Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
piece by piece
"KENAPAkau tidak mati saja?"
...
"kau yang akan mati."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
selepas bel pulang berbunyi, jeon heejin langsung bergegas menemui na jaemin. beruntung ia bisa sampai lebih cepat tanpa perlu terkena sikuan maut dari teman sekelasnya itu, serta adu tubuh lainnya seperti yang biasa terjadi.
kepala heejin melongok ke dalam kelas 3-D. suasana kelas masih cukup ramai oleh beberapa siswa. manik kelam heejin berkilat tatkala mendapati seseorang yang ia tuju tengah memainkan gawai dalam posisi horizontal bersama ketiga temannya. sesekali, pemuda tampan itu akan memekik gemas; seringnya, jaemin mengeluarkan sumpah serapah―segala macam umpatan dan seisi kebun binatang tidak luput ia sebut. meluncur dengan licin dari kedua belah bibir tipisnya.
"jaemin," panggil heejin.
yang dipanggil tetap sibuk bersama benda elektroniknya. mengabaikan heejin yang berdiri di sengkang pintu dengan tangan bertumpangan di atas perut.
felix, tukar hyunjoon dengan jaemin saja bagaimana?
"hei!" lee donghyuck memukul belakang kepala jaemin yang duduk di sampingnya. "putri cantikmu datang menjemput," lanjutnya ringan.
jaemin sontak mengangkat pandangannya, mendelik tajam pada donghyuck. "jaga bicaramu ya. kau mau di kelas ini ada dua orang yang tinggal nama?"
giliran lee jeno yang merespons, ia membanting gawainya ke atas meja. "jangan sampai kau menyusul chaewon, jaem." jeno berkata dengan air muka memucat.
"jauh-jauh dari felix," tambah bae jinyoung dengan nada datar. ia tetap fokus pada layar pintar miliknya.
yang sedari tadi diajak bicara tidak membalas apa pun. ia ripuh membereskan buku dan alat tulis yang berantakan.
"aku duluan." jaemin bangkit dengan ransel tersampir di bahu kirinya. berlalu pergi tanpa mengindahkan teriakan donghyuck di belakang sana.
"sekolah masih ramai." jaemin tidak mau berbasa-basi perihal misi pentingnya dengan heejin. kelerengnya menyisir tajam sekitaran koridor. beruntung, jaemin menangkap heo hyunjoon tengah bercakap-cakap dengan choi bomin di dekat lapangan.
gadis jeon di samping jaemin mengangguk pelan. tangannya merogoh saku kanan di rok sekolahnya. heejin menunjukkan sedikit bagian dari benda plastik putih di saku roknya. sebuah sarung tangan.
"aku sudah mengiriminya surat kaleng. kita bersantai saja di kafe sebelah. menunggu jarum jam menunjuk angka lima," jelas heejin pelan. ia melangkahkan tungkainya, lalu diikuti jaemin. "setelah itu kita cekal dia."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
how to save a life
ketika langit masih berlatarkan biru tua, heejin sudah sampai di sekolah lebih dulu. tidak sendiri, namun bertiga―bersama kedua rekan sepergilaannya. perlahan tapi pasti, mereka mengendap-endap dengan tatapan awas. sebab tidak ada yang tahu di mana penjaga sekolah berada sekarang.
heejin melirik pergelangan tangan kirinya. waktu masih menunjukkan pukul lima pagi. terlalu awal bagi siswa seperti mereka untuk datang ke sekolah.
"ingat rencana kita 'kan?"
heejin dan jaemin mengangguk mantap.
"jaemin, cepat cari sesuatu untuk―"
"jaemin tidak membutuhkan properti untuk memanjat," potong heejin.
glabela cho hyeyeon mengernyit, ekspresinya memuntahkan kebingungan. seakan paham, heejin menjelaskan, "bilik toilet tidak terlalu tinggi untuk orang dengan postur tubuh seperti jaemin."
yang dibicarakan langsung tersenyum bangga. air mukanya meremehkan.
"baiklah, langsung saja kita ke gudang menjemput siyeon." hyeyeon memimpin jalan dengan masih menatap awas sekitarnya.
mereka menyuruk di balik semak-semak ketika mendapati cahaya putih diarahkan pada posisi awal ketiganya berada. jujur saja, jantung heejin berpacu lebih cepat dibanding saat ia jatuh cinta.
ini gila, tapi menyenangkan.
rasanya seperti semut yang mencuri gula, menegangkan.
tepat saat penjaga sekolah tidak berada dalam jangkauan pandang ketiganya, mereka lekas pergi dari tempat persembunyian. berlari bagai orang kesetanan.
pintu kayu reyot sudah terpampang di depan mata. hyeyeon dan jaemin segera menggunakan sarung tangan masing-masing.
"mana sarung tanganmu?" tanya jaemin tatkala tidak sengaja melihat heejin hanya geming di tempat. "jangan bilang ketinggalan?"
"aku punya ide lain. sudah cepat buka pintunya dan kita gotong siyeon ke kamar mandi."
"sidik jarimu―"
heejin memotong perkataan hyeyeon. "aku sengaja. percayalah." senyum simpul ia sunggingkan guna meyakinkan dua rekannya.
bagai magis, hyeyeon dan jaemin mengangguk samar. percaya sepenuhnya pada si gadis jeon.[]