PART 12 : MENCOBA

6.8K 186 2
                                    

Keesokan harinya, Tara memulai rencana baru. Dia akan pelan-pelan mendekati suaminya. Dia akan memberikan perhatian-perhatian kecil yang mungkin tidak disadari oleh suaminya. 

Raka sadar jika Tara mulai menjaga jarak lagi dengannya, tapi bukan berarti dia tidak menyadari perhatian kecil yang diberikan istrinya. Seperti kunci mobilnya sudah tersedia di meja makan sehingga dia tidak perlu kerepotan mengambilnya atau sebotol minum yang sudah siap di mobilnya. Raka selalu peka apapun yang dilakukan istrinya, jadi saat ada kebiasaan Tara yang berubah Raka langsung mengetahuinya. Tapi dia memilih tidak menyadari, untuk kebaikan mereka bersama. Dia tidak ingin memberikan harapan bagi wanita yang ternyata secara diam-diam sudah mulai merasuki pikirannya.

Awal dia menyadari betapa hebat istrinya adalah saat Tara harus menjaga Mama dan Bagas sekaligus saat mereka terserang demam. Tara harus bolak balik naik turun karena kamar mama ada di lantai 1 dan kamar Bagas di lantai 2. Dia bahkan masih sempat menyiapkan makan malam kesukaan Raka walau tidak bisa menemani Raka makan malam. Memang sejak dia menikah, Raka lebih suka pulang daripada menginap di apart Rangga atau di kantor. Entah kenapa dia merindukan Bagas yang mulai menunjukkan sikap cerianya atau pandangan malu-malu Tara saat menyambutnya pulang.

Selain itu, dari cerita mamanya, istrinya sering membaca buku, entah itu berkaitan dengan pekerjaannya ataupun hal-hal umum. "Kamu tau gak, kalau Tara itu sering pinjam bukunya Almarhum papa kamu." Kata mamanya kala itu.

"Buat apa?" tanya Raka tak mengerti.

"Dia itu gak mau bikin kamu malu. Katanya paling tidak saat kamu ngajak dia kondangan dia bisa nyambung apa yang kamu bicarakan sama kolega kamu. Selain itu, nanti kalau kalian punya anak dia bisa didik anak kalian buat jadi penerus keluarga. Hebat kan istri kamu, udah mikir panjang."

Raka termangu mendengar penjelasan ibunya. Dia tidak menyangka Tara sudah berpikir panjang bahkan tentang pewaris keluarganya.

"Raka, kamu mandul ya?" tanya Renata tiba-tiba.

"Atagfirulloh Mama! Kok bicara gitu sih. Perkataan seorang Ibu itu doa lho buat anaknya. Emang mama mau punya anak mandul." geram Raka. Kadang Raka heran mamanya ini kalau berbicara tidak disaring dulu.

"Habis Tara gak hamil-hamil sih. Kalau dia kan terbukti tokcer tuh udah keluar Bagas. Lha kamu? Belum terbukti padahal udah nikah dua kali. Kamu mau ke dokter? Buat cek kualitas sperma kamu."

Raka tersenyum miris, bagaimana dia akan memberikan mamanya cucu kalau dia saja tidak berhasil menggauli istrinya. Kenyataan memang menyakitkan, dia yang secara fisik terlihat berhasil tapi ternyata tidak memiliki kebanggaan sebagai lelaki.

####

"Tara, mama mau ajak Bagas nginap di Bandung ya. Tempat eyangnya Raka. Udah lama mama gak jenguk orang tua Almarhum Papa Raka."

"Lho? Tara sama Mas Raka gak ikut ma?"
"Kalian di rumah aja. Kamu juga lagi gak enak badan kan. Istirahat aja di rumah. Bagas sama Mama biar di antar Pak Tejo."

"Tapi ma, Bagas nanti ngrepoti mama kalau di ajak. Bagas biar di rumah aja sama Tara dan Mas Raka."Tara merasa tak enak pada mertuanya karena harus merawat Bagas yang bahkan bukan cucu kandungnya.

Bagas yang mendengar mamanya melarangnya ikut langsung bersembunyi dibelakang tubuh Omanya. "Bagas mau ikut ma. Kata Oma di sana banyak temen. Bagas pengen punya banyak temen."

Tara tersenyum mendengar permohonan Bagas. Dia lega karena Bagas sudah bisa membuka diri bahkan sudah ingin berteman. Ternyata keluarga yang utuh memang baik untuk perkembangan anak.

"Oh ya Tara, mama beliin kamu jamu tuh. Hari ini diminum ya, soalnya besok udah gak enak. Mama taruh kulkas. Yang di mug hijau." kata Renata sambil tersenyum aneh.

"Iya ma, terima kasih ma." Tara bahagia dengan perhatian dari Mama mertuanya. oleh Renata dia sudah dianggap sebagai anaknya sendiri.

Setelah mengantarkan mama dan Bagas pergi, Tara memutuskan meminum jamu dari mama Renata. Khawatir kalau nanti-nanti dia malah lupa. Dia meminum jamu itu hingga tandas walau rasanya agaka aneh tapi dia tidak ingin mengecewakan mama mertuanya. Tara merasakan ada yang aneh dengan badannya, badannya makin panas dan dia merasa sesak. Merasa membutuhkan tidur Tara berpamitan dengan Mbok Nem untuk tidur lebih awal.

BerahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang