PART 15 : PEMBUKTIAN

7.2K 185 11
                                    

Raka POV

Aku melihat istriku dengan geli, dia terlihat sekali tidak nyaman berada di dekatku, padahal aku hanya duduk manis di ruang keluarga sambil melihat acara TV yang asal aku pilih. Tara wara wiri tidak jelas, dari membersihkan dapur, membersihkan rumah, bahkan terakhir aku lihat dia sudah siap-siap akan membersihkan kolam renang. Astaga, istriku ini memang menggemaskan...

"Tara, kamu diamlah. Sini duduk sama aku. Aku tahu kamu capek." kataku tegas. Badannya menegang lucu dan berjalan ke arahku dengan kaku. Sekuat tenaga aku menahan senyum di bibirku. Biarlah aku mengusili istri mungilku ini.

"Aku ingin membicarakan soal semalam."kataku membuka pembicaraan.

Matanya yang membulat menatapku kaget. "Maaf mas, aku tidak bermaksud menggoda mas semalam. Maaf..." katanya lirih. Wajahnya menunduk dan dari gerak geriknya dia terlihat tidak nyaman.

"Aku hanya ingin memastikan sesuatu...."nada bicaraku yang menggantung membuatnya penasaran dan dia mendongakkan kepalanya.
Aku raih tenguknya dan aku lumat bibir tipisnya itu dengan lembut. Aku tahu dia terkejut tapi dia hanya diam dan membalas lumatanku. Aku dorong badannya di sofa ruang keluarga dan menindih badannya. Kami berciuman dalam dan intens, suara berdecap keluar dari bibir kami, tak jarang Tara melenguh dan mendesah. Aku mengakhiri ciuman kami dengan tidak rela, kulihat Tara membuka matanya yang indah dan sudah terlihat kabut gairah di sana.
"Kau sudah membangunkannya lagi sayang," bisikku serak di telinganya.
"A...aku tidak bermaksud mas...."
Kupotong perkataannya dengan lumatan panas di bibirnya. "Aku tidak peduli sayang, aku hanya butuh kamu."
Maka terulanglah pergulatan panas kami. Tara hanya pasrah menerima seranganku. Mungkin lain kali aku harus mengajarinya untuk lebih liar, pikirku sambil tersenyum mesum.

#####

Malam harinya aku terpaksa meninggalkan Tara di rumah sendiri karena Rangga yang tiba-tiba datang ke rumah. Aku tidak ingin laki-laki ember ini bicara ngawur di depan Tara. Akhirnya dengan berat hati aku berjanji pada Tara akan pulang sebelum tengah malam.

"Lo udah sembuh?" Tanya Rangga to the point.

"Menurut lo? Lo tadi ganggu tau gak. Gak peka banget jadi cowok." Kataku kesal. Waktuku dengan Tara jadi berkurang gara-gara kunyuk satu ini.

" Woles bro, dimana-mana cowok itu gak peka hahaha...."

Aku lempar Rangga dengan sedotan. "Ngapain lo ke rumah? Jangan bilang cuma iseng. Gue lempar lo dari Jembatan Semanggi." Tanyaku kesal.

"Gue emang mau lihat keadaan lo. Tadi gue ke kantor lo dan sekertaris lo bilang lo lagi sakit. Makanya gue ke rumah."

"Kenapa lo gak telpon?" Tanyaku heran. Biasanya Rangga gak seniat ini untuk ketemu.

"Ada yang pengen gue omongin langsung. Beberapa waktu yang lalu, waktu lo ke Bandung, istri lo angkat telpon dari gue. Gue keceplosan soal penyakit lo." Kata Rangga dengan cemas.

Aku kaget dengan pengakuan Rangga sampai-sampai aku berteriak di kafe itu. Untung kafe itu sepi.
"Lo ngomong apa aja ke Tara? Brengsek lo."

"Ya semuanya. Soal penyakit lo."

Aku geram mendengar pernyataan Rangga. Ingatanku kembali beberapa waktu yang lalu, saat aku pulang dari Bandung dan Tara menyambutku dengan sangat manis dan lembut. Ternyata istriku berusaha membantuku dan aku sudah berkata kasar dengannya. Emang suami brengsek...

"Tapi lo udah sembuh kan? Kayanya bini lo liar juga," katanya geli sambil melihat leherku. Memang Tara sempat menggigit dan menghisap leherku saat dia mencapai pelepasannya.

"Gue juga gak tau gue udah sembuh belum. Emang gue bangun sih kalau lihat Tara. Tapi itu cuma berlaku ke Tara atau juga ke cewek lain," kataku bingung.

"Lo mau nyoba sama cewek lain? Buat mastiin aja," tawar Rangga. Aku bingung, kalau aku nyoba dengan cewek lain itu sama artinya aku selingkuh, tapi jujur aku juga penasaran.

Akhirnya dengan berat aku mengikuti Rangga yang membawaku ke sebuah klub. Sudah lama sekali aku tidak ke tempat ini.
Aku duduk di dekat bartender dan memesan minuman beralkohol ringan. Aku tidak ingin menyentuh wanita sambil mabuk, dan Rangga sudah pergi entah kemana.

Ketika kembali dia sudah merangkul 2 wanita dengan pakaian yang aku yakin panjang kainnya tidak sampai 1 meter.
"Siska, ini kenalin temen gue, Raka. Kasihan dia gak dapat jatah dari bininya, puasin dia ya," kata Rangga kepada wanita cantik di sebelah kanannya. Pakaiannya yang berwarna hitam melekat indah ditubuhnya dan mengekspose beberapa bagian yang menonjol yang tentu saja membuat kaum Adam menegang.
Wanita itu melangkah seksi ke arahku dan langsung merangkul leherku dengan mesra. Dengan tak sabar wanita itu melahap bibirku dengan penuh gairah.
"Kita naik aja yuk," bisiknya seksi. Memang di klub itu di lantai 3 menyediakan kamar-kamar untuk para pasangan yang sudah tidak tahan untuk menyalurkan sisi liar mereka.
Aku merangkul pinggul wanita itu dan berbisik, "Kamu harus puasin saya." Dan wanita itu hanya terkikik geli.

###
Author pov

Setelah pintu ditutup, dua orang berbeda kelamin itu saling memagut dan berciuman dengan kasar. Tangan mereka saling memuaskan pasangan masing-masing. Siska benar-benar wanita yang berpengalaman, dia tahu bagaimana membuat pasangannya melayang. Siska mendorong tubuh Raka ke ranjang dan menindihnya. Dia mencium leher Raka turun ke dada, memainkan puting Raka dengan lidahnya yang lihai. Raka terengah-engah menerima sentuhan itu. Siska terus mencecap nikmat badan Raka, turun hingga dia menemukan titik di badan Raka yang begitu dia inginkan. Sadar celananya akan dibuka, Raka langsung bangun dan menarik diri dari badan Siska.

"Sorry, aku harus pulang," katanya dengan nafas terburu-buru dan mengancingkan bajunya. Raka mengeluarkan uang 100 ribu beberapa lembar yang diletakannya di kasur dan keluar dari kamar itu.

Siska terperangah, dia baru saja ditolak oleh calon potensialnya. Brengsek...

BerahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang