Part 6. Distance

3.3K 210 1
                                    

*****

Kesedihan kembali melingkupi Hinata. Pemakaman kembali harus Hinata dilaksanakan untuk Nenek Kaguya, satu-satunya keluarganya yang tersisa. Hinata merasa seakan terjebak dalam mimpi buruk yang berulang. Dan hal itu membuat Hinata kembali terpuruk dalam kesedihannya.

Sejak kematian Nenek Kaguya, Hinata merasa Naruto kembali menjauhinya. Hinata hanya bisa bertemu dangan pemuda pirang itu saat sarapan. Setelah itu Naruto akan pergi ke kantor dan pulang larut malam. Meski kadang Naruto juga pulang sore tapi pemuda itu akan langsung masuk kamar atau mengerjakan pekerjaan yang dibawanya dari kantor di ruang kerja.

" Kenapa Kakak menjauhiku? Apakah kakak membenciku? Apakah aku telah berbuat kesalahan? " tanya Hinata yang akhirnya tidak tahan dengan sikap Naruto itu.

Naruto tersentak kaget mendengar pertanyaan Hinata itu. Dia makin kaget saat melihat adik iparnya itu menangis sedih di depannya.

" Bukan begitu, Hinata. Kau tidak bersalah sama sekali. Semua ini kesalahanku. Aku hanya pembawa sial bagi semua orang. Pertama kakek dan nenekku, lalu ayah dan ibuku, kemudian Menma, dan setelah itu anak yang masih dalam kandunganmu dan terakhir adalah nenekmu. Mereka semua meninggal setelah dekat denganku. " ucap Naruto sedih.

" Aku tidak mau kau juga mengalami kesialan seperti mereka semua, Hinata. Kau adalah satu-satunya keluarga yang aku punya. Aku tidak mau kehilanganmu juga, Hinata. Jadi.. Aku mohon jauhi aku.. " ucap Naruto dengan wajah sedih lalu masuk kedalam kamarnya.

Hinata tertegun mendengar semua yang dikatakan Naruto. Kenapa Naruto selalu saja menyalahkan dirinya sendiri. Dari mulai kecelakaan kakek dan neneknya, kecelakaan kedua orang tuanya, kecalakaan Menma, peristiwa keguguran bayinya dan bahkan kematian neneknya. Mungkin Naruto punya sedikit andil atas kecelakaan yang menimpa kakek dan neneknya, tapi kenapa Naruto juga menyalahkan dirinya atas semua yang terjadi pada keluarganya?

Sejak itu Naruto bekerja sangat keras di kedua perusahaan yang dipimpinnya. Naruto selalu berangkat untuk bekerja pagi-pagi sekali dan baru pulang hampir tengah malam tiap hari. Dan saat libur akhir pekan, Naruto akan tidur seharian di kamarnya karena terlalu lelah untuk bangun dan hanya keluar untuk makan. Bahkan tidak jarang dia minta pelayan mengantar makanannya ke kamar karena terlalu lelah untuk sekedar keluar dari kamarnya. Hinata jadi sangat jarang bertemu dengan Naruto meskipun mereka tinggal di dalam satu rumah. Wanita itu jadi makin sedih. Setelah kehilangan suaminya dan bayi dalam kandungannya serta neneknya, kini dia juga mulai merasa kehilangan Naruto, kakak Iparnya, satu-satunya keluarga yang dia miliki di rumah itu. Hinata menganggap Naruto sengaja menenggelamkan dirinya dalam pekerjaannya karena ingin menjauhinya. Kini Hinata merasa sendirian dan kesepian hidup di rumah besar itu.

Suatu malam Hinata terbangun dari tidurnya dan memutuskan berjalan-jalan di dalam rumah besar Namikaze agar dia segera merasa lelah dan kembali mengantuk. Saat melewati ruang kerja, dia melihat lampu ruangan itu masih menyala dari sinar yang terlihat di bawah pintu. Perlahan Hinata membuka pintu. Hinata sedikit kaget melihat Naruto sedang sibuk menekuni dokumen-dokumen di belakang meja kerjanya. Hinata merasa dejavu dan langsung ingat pernah memergoki Menma juga bekerja tengah malam dulu.

" Kenapa kau belum tidur, Hinata? " tanya Naruto saat melihat Hinata yang terpaku sambil menatapnya dengan pandangan mata menerawang.

" Eh.. Anu Kak.. Saya terbangun dan tidak bisa tidur lagi. " ucap Hinata yang kaget karena suara Naruto membuyarkan bayangan Menma dalam ingatannya tadi.

" Oya Kak. Apakah ada yang bisa aku bantu? Kakak terlihat sangat kerepotan dengan pekerjaan Kakak hingga tidak sempat beristirahat. Bahkan hingga jam segini masih saja bekerja. " tanya Hinata.

REPLACEMENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang