PART 26 : KELUARGA (End)

7.3K 250 34
                                    

Beberapa hari berlalu sejak saat itu, Raka dan Rangga bertemu di bar langganan mereka.

"Gimana keadaan keluarga lo? Tara? Bagas? Tante Renata?" tanya Rangga kepo.

Raka memandang Rangga malas. "Lo kalau kepo kaya Mama gue? "

Rangga hanya mengedikkan bahu, "Kan gue ikut berperan, wajar dong gue ingin tahu perkembangan keluarga kalian? "

Keluarga ya....  Entah mengapa senyum Raka berkembang mendengar itu. Dia merasa sangat bahagia, sekarang dia memiliki keluarga yang utuh.

"Gue mau bikin akta lahir buat Bagas. Gue pengen masukkin nama gue sebagai papanya."

Rangga tersenyum, "Lo emang ayah yang baik."

Percakapan mereka terhenti saat ada 2 cewek seksi mendekat dan mulai menggoda mereka. Raka dengan terang-terangan menolak, berbeda dengan Rangga yang menyambut dengan senyum lebar.

"Bro, gue 'meeting' dulu ya," katanya santai sambil mengajak 2 cewek itu pergi.

"Lo mau sampai kapan hidup kaya gitu. Nikah sana, punya istri."

Rangga tersenyum, "Gue gak bisa bayangin menghabiskan sisa hidup gue sama orang asing yang barusan gue kenal. Jadi, gue nikmati dulu yang gue punya," jawabnya sambil berlalu meninggalkan Raka.

Huffft.....

Raka melihat jam tangannya, pukul 10 malam. Dia tahu jika Rangga sudah 'meeting' mereka tidak akan selesai sebelum tengah malam. Lebih baik dia pulang, meringkuk hangat di pelukan istrinya.

----------------------------------------------
Hampir tengah malam Raka sampai rumah. Dia tidak menemukan Tara di kamar mereka, pasti ada di kamar Bagas.

Raka menyendarkan badannya di pintu, melihat dengan bahagia istri dan anaknya tertidur lelap. Dia masuk dan mencium kening Bagas. Kemudian beralih mengangkat tubuh Tara dan membawanya ke kamar mereka.

"Mas baru pulang?" tanya Tara di dalam gendongan Raka. Dia mengalungkan tangannya di leher Raka dan sekilas mencium pipi suaminya.

"He em. Aku membangunkanmu ya."

Tara tidak menjawab, dia menempelkan kepalanya nyaman di dada suaminya.

Raka memindahkan Tara Ke ranjang mereka dan beralih ke kamar mandi untuk membersihkan badannya yang lengket. Setelah itu dia bergabung dengan istrinya di ranjangnya yang hangat.

"Mas dari mana? Kok bau rokok sama parfum cewek?" tanya Tara sambil mendekatkan badannya ke badan Raka. Kemudian tangannya melingkar di perut rata suaminya dan kepalanya bersandar nyaman di lengan Raka. Rakapun memiringkan badannya dan memeluk istrinya.

"Biasa, nemenin Rangga ke pub." Dia mencium hangat kening istrinya.

Tara mendongak dan memandang wajah tampan suaminya, "Pasti ada yang goda mas," kata Tara sambil mengerucutkan bibirnya.

Raka melihat istrinya dengan gemas, dia mencuri satu kecupan ringan yang langsung membuat wajah Tara memerah.

"Iya, tadi banyak yang datangin mas. Kan kamu tahu sendiri suamimu ini tampan," goda Raka yang makin membuat Tara kesal. Entah sejak kapan Tara perlahan-lahan mulai menunjukkan rasa cemburunya jika Raka menemani Rangga ke pub, dan itu membuat Raka bahagia. Dia makin iseng untuk menggoda istrinya.

Tara makin merapatkan tubuhnya ke badan Raka, seolah-olah ingin menunjukkan laki-laki yang dihadapannya ini adalah miliknya.

"Mas gak aneh-aneh kan?" tanyanya merajuk.

Raka tertawa geli mendengarnya, "Tentu saja tidak sayang. Dulu mas memang brengsek, tapi sekarang hati mas sudah dimiliki seseorang."

Tentu saja jawaban Raka membuat Tara tersenyum. Dia memeluk erat suaminya, merasa bahagia dengan keluarganya.

-------------------------------------------------

"Raka, kok kamu belum sukses aja sih?" Tanya Renata di suatu pagi saat keluarga bahagia itu sarapan bersama.

Raka yang merasa disebut namanya hanya bengong.

"Kamu tuh lho, dulu waktu Bagas bisa langsung cespleng. Ini kok bikin adiknya Bagas lama banget."

Uhukkkk

Uhukkkk

Sepasang suami istri itu hanya bisa tersedak mendengar kalimat frontal dari Renata.

"Ma, sabar napa. Kita ini baru sarapan lho, kok bisa-bisanya Mama bahas itu. Mana ada Bagas lagi," kata Raka kesal.

Bagas yang merasa namanya disebut hanya melihat ayahnya dengan pandangan tak mengerti yang membuat Raka gemas dan memainkan rambut anak itu.

"Papa, jangan mainan rambutnya Bagas. Ntar Bagas gak ganteng lagi... " jawab anak itu dengan muka cemberut yang tentu saja membuat Raka tertawa.

"Bagas mau punya adik?" tanya Renata frontal yang mendapat anggukan semangat dari Bagas.

Belum sempat Raka menjawab, tiba-tiba Tara pergi dari meja makan yang tentu saja membuat Raka khawatir.

"Mama.... Jangan bahas anak dulu di depan Tara. Kita bukan gak mau berusaha tapi memang kita belum di kasih." kata Raka kesal sambil menyusul Tara.

Renata hanya cemberut mendengar pembelaan anaknya.

"Tara....Tara..... Kamu gak papa sayang?" tanya Raka khawatir sambil terus mengetuk pintu kamar mandi. Dia khawatir Tara menangis karena Renata membahas perkara hamil.

Tara keluar kamar mandi dengan mata sembab, dan Raka tahu penyebabnya. Segera dia memeluk istrinya memberi kenyamanan.

"Gak papa sayang. Belum jatah kita untuk punya anak lagi. Kita harus sabar dan banyak berdoa ya," hibur Raka sambil mengelus rambut Tara dan sesekali mencium keningnya.

Tara menggeleng, "Mas lihat ini..." katanya pelan sambil menyodorkan 3 benda pipih putih dengan garis di benda itu.

"Apa ini?" tanya Raka bingung yang membuat Tara gemas. Kemudian dia menyerahkan sebuah bungkus yang sepertinya bungkus dari benda itu.

"Baca sendiri.... " kata Tara kesal yang kemudian meninggalkan suaminya yang bingung.

Raka yang kebingungan mencoba memahami situasi. Dengan masih memegang benda dan bungkus itu dia membaca dan mencoba mengerti.

Tak lama kemudian....

"Sayang..... " spontan dia berlari ke arah istrinya yang sudah kembali duduk di ruang makan.

Raka menarik istrinya dan memeluk erat tubuh mungil itu.

"Terima kasih sayang.... Terima kasih.... " katanya bahagia. Dia mencium pipi kening bibir dan apapun yang dia temui di wajah istrinya yang membuat Renata geram dan menutup mata cucunya.

"Hei kalian, gak lihat apa ini masih pagi. Ada Bagas lhooo...  Sana masuk kamar kalau mau seneng-seneng," teriak Renata kesal.

Raka yang mendengar suara Renata langsung melepas pelukan dari istrinya dan beralih memeluk mamanya.

"Tara hamil Ma.....  Tara hamil....  Anak Raka.... " teriak Raka bahagia sambil menciumi pipi Mamanya.

Tentu saja kabar gembira itu membuat Renata tak bisa berkata apa-apa. Dia mengambil tiga test pack yang masih dipegang Raka dan melihatnya dengan wajah melongo.

Setelah bisa mencerna semua informasi dia berlari ke arah menantunya dan memeluk Tara erat.

"Syukurlah sayang.... Mama masih di kasih kesempatan nungguin calon cucu mama.... Terima kasih.... " tak sadar air mata Renata menetes. Dia memeluk Tara erat, hatinya bahagia. Dia memandang Raka yang tersenyum bahagia sambil menggendong Bagas.

Raka berjalan mendekat dengan masih menggendong Bagas. "Kata Papa, Bagas bakal punya adek." kata Bagas polos.

Raka merengkuh Tara dan Bagas dalam pelukannya, "Terima kasih sayang, sudah memberiku keluarga."

Renata memandang suaminya, "Terima kasih Mas, sudah menjadikanku wanita yang sempurna."

Terima kasih telah menerimaku....

                       

END  ❤️❤️

Terima kasih sudah membaca 😊

BerahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang