PART 20 : MENGETAHUI

5.5K 200 15
                                    

Raka terduduk di kursi kebesarannya. Dia masih mencoba mencerna apa yang baru diketahuinya. Dia masih ingat betul kejadian itu lima tahun yang lalu. Dia masih ingat ketika pelacurnya yang ternyata Tara, istrinya sekarang, menangis kesakitan saat Raka menyetubuhinya dan dia bukannya bersikap lembut malah makin kasar. Dia memang tidak mengingat wajah Tara saat itu, tapi tangisan kesakitan masih terekam dipikirannya hingga sekarang.
Setelah Tara meninggalkannya saat itu, dia berusaha mencarinya melalui Rega tapi nihil. Wanita itu sudah melarikan diri.
Dan sekarang wanita itu ada disampingnya, menjadi istrinya yang mulai dia butuhkan. Bahkan tidak menutup kemungkinan Bagas adalah anaknya.

Raka menghembuskan nafasnya kasar dan meraih HPnya.
"Sayang, kamu bisa pulang duluan? Aku masih ada meeting sampe malam."
Kemudian setelah menelpon Tara, dia mendial nomor Rangga. "Bro, sibukkah? Bisa ke kantor gue?"

Raka belum bisa bertemu Tara sekarang. Dia tidak punya muka bertemu istrinya. Ya, dia malu menjadi laki-laki bangsat yang tega melayangkan tangannya untuk seorang wanita.

Tara yang masih berada di kafe menerima telpon dari suaminya dengan tegang. Dia takut jika Rega benar-benar menemui suaminya. Dia ingin menyusul ke kantor tapi dia takut tidak menuruti perintah suaminya. Akhirnya diputuskannya pulang, lebih baik menunggu di rumah saja, putusnya.

Sesampainya di rumah, Tara melihat mama mertuanya dan Bagas sudah pulang. Bagas menyambut Tara dengan pelukan hangat.
"Mama...." kata anak itu.
Tara menyambut Bagas dengan pelukan tak kalah hangat. " Ya ampun sayang, mama udah kangen banget."

"Cuma kangen sama Bagas? Gak kangen sama mama?" Gurau Renata.

Tara melepas pelukannya dari Bagas dan memeluk mama mertuanya.
" Mama katanya sampai Rabu? Kok ini Senin udah balik?"

"Mama udah kangen kamu sama Raka. Kamu dari mana? Mbok Nem kok gak ada?" tanya Renata heran. Tadi dia datang rumah sepi, hanya ada satpam di depan.

"Tadi ngantar makan siang buat Mas Raka ma. Mbok Nem dikasih libur seminggu sama Mas Raka. Mungkin Rabu baru sampai sini ma," jelasTara yang membuat Renata tersenyum misterius.

"Ya udah yuk masuk. Kita masak bareng. Mama udah kangen masak bareng menantu mama ini"

Tara yang mendengarnya merasa senang dan terharu. Mama mertuanya menyayanginya dan Bagas. Tidak memperdulikan asal usul mereka.

Lewat tengah malam Raka masih belum pulang. Tara berjalan gelisah di ruang keluarga. Tak lama kemudian dia mendengar suara mobil masuk ke halaman rumah. Bergegas dia berjalan ke arah pintu dan mendapati suaminya dalam keadaan kacau dengan badannya ditahan oleh Rangga.

"Mas Raka kenapa?" Tanya Tara khawatir ke arah Rangga sambil membantu Rangga membawa badan suaminya masuk rumah.

"Aku juga gak tau. Kayanya harinya lagi gak lancar." Jawab Rangga terengah-engah sesampainya mereka di kamar tamu di lantai satu. Tara tidak yakin bisa membawa Raka ke kamar mereka di lantai 2. Tentu saja Rangga tahu apa yang membuat Raka mabuk berat seperti ini.

"Tara aku pamit dulu ya, mobil Raka masih di kantor. Besok minta tolong Pak Tejo untuk ambil ya."

Tara mengangguk dan mengantarkan Rangga hingga pintu keluar. Setelah itu dia masuk lagi ke kamar tamu. Dia melihat suaminya dengan pandangan sedih. Apa yang dipikirkan suaminya hingga dia harus mabuk-mabukan seperti ini. Dengan telaten dia melepas baju dan celana suaminya, menggantinya dengan baju yang lebih nyaman.

"Tara maaf...."

Tara yang akan keluar dari kamar terhenti. Dia memandang bingung ke arah suaminya. Tara berjalan mendekat saat Raka bergumam lagi dalam tidurnya.

"Jangan tinggalkan aku Tara...."

Tara mengusap kening Raka yang sudah berkeringat. " Apa yang terjadi padamu, Mas?" batinnya. Dia melihat suaminya yang tidak nyaman dengan terus menggumamkan kata maaf dan namanya.

Tara naik ke ranjang dan memeluk lembut tubuh suaminya. Direngkuh kepala Raka dan didekatkan dengan dadanya, diusap pucuk kepala suaminya pelan.

"Tidur yang nyenyak Mas."

BerahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang