#61__Daddy, Marco, Kalian Aneh!

496 22 0
                                    

Baby...

Hampir jam 2, aku baru bubar kelas. Lagi asik ngobrol sambil jalan, Bobi mendekat, lebih dari biasanya. Aku mengernyit. Dia mengambil tasku.

"Aku masih mau ngobrol sebentar." Ucapku santai.

"Maaf Non, perintah Mommy Non Baby, hari ini langsung pulang."

"Turutin aja, Beb...!" Patrick meyakinkan, kemudian pandangannya berkeliling seperti meneliti. Patrick berbisik pada Robert dan Dika yang langsung bergerak seperti hendak menghalangiku dari pandangan seseorang.

"Guys, gue duluan ya!" memakai kaca mata dan menuju mobil. Tak biasanya Bobi benar-benar berjalan menutupi tubuhku.

"Non Baby sudah bersamaku, menuju mobil."

Aku dengar dia bergumam. Tentu saja melaporkan pada Daddy, atau Mom.

Bobi menutup mobil dan berlari menuju kemudi, lagi-lagi tak seperti biasanya.

Aku memakai kaca mata dan menatap keluar jendela. Mobil mulai meninggalkan halaman parkir kampus yang padat.

Aku masih bisa melihat wajah 4 sahabatku sedikit heran dengan sikap Bobi yang lebih protektif. Biasanya dia akan menunggu di samping mobil atau di tengah halaman, setidaknya membiarkan aku mengobrol dulu.

Keluar kampus mobil berjalan lebih cepat dari biasanya. Melewati sebuah mobil berwarna merah yang terparkir di depan kampus.

🚗🏢

David...

Jadi kalian menghalangiku menemuinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jadi kalian menghalangiku menemuinya. Baiklah. Aku ikuti permainan kalian. Jangan mengambil hakku menemui putriku sendiri. Atau kalian akan merasakan skenarioku....

🏠

Baby...

Menelepon Daddy, "Daddy ada apa, kok aku disuruh cepat pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menelepon Daddy, "Daddy ada apa, kok aku disuruh cepat pulang...? Aku masih pingin ngobrol sama yang
lain... "

"Mm..., nggak apa-apa sayang. Ini... Daddy juga menuju rumah. Kakak hari ini kan ada tambahan kelas. Pulang telat. Mommy cuma kepingin kakak cepet sampai rumah. Udah ya sayang, Daddy lagi nyetir."

"Bye, Dad."

"Bye sayang."

Menelepon Marco, nadanya sibuk. Mengempas punggung, merebahkan kepala. Menelepon Mommy.

"Mom..., aku udah di jalan, Daddy juga katanya di jalan mau pulang."

"Iya sayang. Udah ya, Mommy lagi nidurin adek."

"Oke, bye."

"Bye sayang."

Aku memperhatikan jalan. Baru menyadari bukan jalan yang biasanya. Menekan tombol untuk bisa bicara dengan Bobi.

"Kita lewat jalan mana?"

"Maaf Non, jalan yang biasanya lagi macet. Aku pilih jalan lain."

"Oke." Merebah lagi. Mengembuskan napas.

Hampir sampai.

Pak Min membuka pintu gerbang. Bobi langsung masuk dengan cepat. Membuka pintu mobil untukku. Aku turun. Nggak lama setelahnya Mommy keluar. Aku mencium tangan Mom, saat hendak mencium pipinya kami sama-sama dikejutkan dengan suara mobil yang berhenti dengan cepat hingga menimbulkan suara decit. Aku dan Mom menatap ke arah yang sama. Mobil Daddy dan Marco datang bersamaan dari arah berbeda.

Mereka juga keluar bersamaan. Berhenti di tengah.

"Daddy? Marco? Kalian...," menengadah tangan tanyaku menggantung.

"Oh..., sayang Daddy sedang balapan!"
Jawab Daddy memeluk pundak Marco dengan akrab.

"Yeah, bener! Dan yang menang, boleh bawa princess Baby kemana aja!"

"Kemana aja? Hei...hei..., jangan macem-macem ya!" Daddy mengarahkan tinju ke wajah Marco. "Gue bilang ajak Baby jalan-jalan, bukan berarti kemana aja!" ancamnya.

"Oke fine! Tapi yang menang aku, kan, sayang?"

"Sayang, Daddy yang menang, kan?"

Aku maju menengahi mereka. "Ban mobil Daddy... 5 centi di belakang ban mobil Marco." Jawabku melipat tangan di dada.

"YESS!" Marco girang.

Aku mundur, menatap mereka berdua. "Daddy, Marco, kalian aneh!" mereka meninggikan pundak. Aku berbalik meninggalkan mereka.

"Daddy! Apa-apaan kebut-kebutan kayak gitu!" dumal Mommy akhirnya.
Daddy berlari mengejar Mommy yang masuk tanpa menunggunya, sepertinya marah.

"Daddy cuma nantangin Marco, honey... jangan marah. Honey...."

Marco berjalan di sampingku. "Tuh kan, Mommy marah! Kalian apa-apaan sih?!"

"Jangan marah juga dong tuan putri...! Aku terima tantangan Om, karena aku minta izin ajak kamu jalan-jalan. Malam mingguan, sayang...." Menghadangku, memegang kedua tangan. "Oke sayang."

Memandang sinis, "Aku mau... makan, laper!"

"Sayang?"

"Mommy... aku mau makan." Marco refleks melepaskan tanganku. Mommy keluar kamar dengan wajah cemberut. Aku kebelakang mencuci tangan, Marco mengikuti.

"Daddy juga laper." Daddy mencuci tangan.

Lalu kami duduk di meja makan.

"Daddy kalo mau makan ambil sendiri!" kata Mom ketus.

Daddy bangkit memeluk Mom dari belakang. "Kalo gitu Daddy nggak mau makan sebelum Mommy maafin. Maafin Daddy..."

"Apa alasan Daddy nantangin Marco kebut-kebutan?"

"Yeah..., cuma... sekadar merilekskan pikiran aja, honey..."

"Dengan mengabaikan resikonya, hm?!"

"Daddy janji, nggak akan mengulangi lagi. Maafin ya, plis Mommy... Daddy laper."

"Ya sudah, Daddy duduk!" Daddy mencium lalu duduk, Mom mengisi piring Daddy.

"Makasih honey."

"Marco, jalan-jalan malam ini tetep Tante yang kasih izin atau nggak!"

Aku hanya bisa menahan tawa melihat ekspresi Marco yang menghentikan kunyahannya dan membelalak ke arahku.

***

Baby I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang