Beat 1

20.1K 1.2K 19
                                    

Gemuruh suara alat musik berpacu dengan riuh-rendah suara penonton. Dari tempatnya berdiri, Charine, atau biasa dipanggil Caca, nyaris tidak dapat mendengar suara vokalisnya bernyanyi.

Yang penting suara drum nya terdengar, ia membatin sambil tersenyum lebar. Ia masih berusaha maju, namun tentu saja tubuhnya yang mungil terhimpit dan terdorong kesana-kemari oleh penonton yang lain.

Demi Tuhan, mereka bisa nggak sih kalau nonton itu pakai parfum atau minimal deodoran. Kalo nggak pingsan karena kegencet, yang ada aku bakal pingsan karena bau ini!!

Caca akhirnya menyerah dari perjuangannya dan memilih beringsut ke pinggir. Walau tidak sejelas kalau di depan, namun bagian pinggir setidaknya tidak sepadat tempatnya tadi berdiri, dan ia dapat dengan lebih tenang menatap idolanya.

Bonus. Ada layar besar yang menampilkan The Players melalui kamera yang sengaja di letakkan di depan panggung. Caca terus berdoa, agar bagian drummer sering-sering disorot. Walaupun tentu saja, bagian Rama sang Vokalis adalah yang paling banyak. Namun kilasan Dewa sebagai drummer sudah cukup membuat Caca memekik kegirangan selayaknya orang gila.

Lagu yang tadi dinyanyikan telah berakhir, dan grup band tersebut segera beralih ke lagu berikutnya. Yang Terindah. Lagu favorit Caca, karena di lagu ini ada bagian khusus duet antara Drum dan Bass, yang artinya Caca dapat lebih jelas mendengarkan permainan drum Dewa.

Gadis itu telah menggemari permainan Dewa Enggardi sejak ia masih duduk di bangku SMP. Saat grup band tersebut pertama kali diperkenalkan. Caca yang awalnya bukan pecinta musik, sedang sendirian di kantin yang sepi sepulang sekolah. Hanya ia satu-satunya yang tinggal, karena jam pulang sekolah memang telah berakhir sejak tadi. Dan pada jam-jam seperti itu, hanya siswa yang mengikuti ekskul basket atau pengurus OSIS sajalah yang masih tinggal.

Ia sengaja menghindari pulang ke rumah. Ia menghindari harus bertemu dengan beberapa temannya yang kemungkinan besar saat ini masih ada di lapangan basket atau ruang OSIS. Singkat kata, ia menghindari seluruh dunia. Bahkan ia membayangkan kalau bisa, ia ingin menjadi kura-kura. Memiliki cangkang dimana hanya ada dirinya sendiri untuk bersembunyi. Sehingga ia tidak perlu terus-menerus memasang wajah ceria.

Lalu terdengarlah suara musik itu. Awalnya Caca tidak memperhatikan. Namun ada suatu titik, ketika akhirnya perhatian Caca tertuju pada layar televisi yang terletak di balik meja etalase kantin. Ketika ia mendengar ketukan suara drum. Beat-nya entah kenapa memerangkap segenap perhatiannya. Dengan setiap ketukannya ia merasakan semangat, bahkan walaupun iramanya cepat, namun menenangkan.

Hingga hari ini Caca masih tidak tahu lagu apa yang dimainkan The Players yang pertama kali ia dengar. Padahal ia sudah memiliki semua album The Players, namun lagu yang membuat ia jatuh cinta pertama kali itu tidak ada di semua daftar lagu album itu.

Getaran handphone di saku menarik Caca dari ingatannya. Ia meraih handphone itu tanpa mengangkatnya, hanya memandang tulisan yang tertera di sana.

Kak Alliya Calling....

Caca membiarkan saja panggilan itu hingga akhirnya mati sendiri. Ia nyaris mematikan handphone nya, kalau bukan karena ia tahu bahwa tindakan seperti itu justru akan membuat keluarganya menggila dan kemungkinan besar mengirim pihak kepolisian untuk melacaknya.

Caca kembali memandang ke arah panggung, bagian duet itu telah berakhir. Caca akhirnya berbalik keluar dari kerumunan penonton.

***

"Kamu kemana aja, sih Ca?" tanya Al menatapnya khawatir.

"Cari minum," jawab Caca sambil mengangkat botol plastik yang separuh isinya telah ia habiskan.

TRAPPED (The PLAYERS 3 - REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang