fourteenth chalk

312 90 13
                                    

FELIX ragu-ragu mendekati bangku milik siyeon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

FELIX ragu-ragu mendekati bangku milik siyeon. gadis itu, setelah mengetahui sahabatnya sendiri yang melakukan penculikan, beserta jaemin―si idola sekolah―yang mengejar-ngejarnya dengan pisau dalam genggaman, ia langsung membatu di tempat. menjadi pendiam dan menutup diri, berhubung dirinya paling dekat dengan heejin. siyeon tidak menyangka saja, heejin benar-benar melakukannya sampai berbohong di hadapan publik.

"siyeon."

siyeon tidak langsung menoleh, ia terdiam sebentar sebelum bangkit dari duduknya. tanpa mengucap apa pun siyeon langsung pergi meninggalkan felix yang masih memperhatikan.

"aku hanya mau meminta maaf!" felix sedikit berteriak kala siyeon tetap melangkah pergi keluar kelas.

baiklah. jangan mengumpat lagi, felix. dia masih trauma.

suasana kelas yang sepi saat waktu istirahat sudah menjadi rutinitas. tadinya, felix berniat menyusul siyeon, namun langsung diurungkan kala mendapati shuhua memasuki kelas sendirian dengan sekotak susu cokelat di tangan kanannya.

bekas sayatan di pergelangan kiri shuhua tampak sudah mengering. tidak ada sayatan baru, dan tidak akan ada lagi.

"hei." felix menyapa tepat saat gadis itu melewatinya.

"memanggilku?"

si pemuda lee mengangguk disertai kurva manis menghias wajah. "duduklah." matanya melirik sekilas bangku siyeon yang ditinggal pemiliknya.

"ada apa? masalahmu sudah selesai 'kan?"

"sudah. tapi aku masih tidak menyangka hyeyeon dan heejin itu.. jaemin juga. ah, terlalu rumit untuk dijelaskan," keluh felix. entah kenapa ia berpikir gadis dengan nama keluarga yeh ini bisa ia jadikan tempat sampah, menceritakan segala keluh kesah.

"yah, setidaknya kau sekarang bisa bebas bicara apa pun lagi. tapi ingat, jadikan pelajaran. segala ucapan dari seseorang selalu bisa menjadi kenyataan. baik disengaja, tidak, ataupun memang itu jalan takdirnya."

selepas shuhua memberikan petuah, felix mengangguk-anggukkan kepalanya pelan. "aku akan jaga ucapanku," ucapnya, "dan kau juga tidak perlu lagi bermain dengan benda tajam."

shuhua tertawa keras, beberapa siswa yang berada di kelas sampai terhenti dari kegiatannya masing-masing. termasuk renjun yang entah sedang menggambar apa.

ah, ngomong-ngomong soal renjun―

"―renjun tahu perihal tangan kirimu."

"aku tahu kok."

mendengar jawaban santai dari shuhua, felix mengernyitkan kening. memandang aneh ke arah si gadis dengan rambut diikat tinggi.

"anak itu 'kan duduk di samping kananku, tidak usah heran." shuhua menyedot susu cokelatnya hingga habis tidak bersisa. tampak dari kotak susu yang mengerut.

sementara itu, felix menerawang langit-langit kelas.

benar juga. sekarang aku tidak perlu takut untuk bicara apa pun itu. setidaknya, bisa kujadikan pelajaran supaya mulai menjaga ucapan.

benar kata shuhua. tanpa hyeyeon, heejin, atau jaemin pun, setiap perkataan bisa saja menjadi kenyataan.

kuharap kalian tidak sepertiku.

jangan pernah berharap kapur putih itu tidak lagi muncul di atas meja.

karena ternyata, kehidupanku lebih baik sebelum ini terjadi. tidak apa aku digertak sampai lulus nanti. asal tidak ada lagi nyawa yang pergi.[]

end

makasih banyak buat
kalian yang udah ngikutin
dari awal sampai akhir!

adakah yang masih bingung?

upcoming 3 extra chapter:
hyeyeon, heejin, dan jaemin.

fall on meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang