tadi sudah mewakili semua pertanyaan untuk calon pembantu?' Batin Areum.

"Berapa tinggi badan dan berat badanmu?"

'Ah mungkin saja calon pembantu harus bertubuh tinggi karena harus memanjat untuk membersihkan rumah setinggi ini'

"Aku 155cm dan 45 kg."

"Cocok dan sedikit kurus."

"Apa tamu bulananmu datang secara teratur?"

'Kenapa harus ada pertanyaan semacam ini? Nyonya Min sangat teliti rupanya'

"Y-ya, nyonya."

Perfect Little Wife (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang