Part 18. Decision

3.7K 192 2
                                    

*****

" Kak Naru.. Kak Naruto.. Aku mohon bangunlah.. Kak Naruto.. " ucap Hinata sambil menangis.

" Akhirnya.. Kau mau memanggil namaku.. Hinata.. " ucap Naruto sambil tersenyum.

Perlahan lelaki pirang itu membuka matanya, memperlihatkan mata beriris birunya pada Hinata. Hinata terbelalak takjub sekaligus kaget. Begitu pula Kakashi. Lelaki berambut silver itu sampai melotot heran saat Naruto benar - benar bangun saat Hinata memanggil namanya. Ternyata efek dari suara panggilan penuh perasaan cinta dari orang yang kita cintai memang sangat luar biasa, batinnya. Kakashi jadi iri melihat semua itu. Kapan Terumi bisa memanggilnya dengan suara lembut seperti saat Hinata memanggil nama Naruto tanpa nada marah-marah, batin Kakashi penuh harap.

" Kak Naruto! Kau sudah bangun! " seru Hinata sambil memeluk tubuh Naruto erat.

Naruto membalas dengan memeluk tubuh mungil Hinata hanya dengan tangan kanannya karena entah kenapa tangan kirinya terasa sangat sakit dan berat saat digerakkan. Naruto membelai punggung Hinata dengan lembut.

Hinata awalnya kaget saat Naruto memeluknya, tapi kemudian wanita itu menyamankan dirinya dengan menyandarkan tubuhnya di atas tubuh Naruto.

" Terima kasih, Kakak sudah bangun. Aku benar - benar takut dan khawatir Kakak kenapa - napa. " ucap Hinata sambil menangis.

" Tolong jangan meninggalkanku lagi, Kak.. Aku mohon.. " tangis Hinata makin keras.

" Aku janji tidak akan meninggalkanmu lagi, Hinata. Bahkan meski kau mengusirku aku akan terus menempel padamu. " jawab Naruto.

Hinata melepaskan pelukannya dan sedikit mengangkat tubuhnya hingga dia bisa menatap wajah Naruto.

" Kakak janji? " tanyanya.

Naruto menatap wajah Hinata yang basah oleh air mata. Naruto mengusap airmata Hinata dengan perasaan bersalah. Naruto merasa dia terlalu sering membuat Hinata menangis.

" Aku janji, Hinata. Apa perlu aku bersumpah? " tanya Naruto sambil tersenyum.

Hinata jadi tersipu melihat senyuman Naruto itu. Jantung Hinata berdebar kencang melihat senyum Naruto yang selalu membuatnya terpesona itu dengan jarak begitu dekat. Hinata jadi sadar bahwa dia masih menindih tubuh Naruto.

" Ti - Tidak perlu Kak. " jawab Hinata sambil bangun dari atas tubuh Naruto. Hinata berdiri lalu menjauh dari Naruto.

Naruto hanya tersenyum melihat wajah Hinata yang memerah saat tersipu malu. Hinata benar - benar cantik, batinnya. Dan saat melihat wajah cantik Hinata itu, Naruto jadi teringat pada wanita cantik berambut merah dan berkacamata yang berada dalam mobilnya saat dia mengalami kecelakaan.

" Oya! Bagaimana keadaan wanita berambut merah itu?! " tanya Naruto panik.

" Maksudmu Nona Uzumaki Karin, kekasih Walikota Oto itu? Dia sudah sadar dan dibawa pulang ke Kota Oto oleh walikota itu. " jawab Kakashi.

" Kekasih Walikota Oto? Wanita itu kekasih Tuan Kaguya? Benarkah? " tanya Naruto kaget.

" Memangnya Kakak tidak mengenal wanita itu? " tanya Hinata heran melihat Naruto yang tampak kaget itu.

" Tidak. Wanita itu menolongku saat aku sakit kepala ketika menuju restoran untuk menemui Paman Kakashi. Tapi kemudian dia memaksa untuk menjadi supirku karena dia pikir aku sedang sakit parah. Padahal aku hanya sakit kepala biasa saja. " terang Naruto.

" Jadi Kakak bahkan tidak tahu namanya? Padahal marganya sama dengan Mama Kushina. " ucap Hinata masih dengan perasaan tidak percaya.

" Benarkah? Pantas saja dia agak mirip dengan Mama Kushina. Dan rambut merahnya itu benar - benar membuatnya terlihat sangat cantik. " puji Naruto.

REPLACEMENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang