Part 3 - Cerita

8.6K 214 1
                                    

Sudah hampir sebulan Tara dan Bagas tinggal di rumah Renata. Dia mengamati jika Tuannya memang jarang di rumah, lebih sering tidur di kantor atau keluar kota. Sedangkan Renata menghabiskan waktu dengan merawat tanaman di taman belakang atau berolah raga. Pantas saja diusianya yang sudah lebih dari setengah abad badannya masih bagus.

Seperti siang ini, Tara membantu Renata membersihkan taman belakang. Sedangkan Bagas bermain air di kolam renang samping taman. Bagas tidak banyak bicara dan tidak banyak menuntut. Bagas tidak berani berbicara jika tidak ditanya dan tidak berani memegang barang sembarangan. Mbok Nem pernah mengajak Bagas mengobrol tapi anak itu hanya menjawab sepatah dua patah kata. Tara berpikir Bagas mengalami trauma. Anaknya terlalu banyak tahu kerasnya hidup dan sudah sering mendapat perlakukan kasar sebelum mereka ditolong oleh Tuan Raka.

"Tara, kamu sama Bagas betah kan di sini?"

"Iya Bu. Saya dan Bagas senang di sini. Terima kasih bu sudah menerima kami."

Renata tersenyum mendengarnya. "Ibu sering kesepian di sini. Sejak Papa Raka meninggal, Raka makin sering tidak pulang. Dia juga menjual rumah peninggalan Almarhum ayahnya dan membelikan Ibu rumah ini. Terlalu besar dan terlalu banyak kenangan katanya. Raka pernah menikah sekali, dengan seorang model, namanya Cindy. Jujur Ibu tidak suka dengan Cindy. Dia sombong dan hanya suka dengan hartanya Raka. Raka diusianya yang 30an sudah menjadi pemimpin di perusaahan peninggalan Alamarhum Papanya. Tentu saja banyak wanita gatal yang hanya ingin harta kami. Untung saja gak sampai 3 bulan menikah mereka bercerai. Tapi setelah bercerai, Cindy malah menyebar gosip kalau Raka itu gay. Ibu jadi tambah benci dengan wanita itu." kata Renata geram, hingga tanpa sadar gunting di tangannya sudah memotong pohon bonsai hingga tidak berbentuk.

Tara hanya diam, dia bingung menanggapi cerita dari Renata. Tangannya masih sibuk mencabuti rumput-rumput liar.

"Kamu sendiri Tara, bagaimana kehidupanmu? Ibu belum tahu sama sekali tentang kamu?"

DEG....

"Sa....Saya dari Semarang Bu. Sekitar 5 tahun yang lalu saya datang ke Jakarta untuk mengadu nasib. Tapi sepertinya saya belum beruntung hingga saya bertemu Tuan Raka."

" Orang tuamu di Semarang juga?"
Tara menggeleng, " Saya yatim piatu Bu. Sebelumnya saya tinggal di panti asuhan. "

Renata menghentikan aktivitasnya, dia terkejut mendengar cerita Tara. "Kalau ayah Bagas di mana sekarang?"

Tara terdiam. Perlukah dia menceritakan tentang masa lalunya. Bagaimana jika Bu Renata tahu dan mengusirnya. Tapi dia tidak bisa terus diam, dia merasa telah membohongi keluarga yang telah menolongnya.

Tara menghembuskan nafasnya sebelum dia memulai bercerita lagi, "Beberapa hari setelah saya sampai di Jakarta, saya bertemu orang yang dia bilang akan mencarikan saya perkerjaan. Tapi ternyata saya .... dijual." air mata Tara hampir turun. Dia sangat malu pada majikannya.

"Kamu....mantan pelacur?" tanya Bu Renata terkejut.

Hati Tara tersayat mendengar sebutan itu. Dia benci disebut pelacur. Tapi apa sebutan yang pantas bagi dirinya yang memang menjual keperawanannya demi uang, walau itu bukan keinginannya. Dia dijebak!

"Lalu bagaimana kamu bisa pergi? Setahu saya keluar dari lingkaran hitam seperti itu sangat sulit?"

"Setelah hari itu, saya melarikan diri, saya berpindah tempat. Tidur disembarang tempat, makan apa yang bisa saya temukan di tempat sampah atau sisa orang. Saya tidak mau dijual lagi. Hingga saya tahu ternyata saya hamil Bagas. Saya tidak tahu siapa ayah Bagas. Maaf Bu, saya sudah menyembunyikan ini dari Ibu. " Tara tidak bisa menahan tangisnya. Dia mencoba agar isak tangisnya tidak keluar, tapi dia gagal. Bagas yang mendengar Ibunya menangis mendekati Tara dan memeluknya.

"Ibu puk puk puk...." tangannya yang kecil memukul pelan punggung ibunya. Seperti yang dilakukan Tara untuk menenangkan Bagas.

Renata menghembuskan nafas pelan mendengar kata-kata Tara, dia menatap Bagas tidak tega. "Kamu mau cerita sma Ibu?"

Tara mengangguk dan mengalirlah cerita dari masa lalunya....

BerahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang