Beat 19 (Repost)

11.6K 1.4K 130
                                    


“Kamu ... sejak awal sudah menduga ini semua?” tanya Rumana yang kembali terduduk. “Iya kan, Wa? Makanya kamu undang Ayunda kesini dan suruh ibu untuk nggak bilang apapun soal tali senar itu. Bahkan memancing ibu untuk berdebat seperti tadi,” terka Rumana masih sambil membersut sisa airmata.

Dewa mengangguk, lalu melirik Caca. “Dan kamu sudah tahu ya? Makanya undang yang lain kemari,” tebak Dewa seraya menunjuk teman-temannya yang memang datang karena dihubungi oleh Caca.

“Mas butuh banyak saksi. Dengan begini, Ayunda punya banyak lawan kalau seandainya kita maju ke pengadilan,” ujar Caca membenarkan.

“Jadi kalian berdua udah tahu kalau Ayunda yang mencelakakan tante?” tanya Layla seraya menatap bergantian pada Dewa dan Caca.

“Sejak kapan, Mas?” tanya Windhy penasaran.

Dewa duduk sambil meraih Caca, lalu mendudukkan istrinya itu dalam pangkuan. “Sejak seminggu lalu, sepulang mas dari rumah sakit. Mas berusaha mengeliminasi segala kemungkinan dan motif. Siapa yang kira-kira ingin mencelakakan ibu, dan kenapa. Semua petunjuk jelas terarah ke Caca. Tapi justru di situ letak nggak masuk akalnya.”

Dewa menarik Caca agar semakin tenggelam dalam dekapannya, entah sadar atau tidak, ia juga membelai lembut rambut istrinya itu.

“Sewaktu pertama Caca lihat ibu terjatuh, dia mual dan masuk kamar mandi untuk muntah. Kalau memang dia yang melakukan, harusnya dia bisa nggak ikut ke rumah sakit dengan alasan nggak tahan. Lalu melepas tali itu sebelum ditemukan yang lain. Jadi sejak awal tali itu ditemukan, aku sudah tahu. Ada orang yang sengaja ingin melukai ibu, sekaligus memfitnah Caca. Apalagi tali senar itu ditemukan di meja riasnya. Jelas, orang itu memang menargetkan Caca untuk dijadikan pelaku,” jelas Dewa.

“Jadi pelaku lain yang berpotensi adalah Pak Umar atau Bi Yanti,” lanjut Dewa. Seketika membuat Pak Umar dan Bi Yanti yang juga ada di ruangan itu membelalak terkejut.

“Tapi mereka sangat setia bertahun-tahun, mustahil rasanya kalau mereka mendadak menyakiti ibu. Apalagi nggak ada motif yang jelas,” ujar Dewa membuat Pak Umar dan Bi Yanti mengangguk lega.

“Lalu aku keliling rumah. Mencari celah yang mungkin digunakan oleh orang luar. Saat itu aku menemukan ada jejak lumpur di jalan setapak samping rumah. Padahal malam itu nggak hujan. Artinya jejak itu pasti dari luar. Jejaknya berakhir di semak dekat pintu samping. Kemungkinan pelakunya lepas sepatu lalu masuk di sana. Pertanyaanku, gimana cara masuknya. Dan siapa yang mau repot-repot melakukan semua itu. Satu orang yang bisa kubayangkan membenci ibu dan Caca di saat bersamaan, cuma Ayunda. Lalu aku masuk ke tempat kunci-kunci cadangan biasa disimpan. Ternyata, ada dua kunci yang hilang. Yaitu kunci pagar samping serta kunci pintu samping. Entah kapan Ayunda punya kesempatan mencurinya.”

Rumana mendengus kasar. “Dia sempat kemari sebelum hari itu, cari kamu. Tapi anehnya di jam kamu udah pergi latihan band. Ibu nggak kepikiran kalau itu cuma alasan supaya dia bisa menyusup dan ambil kunci itu,” ujar Rumana nampak merenung.

“Yang aku penasaran, kapan Ayunda taruh tali senar itu di laci,” gumam Dewa.

“Mungkin bersamaan dengan dia nyuri kunci cadangan. Kayaknya waktu yang kata ibu dia kesini nyari Mas, aku nggak ada di rumah juga. Dan ... Mbak Ayunda kan bisa aja ijin ke kamar mandi. Padahal aslinya ngambil kunci pintu samping dan naruh gulungan tali senar itu di laci,” ucap Caca merenung.

“Berarti tali itu sudah di sana bahkan sebelum dipasang di atas tangga?” tanya Rumana.

Dewa mengangguk. “Hm, bisa juga. Dia sudah potong dulu yang kira-kira mau dipakai, lalu taruh sisanya di laci itu. Lalu malam itu, dia sengaja menyusup dan pasang tali. Soalnya dia tahu, ibu punya kebiasaan bangun buat ambil minum malam-malam. Ayunda pasti ingat kebiasaan ini karena kita dulu pernah liburan bareng di villa keluarga Om Rusman.”

TRAPPED (The PLAYERS 3 - REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang