#01__USG

2.9K 68 3
                                    

Mom...


Menantikan kehadiran anggota keluarga baru dari keluarga Santoso.

Tepat enam bulan kandunganku, usia paling nyaman karena tidak lagi sering merasakan mual. Dan usia tepat untuk melakukan USG.

Martin sangat bahagia, tak pernah seharipun tanpa mengusap dan mencium perutku, begitupun yang sibuk mempersiapkan dirinya menjadi kakak terbaik sedunia, tak mau kalah bahagia dengan Daddy-nya.

"Aduh ini kenapa ya, rebutan Mommy?" kataku saat calon kakak dan calon Daddy sibuk cium sama ngelus perutku yang duduk di tengah. Pak Min sampai tertawa melihatnya.

"Jagoan Daddy, ni."

"Pinky Sweet aku ini Daddy...!"

"Jagoan Daddy dong...!"

"Pinky Sweet kakak..."

"Aduh...aduh...aduh..., oke deh, Mommy mau USG biar kalian nggak ribut terus!"

"Setuju Mom, sekarang!" balas Baby.

"Pasti Daddy yang menang!"

Aku tertawa dengan tingkah mereka. "Oke nanti pulang kantor... kita ke dokter kandungan Mommy."

"Jangan pulang kantor dong, siang ini aku anter ke dokter ya, honey."

"Iya Mom, nanti aku izin pulang deh, Daddy kasih tau aku ya sebelum pergi!"

"Ya ampun..., pada semangat banget sih!"

"SEMANGAT DONG...!" jawab ayah dan anak itu bersamaan membuatku menggeleng sambil menutup mulutku karena tawa. Lalu mereka menciumku bersamaan. Tangan kanan dan kiriku refleks merangkul.

Martin sudah melarangku ke kantor sebenarnya. Tapi aku yang suka bekerja, merasa bosan di rumah. Jadi aku tetap pergi ke kantor dan tetap di ruanganku saja, juga dalam pengawasan ketat Martin dan Marco.

Bicara soal Marco... ya dia..., semakin menunjukkan sikap baiknya. Aku rasa dia tidak jauh berbeda dengan Martin. Dan aku semakin suka dia setelah tau bagaimana sikapnya terhadap ibunya. Dia sangat menghormati dan menyayangi ibunya. Meski mereka berjauhan Marco selalu menelepon ibunya setiap pagi dan menjelang tidur. Selalu bertanya bagaimana harinya dan apakah dia baik-baik saja. Dan itu adalah penilaian terbaik menurutku sebagai seorang ibu yang juga sangat menyayangi anak.

Meskipun begitu, aku tidak akan terburu-buru merestui hubungan Marco dengan Baby. Dia masih sangat kecil bagiku, sedangkan Marco sudah ingin langsung serius menjalani hubungan dengan Baby-ku. Tidak. Aku tidak mau putriku menikah muda. Dan dia baru saja masuk kuliah.

Baiklah Marco. Perjalanan masih panjang. Pintar-pintarlah menjaga Baby-ku, karena sedikit saja kau buat aku atau terlebih lagi Baby kecewa, maka bisa jadi kamu akan kehilangan.

Pukul 12.45
Menuju Rumah Sakit. Menemui dokter kandunganku untuk melakukan USG 4 dimensi.

Daddy dan Kakak Baby benar-benar nggak sabar. Baby merekam dengan ponselnya untuk mengabadikan.

Sintia mulai mengolesi jel diperutku, kemudian menempelkan transduser di atas perutku sebelum menggerakkan.

"Tuh..., dedeknya Baby lincah!" kata dokter Sintia.

"Ya ampun cute banget..., dia nggak bisa diem ya. Pantesan Mommy suka aduh...aduh...!" wajah Baby tampak sangat gemas.

"Ya iyalah... diakan jagoan jadi nggak bisa diem, lagi latihan main bola!" kata Martin excited memperhatikan dari layar monitor.

"Daddy, Pinky itu lagi nge-dance, bukan main bola!" balas Baby nggak mau kalah.

"Tuh, tiap hari ribut gitu Sin!  Hayo Sin, kasih mereka jawaban!"

"Oke...oke...! Hayo kita liat sama-sama, ini adiknya Baby lagi main bola apa lagi nari?" kata Sintia sambil menggeser-geser transduser lebih luas
untuk mendapatkan hasil seoptimal mungkin.

Sementara Baby sibuk dengan kameranya.

"Lincah banget kamu sayang..., pantesan Mommy kadang nggak bisa tidur." Martin yang tak pernah melepas genggamannya sampai mengecup keningku mendengar ucapan tadi.

"Sabar ya honey..., sebentar lagi dia keluar," bisiknya. Baby merekam kami.

"Mommy, Daddy... sweet banget...!" Ternyata Baby melakukan live instagram, "Mom, Dad, dapet salam dari Mama Lala, keluarga Daddy yang lain juga ramai,  dan... sahabat-sahabatku yang selalu ikut nungguin Pinky Sweet aku pastinya! Say hai..."

"Hai...! Terimakasih sudah ikut penasaran sama Baby, dan Daddy-nya yang nggak sabar banget mau tau dedek bayi-nya cewek apa cowok...!" ucapku. Baby beralih pada dokter Sintia.

"Gimana nih, hasilnya...?"

"Kayaknya Baby deh yang bener, iya tuh liat di layar monitor kelihatan jenis kelaminnya cewek."

"See, Daddy, aku benar...! Jadi sesuai perjanjian, aku yang kasih nama!" ucap Baby sangat puas dan bahagia.

"Iya sayang, it's oke, yang penting adik kamu sehat Daddy sama Mommy bersyukur sekali. Gimana dok, keadaan janinnya?"

"Bagus. Sangat bagus. Oke sudah jelas hasilnya, Insya Allah... jenis kelaminnya perempuan dan sangat sehat. Nanti aku kasih hasilnya."

Seperti perjanjian mereka berdua yang benar, itu yang akan kasih nama. Sudah tau Baby akan kasih nama adiknya Pinky, tapi aku belum benar-benar yakin dia tetap pakai nama itu. Yang jelas..., dia senang banget punya adik cewek.

***

Baby I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang