PART 11

950 20 1
                                    

PART 11

Selama diperjalanan wajah Safa berseri-seri karena baru kali ini ditarktir makanan oleh teman cowonya,tanpa ada rasa curiga sekalipun.Daniel yang sedaritadi meperhatikan Safa lewat kaca spion itu tersenyum karna ulahnya.

"Ngapain lo senyum-senyum sendiri gitu?" tanya Daniel disertai dengan kekehan itu.

"Emangnya gaboleh ya gua bahagia kaya gini" sahut Safa yang langsung memasang muka kesalnya.

"Gapapa sih tapi kan orang nanti nyangkanya lo stres lagi" ujar Daniel sembari tertawa itu membuat Safa spontan memukul kepalanya yang menggunakan helm.

"Aduh aduh..apaan sih lo mukul-mukul kaya gitu" seru Daniel yang merasa kesakitan itu.

"Makanya jangan buat gua emosi!"

"Cewe itu selalu benar makanya turutin aja apa kata cewe!" ujar Safa dengan raut wajah yang tengil itu.

"Apa hubungannya gitu?" tanya Daniel yang kebingungan dengan suara kekehan kecil.

"Udah deh lu fokus aja sama jalanan,nanti bisa-bisa lu nabrak lagi" ujar Safa sembari menepuk pundak Daniel itu yang dibalas anggukan saja oleh Daniel.

                              ***
Setelah Safa diantarkan sampai kedepan gerbang rumahnya yang berwarna hitam itu,Safa langsung turun dari motor Daniel dan betapa terkejutnya Safa saat melihat mobil papinya yang sudah terparkir dihalaman depan rumahnya itu dan bola mata Safa seketika itu langsung membelalak dan detak jantungnya mulai berdetak lebih kencang wajahnya pun mulai pucat seketika Daniel kebingungan dengan apa yang terjadi lada Safa saat itu.

"Lo kenapa Fa?"

"Papi gua udah balik" ujarnya sembari panik itu.

"Teruss..?"sahut Daniel dengan nada panjang yang kebingungan.

"Ya gua bisa di introgasilah sama papih gua karna gua main tapi ga ngasih tau dulu sebelumnya!"ujar Safa dengan nada yang mulai meninggi.

"Bilang aja tadi perginya mendadak,lagi pula lo perginya sama gua ini jadi dijamin aman ko"sahutnya dengan santai.

"Tapi papi gua tuh jarang ngijinin gua pergi sama temen cowo apalagi berduaan kaya gini"ujar Safa sembari menengadahkan tangannya yang sedang memegang plastik berisi PHD itu.

" yaudah nanti tinggal gua yang bilang sama papi lo kalo lo tadi gua ajak jalan"sahut Daniel sembari dia melepaskan helmnya dan turun dari motornya itu.Safa pun menurut dengan apa yang Daniel ucapkan.

Mereka berdua masuk kehalaman rumah,ketika hampir sampai didepan pintu Safa mencekal tangan Daniel dan refleks Daniel menghentikan langkah kakinya yang berada didepan Safa itu.

"Lo yakin?" tanya Safa ragu terhadap Daniel,yang dibalas anggukan dan senyuman itu.ketika Safa memencet bel rumah dan yang membukan pintu rumahnya adalah papinya langsung.Papinya menatap tajam kearah wajah Safa,dan Safa langsung mengucapkan salam pada papinya itu.

"Assalamualaikum pih"salam yang diucapkan oleh safa dan dibalas oleh papinya.

" waalaikum sallam"

"Daniel?" tanya papinya yang melihat Daniel dengan Safa berdiri didepan pintu rumahnya itu.

"Om Rifky?"

"Ya kamu anaknya Arman kan?" tanya Papinya Safa pada Daniel.Safa yang melihat tingkah papinya dan Daniel itu seketika langsung terdiam dan banyak pertanyaan yang ada dibenaknya.

"Papi udah kenal sama Daniel"

"Lo,lo juga udah saling kenal sama papi gua?" tanya Safa dengan raut wajah yang bingung.

"Ehh,ayo masuk dulu nanti papi ceritanya didalam saja Safa" ujar papinya itu.mereka berdua pun menuruti apa yang dipinta oleh papinya.

Setelah sampai diruang utama papinya Safa memanggil mba ina yaitu asisten rumah tangganya untuk membawakan segelas sirup untuk Daniel.

"Daniel,papi aku keatas dulu ya mau naro tas"sahut Safa sembari berdiri dari sofa yang tadi didudukinya.yang dijawab anggukan oleh Daniel dan papinya itu.

Setelah keluar dari kamarnya dan sudah mengganti baju dan memakai baju piama.Safa yang mendengar obrolan antar Daniel dan papinya yang tengah mengobrol diruang tengah itu.

"Jadi papi bisa kenal sama Daniel itu dari mana?" tanya Safa yang tiba-tiba ikut menimbrung diantara Daniel dan papi.

"Jadi orang tuanya Daniel itu rekan bisnisnya papi,dan Daniel itu sering ikut kalau ada pertemuan-pertemuan sesama rekan kerja,jadi papi sudah kenal sama Daniel." ujar papinya itu.

"Ohh gitu toh"sahut Safa.

"Ko kamu gapernah cerita sih sama papi kalau kamu satu sekolah dengan Daniel"

"Lagian gapenting juga jadi papi gaharus selalu tau tentang teman-teman aku" jawab Safa dengan nada yang tidak nyaman.

"Lho,itu penting dong kan papi juga harus tau kamu berteman dengan siapa,jangan sampai kamu berteman dengan orang yang tidak baik" ujar papinya.

"Yaudah iya deh iya pi terserah papi aja papi kan selalu benar" sahut Safa dengan nada suara yang malas.

Teman Rasa Pacar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang