Beat 2

15.3K 1.2K 42
                                    

Hollaaa.

Jangan lupa vote dan comment-nya yah ^^

NB: Mohon maaf atas ketidak nyamanannya karena bagian 2 ini saya post ulang setelah saya rubah ceritanya. Saya baru sadar setelah baca ulang bahwa ada plot hole besar kalau saya biarkan seperti versi awal.

Selamat membaca.

************************************************************************************


Caca menatap foto kelapa muda itu penuh minat. Sudah hampir seharian ia habiskan untuk mencari buah itu, namun tidak satupun ia temukan. Terkadang aneh rasanya, ketika sangat menginginkan sesuatu tapi dicari bagaimanapun tidak ada. Begitu tidak dicari, justru menjamur dimana-mana.

Caca melangkah gontai mencari taksi, lagi-lagi merutuki kebodohannya yang tadi nekad tidak membawa mobil karena mengira akan dengan mudah menemukan kelapa muda yang diingininya.

"Hahaha. Ibu ... ayah mana?" suara anak kecil membuat Caca tanpa sengaja menolah.

"Sabar, kan lagi beliin kembang gula buat adek. Tunggu yah." Wanita itu membelai lembut anaknya, yang disambut senyum oleh gadis kecil itu.

"Kembang gula adek datang!" Seorang pria mendekat dan menyerahkan sebuah kembang gula berwarna merah muda.

Gadis kecil tadi segera tertawa senang menerimanya. "Makasih, Ayah!" serunya ceria.

Caca memegangi perutnya secara instingtif. Batinnya seperti diremas. Tanpa sadar, airmata mulai menggenang. Ia cepat-cepat menyeka airmata itu.

"Kelapa muda. Yap, aku harus cari kelapa muda. Lalu telpon Bu Helmi," gumamnya pada diri sendiri kemudian melangkah untuk mencari taksi.

***

Sisa hari itu dilaluinya dengan sia-sia. Tidak ada kelapa muda yang ia inginkan. Sudah empat tempat ia datangi, dan Caca merasa tubuhnya sudah tidak sanggup lagi.

Ia pun pulang dalam keadaan kecewa.

Rumah sepi ketika ia sampai. Papanya pasti masih mengurusi cabang perusahaan yang kebetulan ada di Jakarta ini. Mamanya tadi bilang ingin ke salon bersama temannya. Praktis Caca sendirian di rumah ini.

Aku nggak sabar pergi dari kota ini.

Caca membatin murung. Ia berbaring nyalang menatap langit-langit kamarnya. Mendadak, ia bangkit dan memegangi dada bagian atasnya.

Mual lagi-lagi melanda. Caca sudah berusaha sekuat tenaga menyembunyikan semua gejala ini dari keluarganya. Hanya tinggal menunggu waktu semuanya akan terbongkar.

Sayang, Bu Helmi belum nemuin tempat yang cocok. Lagi-lagi Caca membatin murung. Mualnya berhasil sedikit diredam.

Ia membuka laci bagian bawah yang selalu ia kunci. Papa maupun mamanya tidak pernah mencurigai alasan Caca mengunci laci tersebut, karena menganggap isinya hanya perhiasan koleksi Caca.

Gadis itu mengeluarkan sebuah bungkusan kresek hitam kecil. Ia menatap isinya, lalu menghela napas besar seraya duduk di lantai. Kepalanya baru saja disandarkan ke bagian samping tempat tidur, ketika mual itu kembali melanda dengan hebat.

Kali ini ia tidak bisa menahananya. Caca segera berlari ke kamar mandi, mengeluarkan semua isi perutnya.

Napasnya memburu setelah ia berhasil muntah. Ia bangkit perlahan, lalu membersihkan mulut dengan air dari wastafel.

Caca menatap pantulannya yang nampak kuyu. Gadis kurus di cermin itu nampak pucat, padahal selama ini Caca berusaha menjaga penampilannya senormal mungkin. Tapi akibat berkeliling tadi sepertinya menghabisi tenaganya.

TRAPPED (The PLAYERS 3 - REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang