Adara
Kabar tentang munculnya banyak nama dari kalangan publik figur yang terdaftar sebagai calon legislatif menjadi salah satu berita yang sedang hangat akhir-akhir ini. Aku ditugaskan untuk meliput tentang pendapat masyarakat mengenai fenomena ini. Jadi pukul enam di hari minggu pagi, aku bersama teman-teman sudah sampai di sekitaran bundaran HI, mencari target narasumber yang akan kami wawancarai di antara banyaknya orang yang ikut CFD pagi ini. Begitu materi kami lengkap, sekitar pukul setengah sepuluh, kami sudah kembali berada di mobil, berangkat menuju lokasi liputan berikutnya.
Tujuan kami selanjutnya adalah menghadiri perayaan hari ulang tahun salah satu parpol yang sedang hangat dibicarakan beritanya di media. Sepanjang perjalanan, seperti biasa, aku menghabiskan waktu dengan me-research materi untuk liputan berikutnya. Mas Panji sedang melakukan video call dengan anaknya. Mitha, anak Mas Panji yang baru masuk SD itu selalu rajin menelpon Papanya tiap kali Papanya dapat tugas liputan di akhir pekan.
"Kenapa, Mas?" tanyaku, iseng bertanya pada Mas Panji yang menghela napas panjang begitu sambungan video call-nya diputus.
"Biasa... Protes. Dia pengin ice skating-an di Taman Anggrek sebenernya hari ini. Tapi kan gue kerja, jadinya batal."
"Lho, emang nggak mau sama Mbak Erna?" tanyaku, menyebutkan nama istri Mas Panji.
Mas Panji spontan menggeleng. "Dia tuh ya... Nempel banget sama gue. Apa-apa maunya sama gue. Pokoknya kalau udah ada gue di rumah nih, Dar, nggak mau sama Mamanya. Maunya sama gue doang," jelas Mas Panji dengan bangga. Seulas senyuman terbersit jelas di wajahnya, menciptakan kerutan di kedua sudut bibirnya.
Senyum bahagia seorang ayah yang tengah bercerita tentang anaknya.
Senyum yang sudah lama sekali tak kulihat pada sosok laki-laki yang seharusnya kupanggil demikian.
Ah, tapi sepertinya, sejak orang itu masih tinggal bersamaku dan Mama, aku juga jarang sekali melihat senyumnya yang seperti itu. Mungkin karena orang itu memang jarang berada di rumah. Padahal kalau kupikir-pikir lagi, bukan cuma dia yang harus sibuk bekerja. Mama juga tidak kalah sibuknya.
Kalau Mama adalah seorang dokter anak, maka orang itu adalah seorang internist. Mereka memang sudah berpacaran sejak sama-sama masih mengambil S1 Kedokteran — inilah yang kemudian membuatku percaya bahwa lamanya durasi pacaran tidak menjamin langgengnya hubungan pernikahan.
Di sampingku, Mas Panji masih tersenyum-senyum menatap layar ponselnya.
"Dar, lihat, nih," Mas Panji menunjukkan layar ponselnya padaku. Video Mitha yang memainkan lagu The Itsy Bitsy Spider. Aku bisa melihat jari-jarinya yang gemuk dan kecil lincah menari-nari di atas tuts piano yang sedang dia mainkan. "Dia lagi semangat-semangatnya belajar piano nih. Dari kemarin Mamanya kirimin gue video dia lagi main piano terus."
"Lucu bangeeet jarinya kecil terus gemuk-gemuk," gumamku gemas. Aku tersenyum tanpa sadar. "Ini Mitha ikut les, Mas? Apa belajar sendiri di rumah?"
"Diajarin Mamanya, Dar. Mamanya kan dulu suka main piano," jawab Mas Panji. Dia tersenyum lagi. "Pintar ya, anak gue, Dar?"
Biasanya kalau Mas Panji sudah narsis dan membanggakan anaknya begini, aku tak terlalu ambil pusing dan langsung mengiyakannya saja. Namun entah kenapa hari ini aku jadi lebih sensitif daripada biasanya. Mungkin karena hormon datang bulanku. Melihat cara Mas Panji berkomunikasi dengan anaknya melalui telpon, bagaimana dia tersenyum bangga ketika menunjukkan video permainan piano anaknya padaku...
Mitha pasti bahagia sekali memiliki papa sebaik Mas Panji.
Orang yang seharusnya kupanggil papa tidak pernah menjadi tempatku merengek ketika aku ingin pergi ke suatu tempat. Tidak juga menjadi tempatku bercerita tentang betapa aku menyukai kisah Harry Potter. Tidak juga menjadi tempatku berkeluh kesah ketika aku sedang bertengkar dengan temanku di sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Mess
ChickLitAdara Aku tidak percaya bahwa hubungan yang berhasil itu benar-benar ada. Yang pacaran punya peluang untuk putus, bahkan yang sudah menikah pun masih punya peluang untuk bercerai. There's no happy ending in romantic relationship, right? Satu-satuny...