2. Hope and Pray For You

5.5K 507 13
                                    

Sasuhina fanfic
I hope you like it~

----------------------------♡--------------------------
Aku akan selalu berdoa dan berharap.
Bukan untuk hidupku, tapi
Untuk semua Kebahagiaanmu.


Keheningan sudah menjadi bagian dari hidup Hinata, kelap-kelip lampu tampak indah di atas sini. Langit malam membentang luas, bulan terlihat di antara gumpalan awan hitam. Gemuruh petir yang silih berganti terdengar, sama sekali tidak membuatnya beranjak dari sana.

Suasana tenang tak selamanya damai, sebaliknya justru menciptakan ketakutan besar untuk Hinata. Perempuan itu menghela napas, memperhatikan kilat yang terlihat di balik kaca besar itu. Tepukan pelan pada pundak, sontak mengejutkannya. Hinata berbalik, mendapati seorang wanita paruh baya tengah menatapnya khawatir.

Dia bergegas membalas gerakan jemari wanita tersebut, sebuah bahasa isyarat yang menjadi makanan sehari-harinya. Hinata memasang senyum setelah berhasil merangkai kata, berharap wanita di depannya ini mengerti dan berhenti khawatir.

"Makan malamnya akan dingin, sebaiknya Nona makan duluan saja."

Bibi Kae mencoba membujuk sekali lagi, kali ini dengan gerakan bibir juga. Namun, Nonanya ini malah menggeleng.

"Nona pasti menunggu tuan muda lagi," gumam Bibi Kae yang kemudian menelaah penampilan Hinata.

Segera saja dia memberikan sebuah selimut, melihat Hinata yang hanya mengenakan pakaian tidur tanpa tambahan apa pun. Tepat setelah itu, pintu di buka dengan kasar. Mengundang tatapan kedua perempuan di sana, Hinata segera berdiri dan menghampiri.

Pemuda itu melempar sepatunya sembarangan, disusul kunci motor dan tas ransel. Hinata langsung mengambilnya, dia meletakkan sepatu tersebut ke rak. Lalu berdiri tegak dengan senyum lebarnya. Namun, pemuda itu hanya melirik sekilas sebelum pergi melewatinya.

Hinata menghela napas, lagi-lagi seperti ini. Seberapa keras sebenarnya hati yang dimiliki Sasuke, mengapa sulit sekali untuknya raih? Tidak ingin kesedihan berlarut-larut, Hinata berbalik dan menatap tepat pada Bibi Kae yang tengah balik menatapnya.

Dia melangkah menuju dapur, meletakkan tas ransel dan kunci motor itu di salah satu kursi makan. Sebelum mengambil nampan, kemudian meletakkan semangkuk sup kerang dengan ekstra tomat, tumis ayam, dan segelas teh hangat.

Setelah memastikan masakan yang dirinya dan Bibi Kae buat masih hangat, barulah Hinata pergi dengan nampan berisi makanan itu. Meninggalkan Bibi Kae yang berdiri di ambang pintu dapur dengan tatapan sendu yang mengiringi langkahnya.

***

Lima menit telah berlalu, dan pintu di depannya belum juga terbuka seberapa banyak Hinata mengetuk pintu, tidak ada sahutan sama sekali. Gadis itu menghela napas, kemudian meletakkan telinga kanannya di daun pintu, mencoba mendengar suara di dalam sana. Sedetik kemudian, Hinata memukul kening sendiri menyadari kebodohannya.

Kembali dia mengetuk pintu, entah seberapa keras ketukan yang dirinya lakukan sampai akhirnya terasa pukulan di pintu yang membuat Hinata terperanjat.

"Nona, ada apa?!"

Hinata menoleh cepat, merasakan keberadaan seseorang di sana. Terlihat Bibi Kae yang tampak panik beberapa langkah di sana.

Apa suara yang dikeluarkan di dalam ruangan ini begitu keras, sampai membuat Bibi Kae terburu-buru menghampirinya? Hinata menggeleng, dia tersenyum lalu melangkah pergi. Hinata menyerah membujuk si penghuni ruangan, dan lebih memilih untuk pergi ke kamarnya.

Dia meletakkan nampan yang dibawanya ke atas meja belajar, kemudian duduk dan membuka laptop yang berada di sana. Beberapa pencarian dari situs internet muncul tepat ketika laptop menyala, berbagai informasi yang dibutuhkan masih belum cukup.

I Say I Love You✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang