Beat 6

13.1K 1.2K 52
                                    


Caca merentangkan lengan, menghirup dalam-dalam aroma tanah yang bekas tersiram hujan sejak semalam. Suara gemericik air hujan masih terdengar, memberikan ketenangan bagi batinnya yang tegang sejak beberapa hari terakhir.

Empat hari sudah pelariannya ke Bali ini. Ia bisa saja kabur keluar negeri, tapi mengurus visa untuk tinggal atau liburan dalam waktu dadakan cukup rumit. Dan Caca tidak yakin ingin pergi ke tempat asing karena tidak mungkin kabur ke rumah sanak saudaranya. Bisa-bisa mereka langsung memulangkan Caca kalau tahu ia kabur karena mau dinikahkan.

Ia memiliki beberapa keluarga dari pihak papa ataupun mamanya di Bali. Tapi menghubungi mereka sama saja memberi sinyal untuk keluargannya agar menemukan keberadaan Caca. Jadi Caca memilih mengungsikan diri ke orang yang tidak akan mereka duga bahkan ketahui, yaitu bekas gurunya, Bu Helmi.

Wanita itu adalah gurunya sewaktu SMP dulu, satu orang yang sangat dekat dengannya dan tidak diketahui kedua orang tuanya.

Caca berusaha memilah jalan untuk masa depannya beberapa hari terakhir. Sejak usianya menginjak empat belas tahun dan menunjukkan ketertarikan dalam urusan papanya, pria itu sudah begitu girang dan mengajarkan bisnis pada Caca. Berharap Caca bisa mengambil alih posisinya suatu hari nanti karena Alliya si Sulung nampak tidak tertarik sedikitpun pada bisnis.

Akibatnya, kini Caca memiliki sebagian saham di perusahaan papannya sebagai jaminan untuk masa depan. Dan kemampuan untuk bahkan menggunakan uang hasil bagiannya dari Deviden saham tersebut serta uang sakunya sendiri untuk membeli saham dari perusahaan-perusahaan lain, semua itu tanpa sepengetahuan papanya. Dan hebatnya, semua saham itu luar biasa meningkat nilainya dalam beberapa tahun terakhir.

Tentu saja, Caca membelinya dengan meminjam salah satu identitas orang kepercayaannya di kantor. Ia sengaja membeli beberapa tas dan barang-barang mahal lainnya untuk mengelabui keluarganya dan membuat mereka mengira semua uang Caca habis untuk membeli barang-barang itu.

Randu Atmawijaya mungkin pintar, tapi bungsunya, Charine Atmawijaya adalah seorang jenius. Semua orang tahu itu. Akselerasi dua kali semasa SMP dan SMA adalah buktinya.

Aku dulu ngelakuin semua itu supaya punya persiapan lepas dari nama besar papa. Caca membatin dengan miris, tidak mengira sekarang harus mulai melepas beberapa saham tersebut demi memulai hidup baru bersama bayinya.

Ia meraih ponsel, bermaksud menguhubungi Pak Hidayat untuk membicarakan saham mana yang harus ia lepas dan mana yang masih bisa ia pertahankan. Sementara menunggu panggilan diterima, Caca melangkah keluar dari kamar dan segera mencapai ruang tengah di rumah kecil yang disewanya melalui kenalan Bu Helmi.

Langkahnya membeku begitu sampai di ruang tengah. Suasana kini hening, entah kapan rintik hujan tidak lagi terdengar.

Di sana, sosok pria itu sedang duduk bersandar di kursi yang menghadap tepat ke arah kamarnya. Ada laptop di pangkuan pria itu yang terbuka.

Dewa segera mengangkat pandangannya dari laptop, lalu setelah beberapa tekanan pada tuts, ia menutup benda tersebut. "Pak Hidayat nggak akan menerima telponmu," ujarnya tenang seraya memasukkan laptop ke tas lalu menyelempangkan tas tersebut ke sisi bahunya.

Caca menatap ponselnya yang mendadak mati dengan bingung. "Darimana Kakak tahu aku disini?" tanyanya seraya menyipitkan mata. "Dan gimana caranya Kakak bisa masuk kemari?" imbuhnya. Ia bahkan sengaja mengganti nomor handphone dan membeli nomor baru dengan mendaftarkan menggunakan nama Bu Helmi demi menghilangkan jejak. Caca tidak tahu bagaimana ia masih bisa ditemukan.

"Dikasih kunci Bu Helmi." Dewa menjawab seraya melangkah santai ke arahnya.

"Nggak mungkin!" tukas Caca yakin. Ia mencatat fakta bahwa Dewa belum memberitahu bagaimana bisa menemukan Caca.

TRAPPED (The PLAYERS 3 - REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang