#03__Ngafe Bareng

1.3K 33 0
                                    

Baby...


Sudah lama nggak makan di luar bareng, pulang kuliah kita ngafe di Gold Club. Sekarang sih agak susah mau ngumpul berlima, udah ada cowok-cowok yang siap ngebuntutin, Dika, Robert, dan sepupu aku Patrick. Kecuali aku dan Kania yang sudah nggak pacaran dengan anak kuliahan lagi. Butuh waktu khusus untuk makan bareng pacar atau sekadar ikut ngumpul gini. Yah..., yang jelas inilah saat kami benar-benar butuh saling menguatkan.

Oh ya, Patrick yang sekarang jadi sepupu aku itu orangnya diam tapi menyenangkan, wajahnya sangat bule melebihi Daddy, dan masih kental dengan logat asingnya yang kadang itu menjadi bahan bercandaan kami, dia atlet basket. Dan karena semua pacar kami suka basket mereka jadi buat tim basket.

Di tengah-tengah obrolan kami tiga cowok keren dengan gaya dan karakter berbeda itu melihat ke arah belakang kami para cewek. Tapi kami hanya berpikir mereka sedang melihat pengunjung lain.

"Hai, cantik."

Aku nyengir tapi tak menoleh hanya memandang tiga cowok di depanku bergantian. Aku tau persis suara siapa di belakangku ini.

"Ehm!" mulai para cewek di samping pada berdeham bergatian.

"Ayah kamu... nama belakangnya Santoso ya?" Tawaku hampir meledak, suaranya tepat di telingaku. Menatap mereka yang tertuju padaku bergantian. "Aku juga Santoso, pasti kita jodoh, Baby Biancha Novrisa Santoso. I love you, Baby!" mengambil kursi lalu duduk di hadapanku, di samping Patrick.

Mereka tertawa, sementara aku nyengir saja menahan ledakan tawaku, "Apa-an sih, basik deh!" menopang dagu bertumpu pada meja. "Tau dari mana aku di sini?"

"Apa gunanya ada bro ganteng ini kalo aku nggak tau ke mana bidadariku pergi!" jawabnya memeluk pundak sepupunya itu. "Dan aku juga bisa tanya ke Mommy di kantor, bidadariku hari ini izin terbang ke mana aja." Ikut menopang dagu.

"Haduh..., mulai deh, dunia milik berdua!" canda Kania.

Aku refleks menoleh ke kiri, "Cie... yang nggak punya pasangan, berasa jomblo! Rasya, bisa bantu?" menggerakkan kepala ke arah Kania.

"Okey, tenang aja, sebentar lagi sepupu gue yang keren itu muncul!" jawab Rasya merangkul pacar sepupunya itu.

"Udah pada mesen belom nih, nanti aku yang bayar deh!"

"Ciah nawarin kita..., gue pesen yang paling spesial deh!" sambut Davina menepuk tangan satu kali.

"Pesen semua yang spesial! Mas!" Marco memanggil pelayan. Suasana kafe sangat ramai, itu sebabnya semua pelayan masih tampak sibuk belum menghampiri kami.

"Tuh Randy!" aku menatap ke satu arah dan langsung diikuti Kania.

"Sayang...!" katanya melambai.

Randy membalas lambaian tangannya. Mempercepat langkah segera menyambut tangan Kania yang sudah terjulur, memeluknya sesaat lalu duduk di samping Robert. "Hei bro, kapan kita jalan-jalan nih, jangan ngajakin pacar main basket doang, ajak juga dong jalan...!"

"Iya sih, tapi kitakan baru mulai kuliah, masih susah ngatur waktu." Balas Robert, sambil menatap Rasya.

"Oke, begitu ada waktu... kita langsung jalan-jalan deh, nggak usah jauh-jauh pulau seribu aja dulu!" imbuh Dika. Yang lain hanya mengangguk setuju.

Marco mengambil tanganku. "Gimana, calon adik paling manis? Aku liat waktu live instagram itu, lucu banget!"

"Sumpah, lucu banget... aku nggak sabar mau sentuh dia, ciumin dia..."

"Sabar dong kak..., tiga bulan lagi! Tapi beneran gemes banget liatnya...!" ucap Rasya.

Aku langsung menoleh ke arahnya mengernyitkan senyum. "Iya dong..., Kakaknya aja ngegemesin gini...!" Mereka berempat kompak buang muka sengaja becandain aku.

"Males banget sih By, bosen tauk liat muka lo!" Kata Kania.

"Lagian, tiap hari bilang CALON KAKAK TERBAIK SEDUNIA...!" Tania sampai mengangkat tinggi kedua tangannya, "tapi manjanya masih nggak ketulungan!"

"Ih... biarin, wk...!"

Aku tau mereka hanya bercanda. Sambil menunggu pesanan kami mengobrol santai dan para cowok berencana akan main basket besok malam. Seperti biasa kami akan jadi penonton.

***

Baby I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang