"SUDAH dengar berita tentang bomin?" pemuda kim melepas tesmak bacanya. atensi yang semula berfokus pada novel tebal, kini beralih kepada seseorang yang tengah mendekat dengan ransel hitam menggantung di bahu kanannya.
yang diajak bicara tidak menyahut. malah melewati tanpa melirik, tatapannya kukuh ke depan, bersiap membuka pintu studio. mengabaikan seorang lain yang rela berdiri dari duduknya hanya untuk menyapa lantas dicuaikan bagai orang tanpa rupa.
"felix―" panggilannya terputus karena si empunya nama sudah membanting pintu studio. memberi batas berupa pintu kaca buram dengan kayu jati di tiap sisinya.
sebuah bentuk penolakan yang nyata untuk berbicara empat mata.
tapi seungmin tidak menyerah. sekat pembatas ia turut buka perlahan, menciptakan bunyi engsel tidak mengenakkan. netranya menangkap sosok yang ia tuju tengah terduduk dengan kaki terbuka lebar, tangan serta tubuh bagian depannya menyentuh lantai dingin.
tanpa basa-basi, seungmin mendekat. mendudukkan diri di sebelah kiri felix yang masih abai. pemanasan lebih menarik baginya. tentu saja.
sedangkan seungmin hanya diam memperhatikan pantulan felix lewat cermin. sampai akhirnya, pemuda itu menemukan retakan di bagian sudut cermin.
"kepala sekolah tidak berniat mengganti cerminnya, ya? bisa bahaya kalau retakannya melebar."
celetukan seungmin barusan hanya dianggap angin lalu oleh si pemuda blaster. berharap seungmin akan kelelahan sendiri dan memutuskan untuk pergi karena tidak dihargai.
namun, belah bibirnya lebih gatal untuk membalas ucapan dibanding kedua telinga yang sudah ia tulikan susah payah.
"kau takut? pergilah," balas felix ketus. kini ia berdiri, lantas ujung jemari tangannya menyentuh lantai sempurna.
ransel abu seungmin letakkan di atas lantai. membiarkannya kedinginan sendirian sedangkan si pemilik turut bangkit dan mengikuti pemanasan yang felix lakukan.
"apa-apaan sih kau ini?!"
"kau yang apa-apaan." seungmin tidak membalas tatapan tajam felix, pandangannya menatap ujung sepatu teduh―tampak tanpa beban.
tanpa berniat memperpanjang pembicaraan, felix menyudahi pemanasannya, kendati tubuhnya sama sekali belum panas dan mengeluarkan bulir keringat. tungkainya menjauhi seungmin, meraih ransel hitam, dan bersiap meninggalkan studio.
"bibir bomin dijahit, seragamnya penuh darah. dia terkapar, tidak sadarkan diri di toilet. jaemin yang menemukannya." seungmin melanjutkan, "sebuah keberuntungan karena dia tidak dibunuh."
felix tentu mendengarnya. langkahnya sampai terhenti demi mendengar kelanjutan cerita, tidak mau ketinggalan barang sedikit pun.
"kudengar, kau bersamanya di toilet?" tembak seungmin.
KAMU SEDANG MEMBACA
fall on me
Fanfictiontidak jahat bukan berarti felix tidak bisa menyakiti. ⚠ bullying, violence and bloody scenes, minor characters death, self-harm