PART 16 : AKU MEMBUTUHKANMU

7.3K 201 8
                                    

Raka memasuki rumah dengan lunglai. Dia tadi meninggalkan wanita itu di kamar klub dan langsung pulang tanpa berpamitan dengan Rangga yang Raka yakin sahabatnya itu pasti sedang bersenang-senang. Dilihatnya Tara tertidur di sofa ruang keluarga, istri mungilnya ternyata sedang menunggunya. Rasa bersalah makin menyergap hatinya.
Diangkatnya tubuh Tara ke kamar mereka dan diletakannya pelan-pelan. Setelah itu Raka masuk kamar mandi untuk membersihkan badannya yang lengket dan bau parfum wanita.

Tara sebenarnya sudah terbangun saat Raka mengangkat tubuhnya dari ruang keluarga namun bau parfum wanita yang mengganggu penciumannya membuatnya tetap pura-pura tidur.  Apakah suaminya sudah bercinta dengan wanita lain? Bahkan saat dia sedang berusaha membuat suaminya menerimanya.
Saat Raka masuk kamar mandi, Tara tidak bisa menahan tangisnya. Hatinya begitu sakit, bahkan rasanya lebih sakit saat Raka menghinanya. Inikah sakitnya dikhianati?
Raka keluar dari kamar mandi dan melihat istrinya menangis terisak. Dengan masih mengenakan handuk  dan bertelanjang dada, Raka berjongkok di dekat Tara.

"Ada apa sayang? Kau berminpi buruk?" Tanya Raka lembut sambil mengusap air mata Tara. Raka mendekatkan bibirnya ke wajah Tara dan mencium kening Tara dengan lembut.
Tara menggelengkan kepalanya dan menenggelamkan wajahnya di bantal.  Raka menghela nafas pelan dan berdiri meninggalkan Tara. Tara kecewa melihat suaminya meninggalkannya, tapi ternyata Raka hanya mengganti baju dan berjalan menuju ranjang mereka. Raka membalik tubuh Tara dan merengkuh tubuh istrinya dengan hangat.
"Ada apa sayang?" Tanyanya lembut sambil mengelus rambut lembut istrinya.

"Mas dari mana? Kok bau parfum wanita?" Tanya Tara pelan, tapi Raka menangkap nada ketidaksukaan dari suara istrinya.
Raka tersenyum mendengar nada cemburu dari Tara, hatinya menghangat.
"Tadi Mas dari club, nemenin Rangga cari cewek. Ya biasalah kalau di club ada cewek-cewek nempel jadi parfum mereka nempel," jawab Raka setengah berbohong. Dia tidak ingin melukai istri yang diam-diam telah memasuki pikirannya.

"Mas sering ke tempat kaya gitu?" Tanya Tara penasaran. Dia mendongakkan wajahnya untuk bisa melihat wajah suaminya.
"Dulu iya, tapi sekarang udah gak kok. Kamu tenang aja" jawabnya lembut sambil mengecup bibir Tara.

"Udah yuk tidur, kamu capek kan." Kata Raka sambil mengelus-elus rambut istrinya memberikan kehangatan.
Deru nafas Tara sudah teratur tandanya dia telah terlelap. Tapi Raka tidak bisa tertidur. Pikirannya masih penuh dengan kejadian di club tadi. Dia heran, bagaimana bisa kejantanannya tidak bangun padahal dia begitu menyukai sentuhan Siska yang memanjakannya. Badannya merindukan wanita-wanita seperti Siska yang memberinya kepuasan, tapi kenapa? Apakah badannya hanya bereaksi dengan Tara? Bahkan sekarang juniornya sudah menegang hanya karena dia mencium bau sampo dan sabun dari tubuh Tara yang menurutnya sangat tidak menarik. Lebih baik dia segera tidur, dia tidak tega menyerang Tara yang sudah lelap.

######
Sudah dua hari Raka memilih tidak ke kantor dan menghabiskan waktunya dengan Tara. Bercinta bercinta dan bercinta. Apalagi selain itu yang mereka lakukan. Raka yang merasa kemampuannya sudah kembali tidak bisa menahan libidonya saat berdekatan dengan istrinya. Sedangkan Tara hanya bisa lemas saat Raka mengakhiri sesi mereka. Tara takjub dengan keperkasaan suaminya yang baru beberapa hari kemarin bisa berbuka puasa setelah bertahun-tahun lamanya.

"Mas gak ke kantor?" Tanya Tara setelah mereka menyelesaikan maraton mereka. Tubuhnya yang mungil menindih tubuh suaminya. Jarinya iseng membuat pola abstrak di dada Raka yang bidang dan keras berkat latihannya.

"Ini kan hari Sabtu sayang. Ngapain libur mas ke kantor?" Tangannya mengusap rambut Tara dengan lembut. Sesekali mengecup puncak kepala Tara dengan mesra. Tara menyukai perlakuan Raka yang lembut dan mesra, dia tidak menyangka akan mendapat perlakuan manis dari orang yang dulu ditakutinya.

"Tapi kemarin-kemarin mas juga gak ke kantor."

Raka tersenyum dan menurunkan tubuh Tara yang kemudian di peluknya dengan hangat. "Mama udah minta cucu dan Bagas juga butuh teman kan? Mumpung cuma ada kita berdua kenapa gak kita habiskan waktu kita buat kejar setoran?" Kekeh Raka sambil tak henti mencium wajah istrinya.

Tara melihat wajah suaminya dengan pandangan tak percaya, "Mas mau nerima aku?"

Raka melihat wajah terkejut Tara, dia ingat begitu kasarnya dia dulu. "Harusnya mas yang nanya kamu, kamu mau punya suami impoten kaya mas? Memang sekarang bisa muasin kamu tapi mas takut kalau suatu hari nanti mas kumat lagi."

Tara menggeleng kuat, "Aku nerima mas kok. Sejak Mas Rangga ngasih tahu tentang penyakit mas, aku bertekad buat bantu mas," jawab Tara tegas diikuti dengan pelukannya ke tubuh Raka.

"Terima kasih sayang. " kata Raka sambil membalas pelukan Tara. "Terima kasih sudah membantu mas untuk sembuh" sambungnya dalam hati.

#####

Hari Senin Raka memutuskan untuk berangkat ke kantor, karena sekertarisnya, Fian  sudah cerewet menelponnya, padahal dia masih ingin menghabiskan waktu bersama istrinya, mumpung Mama dan Bagas baru datang lusa.

Pagi ini Tara menyiapkan kebutuhan Raka dengan bahagia, rasanya dia menjadi istri yang sebenarnya. Dia memandang Raka dengan takjub saat menuruni tangga. Dengan kemeja biru muda dan jas hitam yang tersampir di tangannya.

"Sayang, bisa bantu  aku pakai dasi ini?" tanyanya sambil mengulurkan dasi bergaris yang tentu saja juga dipilihkan oleh Tara. Tara meraih leher Raka dengan agak berjinjit. Tinggi Raka yang lebih dari 180 membuat Tara harus mendongak. Raka merengkuh pinggang mungil istrinya dan membantu Tara menopang berat badannya.

"Sudah," kata Tara sambil merapikan dasi suaminya dan berniat melepaskan tangan Raka dari pinggangnya. Tapi Raka malah mendekatkan badan mereka membuatnya bisa menghirup parfum Raka yang menenangkannya. "Kau cantik," bisik Raka lembut, tangannya menelusuri pipi Tara dengan lembut dan memandang wajah istrinya yang membuat Tara memerah. Tara hendak menunduk namun jemari Raka mengangkat dagunya memaksanya memandang mata tajam nan menawan.

"Jangan menunduk sayang, kau akan melewatkan pemandangan indah pagi ini," katanya sambil tersenyum nakal. Dengan pelan Raka semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Tara dan.....

CUP

Ciuman hangat di kening Tara membuat Tara membuka matanya yang sempat terpejam dan memandang Raka dengan bingung.

"Kau mengharapkan ciuman dariku sayang," kata Raka geli dan seketika wajah Tara merona merah saat suaminya tahu apa yang dia pikirkan.

"Maaf sayang, kalau aku menciummu sekarang aku yakin tidak akan berangkat ke kantor." Dan sukses hal itu membuat Tara makin memerah.

Ketika mengantar Raka ke pintu untuk berangkat, Tara bertanya sesuatu yang membuat Raka bahagia, " Mas nanti aku boleh ke kantor? Ngantar makan siang?" tanya Tara malu-malu.

"Tentu saja sayang, tapi kamu nanti naik apa? Pak Tejo kan ikut mama ke Bogor."

"Nanti pesen mobil online aja mas."

"Oke sayang, nanti kabari mas ya kalau udah di lobi. Nanti mas jemput. Mas berangkat dulu." Pamit Raka sambil mengecup bibir Tara sekilas.

Tara bahagia, benar-benar bahagia dengan pernikahannya. Semoga selalu seperti ini hingga akhir hayat mereka.

BerahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang