Beat 14

12.1K 1.5K 315
                                    


Postingan yang lalu banyak yg gregetan ya?

Ama Dewa, ama Caca, Ayunda, bahkan Bu Rumana.

Hihihi. Sabarlah, Wahai Rosalindahhh... XD

***

"Dadar jagungnya kurang asin. Tambahin garam!"

Caca hanya menghela napas lalu mengambil baskom adonan dadar jagung untuk menuruti mertuanya.

"Maaf ya, Mbak. Ibu memang suka asin kalau goreng-gorengan kayak gini." Windhy meringis nampak tidak enak dengan sikap ibunya.

"Kalau Mbak Windhy sendiri sama yang lain, suka asin nggak?" tanya Caca.

"Kalau saya kebetulan seleranya sama kayak ibu. Kalau Mas Dewa, Marina sama Aini, tiap ada dadar jagung terpaksa nggak makan. Nggak suka asin soalnya. Hehe. Keluarga kami aneh ya, Mbak?"

"Nggak kok. Namanya juga selera," ujar Caca.

Windhy tersenyum kecil lalu membawa sayur ke meja makan. Disana Bi Yanti dan Aini sedang menata meja. Sedangkan Marina membuatkan teh, susu serta kopi sebagai minuman.

Dewa datang bertepatan dengan semua hidangan siap. Di sebelahnya nampak Ayunda tersenyum menyapa semua orang, termasuk Caca.

Dewa pergi pagi tadi untuk menjemput Ayunda mengambil formulir pendaftaran serta brosur dari beberapa kampus.

"Ayunda, ibu seneng deh kamu ikut sarapan sama kami," sambut Rumana.

"Iya, Bu. Ngomong-ngomong, ini saya buat spaghetti tadi pagi. Siapa tahu ada yang mau coba," ucap Ayunda menunjukkan rantang yang ia bawa.

"Wah, tentu aja mau. Ayo, Sayang. Kita makan." Rumana segera mengambil piring, dan memakan spaghetti buatan Ayunda. "Hm, kamu memang jagonya masak. Coba menantu ibu kayak kamu ya," ujar Rumana.

Seisi ruangan saling melirik dengan kening berkerut. Caca menatap gorengan dadar jagung yang baru saja ia selesaikan, kemudian memasukkannya ke dalam lemari penyimpanan makanan.

Nanti saja dibuang. Caca membatin, menahan rasa kecewanya. Ia mengulas senyum, lalu beranjak ke meja makan dan menyapa Ayunda. "Pagi, Mbak."

"Pagi, Ca. Ini mbak buat spaghetti. Ayo, silahkan coba."

Caca mengangguk dan mengambil sedikit. Spaghetti itu enak, tapi Caca sungguh tidak nafsu makan, jadi ia pun makan dengan sangat pelan.

"Ca, piring biru sama kuning ini bedanya apa? Kok dipisah?" Suara Dewa membuat Caca menoleh bingung. Pria itu nampak menimang gorengan dadar jagung yang tadi ia simpan untuk nanti dibuang.

"Yang biru agak asin, untuk ibu sama Mbak Windhy. Yang kuning asinnya biasa," jelas Caca dengan enggan.

"Oh, oke." Dewa meletakkan piring-piring tersebut di meja makan, lalu mulai mengambil nasi dan sayur, kemudian mengambil gorengan jagung dari piring kuning.

"Mbak Caca jadi bikin dua jenis dong?" tanya Windhy, lalu mengambil sepotong dari piring biru. "Enak, pas kayak seleraku."

Caca tersenyum kecil. "Iya, aku pikir biar semua bisa ikut makan." Ia melirik sekilas pada ibu mertuanya. Caca mengira akan menemukan wanita itu cemberut, tapi Rumana justru menatap dadar jagung itu bergantian dengan Caca. Dan ketika tatapannya bertemu dengan Caca, Rumana melengos dengan wajah masam.

"Wa, nggak mau coba spaghetti? Enak lho," ujar Rumana sambil tersenyum, tapi Caca bisa melihat bahwa senyumnya kali ini agak enggan.

"Nggak akan kenyang, Bu. Aku lebih suka makan nasi sama sayur dan lauk kayak gini," ujar Dewa, nampak lahap menikmati masakan Caca.

TRAPPED (The PLAYERS 3 - REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang